• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI

C. Tata Cara Perhitungan PPh pasal 21 atas Gaji Pegawai Negeri Sipil

KPP Pratama Medan Polonia diwajibkan memenuhi kewajiban perpajakannya, dan dalam hal memenuhi kewajiban perpajakan tersebut KPP Pratama Medan Polonia melaksanakan administrasi perpajakannya dengan menunjuk Bendaharawan untuk menghitung,menyetor dan melaporkan PPh yang terutang sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No.252/PMK.03/2008 tentang petunjuk pelaksanaan pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan,jasa, dan kegiatan Orang Pribadi Pasal 2 ayat (1b).

Dalam menghitung PPh Pasal 21 yang terutang atas gaji pegawai pada KPP Pratama Medan Polonia, Bendaharawan telah menggunakan komputer yang telah di program sehingga mempermudah dalam proses perhitungan PPh Pasal 21 yang terutang serta pemotongannya. Bendaharawan KPP Pratama Medan Polonia juga telah menerapkan peraturan perundang-undangan yang berlaku pada tahun 2009 dalam perhitungan dan pemotongan PPh Pasal 21 tersebut.

Contoh-contoh perhitungan PPh Pasal 21:

a. Kurniawan adalah seorang Pegawai Negeri Sipil di daerah Kab.Nias dengan memperoleh gaji kotor Rp 1.650.000,00 perbulan dan membayar iuran pensiun sebesar Rp 125.000,00 Kurniawan sudah menikah tetapi belum mempunyai anak.

Perhitungan PPh Pasal 21 nya adalah sebagai berikut : Gaji Sebulan Rp 1.650.000 Pengurangan : 1. Biaya jabatan : 5% X Rp 1.650.000 Rp 82.500 2. Iuran Pensiun Rp 125.000

Penghasilan Neto sebulan Rp 1.442.500

Rp 207.500

Penghasilan Neto Setahun

12 X Rp 1.442.500 Rp 17.310.000

3. PTKP Setahun

 Untuk WP Sendiri Rp 15.840.000  tambahan WP kawin Rp 1.320.000

Penghasilan kena Pajak Setahun Rp 150.000

Rp 17.160.000

PPh Pasal 21 terutang : 5% X Rp 150.000 Rp 7.500

b. Polan (tidak kawin) adalah PNS golongan III/a, menerima gaji Rp. 1.7000.000,00 per bulan tunjangan beras Rp. 200.000,00 perbulan, dan tunjangan fungsioanal Rp 100.000,00 perbulan

Perhitungan PPh Pasal 21 adalah sebagai berikut :

Gaji Sebulan Rp 1.700.000

Tunjangan Beras Rp 200.000

Tunjangan Fungsional

Penghasilan kotor sebulan Rp 2.000.000

Rp 100.000 Pengurangan : 1. Biaya jabatan :5% X Rp 2.000.000 Rp 100.000 2. Iuran pensiun Rp 200.000 Rp 100.000

Penghasilan Neto Sebulan Rp 1.800.000

Penghasilan Neto setahun

(12 X Rp 1.800.000) Rp 21.600.000

3. PTKP Setahun

Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp 5.760.000 Rp 15.840.000

PPh Pasal 21 terutang : 5% X Rp 5.760.000 Rp 288.000 PPh Pasal 21 Sebulan : Rp 288.000 : 12 Rp 24.000

D. Dampak-dampak atas Prosedur yang digunakan

Meskipun dari pihak KPP Pratama Medan Polonia menganggap prosedur pengenaan PPh Pasal 21 yang terutang atas gaji pegawainya sudah cukup efisien tetapi tetap saja mempunyai kekurangan dan kelebihan, dan ini mengakibatkan adanya dampak positif dan negatife atas prosedur yang digunakan,antara lain :

1. Dampak positif

1.1 Pegawai yang telah dipotong PPh Pasal 21 tidak mengalami penunggakan atas PPh Pasal 21 terutang, karena adanya rutinitas pemotong gaji setiap bulan

1.2 Pegawai tidak direpotkan dengan segala urusan yang menyangkut kewajiban perpajakan, karena semuanya telah ditangani oleh pihak KPP Pratama Medan Polonia

1.3 Semakin kecilnya kemungkinan bagi para WP dalam hal pegawai KPP Pratama Medan Polonia untuk melakukan penghindaran diri dari kewajiban perpajakannya.

2. Dampak Negatif

2.1 pegawai tidak peduli atas cara pemotongan dan besar potongan PPh Pasal 21 yang dipotong kareana PPh Pasal 21 ditanggung Pemerintah atau DTP

2.2 Untuk 1721-A2 direkap secara setahun oleh Bendahara, beberapa pegawai selalu bertanya tentang PPh Pasal 21 tahunan mereka karena mereka tidak mengerti alur pemotongan PPh Pasal 21 bulanan nya, selain itu banyak pegawai memilih cuek terhadap penghitungan PPh pasal 21 tahunan mereka, sehingga jika terjadi kesalahan mereka pun hanya bisa menerima saja.

E. Kendala-kendala dalam pemotongan PPh Pasal 21

Kendala-kendala dalam pemotongan PPh Pasal 21 yang dilakukan oleh Bendaharawan KPP Pratama Medan Polonia adalah:

a. PPh Pasal 21 Bulanan :

Untuk penghitungan PPh Pasal 21 bulanan kendalanya terjadi ketika aplikasi gaji tidak diupdate sesuai dengan peraturan Perbendaharaan yang terbaru. Hal ini menyebabkan besarnya PPh Pasal 21 bulanan tidak menggambarkan kondisi yang seharusnya

b. PPh Pasal 21 Tahunan:

1. Bagi bendahara sendiri sering terjadi kendala ketika harus menggabungkan 1721-A2 seorang pegawai dari kantor lamanya yang pindah pada kantor yang baru

2. Perubahan PTKP

Perubahan PTKP tersebut sangat berpengaruh dengan perhitungan PPh Pasal 21 yang secara otomatis berhubungan dengan pemotongan yang dilakukan oleh Bendaharawan. Perubahan PTKP tersebut

3. Waktu yang diberikan kepada Bendarawan untuk menyiapkan bukti PPh Pasal 21 kurang lama karena bulan Februari semua pemotongan yang dilakukan oleh Bendaharawan tersebut harus sudah diberikan ke pegawai. Sementara pada instansi lain, pelaporan tersebut dilakukan pada bulan maret.

BAB V

KEIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari hasil riset yang telah dilakukan oleh penulis, maka ada beberapa kesimpulan yang dapat diambil. Diantaranya adalah:

1. Berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh penulis, maka diketahui bahwa:

1.1 Semua pegawai yang berstatus calon Pegawai Negeri Sipil dan PNS pada KPP Pratama Medan Polonia sudah patuh pajak karena gaji atas PPh Pasal 21 telah dipotong setiap bulan

1.2 Semua peagawai pada KPP Pratama Medan polonia sudah memiliki NPWP

1.3 Semua pegawai telah mengetahui hak dan kewajiban perpajakannya berkaitan dengan pemotongan PPh Pasal 21

2. Bendaharawan KPP Pratama Medan polonia telah melakukan kewajibannya dalam hal pemotongan PPh Pasal 21. Perhitungan PPh Pasal 21 tersebut juga telah menggunakan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku untuk yaitu Undang-undang No.36 Tahun 2008 tentang PPh, terkadang terdapat perbedaan antara perhitungan yang

dilakukan oleh Bendaharawan KPP Pratama Medan Polonia dengan penulis.

3. Melalui hasil riset yang dilakukan, terdapat perbedaan jumlah pemotongan PPh Pasal 21 perbulan yang dilakukan oleh Bendaharawan KPP Pratama Medan Polonia, dengan perhitungan penulis secara manual. Pada program PPh Pasal 21 Bendahara KPP Pratama Medan polonia lebih besar dari pada perhitungan penulis, tetapi hal ini tidak menyebabkan kerugian pada keuangan negara. Hal ini dikarenakan program pada system komputerisasi yang digunakan dalam perhitungan PPh Pasal 21 tidak langsung diperbaharui sesuai dengan Undang-undang PPh Pasal 21 yang terbaru 4. Tata cara perhitungan PPh Pasal 21 bulanan pada KPP Pratama Medan

Polonia adalah cara menghitung seluruh penghasilan pegawai termasuk gaji pokok, tunjangan istri/suami, tunjangan anak, tunjangan beras, tunjangan pajak, dan tunjangan jabatan. Kemudian jumlah seluruh penghasilan dijumlahkan lalu dikurangi dengan pengurang berupa, iuran wajib pegawai,pajak penghasilan, Taperum dan potongan lain-lain. Maka diketahuilah penghasilan neto sebulan, begitu seterusnya untuk bulan-bulan berikutnya.Kemudian seluruh penghasilan neto dalam sebulan-bulan dijumlahkan. Setelah penghasilan neto setahun diketahui maka dikurangan dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) sesuai dengan keadaan pegawai dan selanjutnya diperoleh Penghasilan Kena Pajak (PKP) setahun. Untuk menghitung berapa jumlah PPh Pasal 21 yang akan

dipotong maka PKP tersebut dikalikan tarif Pasal 17 Undang-undang No.36 tahun 2008 tentang PPh. Sedangkan untuk menghitung besarnya PPh pasal 21 perbulan, dengan cara PPh pasal 21 setahun dibagi 12 bulan atau banyaknya bulan dalam tahun pajak.

B. SARAN

1. Mengingat peraturan Perundang-undang perpajakan yang berlaku di Indonesia sering mengalami perubahan, maka diharapkan kepada pihak KPP untuk tetap menjadi contoh dalam menerapkan penghitungan PPh pasal 21 sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang terbaru,dan selalu mengsosialisasikan kepada masyarakat tentang perubahan peraturan perpajakn khususnya dalam PPh Pasal 21.

2. Kepada pihak KPP agar tetap melakukan pemotongan PPh Pasal 21 dengan benar dan teliti serta tetap berdasarkan dengan ketentuan peraturan perundang-undang yang berlaku.

3. Hendaknya program pada sistem komputerisasi yang diterapkan dalam perhitungan dan pemotongan PPh Pasal 21 tersubut diperbaharui sesuai dengan perturan Perundang-undangan yang berlaku sehingga tidak akan terjadi kesalahan dalam perhitungan dan pemotongan.

4. Hendaknya pemotongan yang dilakukan oleh Bendharawan dilakukan secara lebih trasnparan dan dapat diketahui dan dimengerti oleh seluru pegawai khususnya yang menjadi subjek pajak PPh Pasal 21. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan buti potong 1721-A2 setiap akhir bulan kepada pegawai.

BAB II

GAMBARAN UMUM OBJEK / LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

A. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia 1. Sejarah Umum Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia

Pada tahun 1976, Kantor Pelayanan Pajak masih disebut Kantor Inspeksi Pajak .Pada saat itu masih ada dua Kantor Inspeksi Pajak yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Medan Utara.

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 276/KMK/01/1989 tanggal 25 Maret 1989 tentang Organisasi dan Tata Usaha Direktorat Jendral Pajak, maka Kantor Inspeksi Pajak diubah namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak sehingga sejak April 1989 Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara diganti namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara.

Untuk menetapkan pelayanan yang akan diberikan pemerintah kepada masyarakat umum khususnya kepada wajib pajak, kemudian pada tanggal 29 Maret 1994 dikeluarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 94/KMK/1994 terhitung mulai 1 April 1994 Kantor Pelayanan Pajak Medan diubah menjadi 4 kantor yaitu :

(1) Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat, Jl Asrama No. 7 Medan (2) Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur, Jl Diponegoro No. 30 Medan (3) Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara, Jl Sukamulia No. 17A Medan (4) Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai, Jl Binjai No. 7

Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia sendiri berdiri pada awal tahun 2002 yang mana merupakan pemisahan dari Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara yang terletak di Jl. Sukamulia Medan.

Pada tanggal 19 Mei 2008 Menteri Keuangan mengeluarkan Keputusan dengan No.Kep.95/PJ/2008 tentang Kantor Pelayanan Pajak yang mengubah Kantor Pelayanan Pajak menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang terdiri dari :

(1) KPP Pratama Binjai, (2) KPP Pratama Medan Barat, (3) KPP Pratama Medan Belawan, (4) KPP Pratama Medan Kota, (5) KPP Pratama Medan Petisah, (6) KPP Pratama Medan Polonia, (7) KPP Pratama Medan Timur, dan (8) KPP Pratama LubukPakam.

Dan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62/PMK.01/2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia mencakup wilayah kerja :

(1) Kecamatan Medan Maimun, (2) Kecamatan Medan Polonia, (3) Kecamatan Medan Baru, (4) Kecamatan Medan Selayang, (5) Kecamatan Medan Tuntungan, dan (6) Kecamatan Medan Johor.

2. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia Struktur organisasi merupakan wadah bagi sekelompok yang bekerja sama dalam usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Struktur organisasi menyediakan pengadaan personil yang memegang jabatan tertentu dimana masing-masing diberi tugas, wewenang, dan tanggung jawab sesuai jabatannya. Hubungan kerja dalam organisasi dituangkan dalam struktur organisasi dimana merupakan gambaran sistematis tentang hubungan kerja dari orang-orang yang menggerakkan organisasi dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Struktur organisasi diharapkan akan dapat memberikan gambaran tentang pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab serta hubungan antar bagian berdasarkan susunan tingkat hirarki. Struktur organisasi juga diharapkan akan dapat menetapkan sistem hubungan dalam organisasi yang menghasilkan tercapainya komunikasi, koordinasi, dan integrasi secara efisien dan efektif dari segenap kegiatan organisasi baik vertikal maupun horizontal.

Setiap instansi atau perusahaan menggunakan strukturor ganisasi dalam fungsi dan tugasnya masing-masing . Sedangkan definisi struktur organisasi itu sendiri

adalah kerangka yang menyeluruh menghubungkan suatu organisasi dan menerapkan hubungan yang ditetapkan.

KPP Pratama Medan Polonia sendiri menerapkan Struktur Organisasi Lini dan Staff . KPP Pratama Medan Polonia dipimpin oleh seorang Kepala KPP yang secara operasional bertanggung jawab kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak Sumatera Utara I.

KPP Pratama Medan Polonia terdiri dari 1 (satu) Sub bagian dan10 (sepuluh) seksi yang masing-masing seksi dipimpin Kepala Seksi danPelaksana. Khusus untuk Seksi Pengawasan dan Konsultasi, selain Kepala Seksi dan Pelaksana, seksi ini juga memiliki Account Representative atau yang biasa disingkat dengan AR.

Adapun struktur organisasi yang berlaku pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia dapat dilihat pada bagan berikut.(Terlampir)

B. Tugas dan Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan Polonia Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62/PMK.01/2009 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Keuangan, tugas KPP Pratama yang termasuk didalamnya KPP Pratama Medan Polonia yaitu melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan wajib pajak di bidang Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Tidak Langsung Lainnya, Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dalam melaksanakan tugas diatas, KPP Pratama termasuk KPP Pratama Medan Polonia menyelenggarakan fungsi yaitu :

(1) Pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan, penyajian informasi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak,

(2) Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan,

(3) Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya,

(4) Penyuluhan perpajakan,

(5) Pelaksanaan registrasi wajib pajak, (6) Pelaksanaan ekstensifikasi,

(7) Penata usahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak, (8) Pelaksanaan pemeriksaan pajak,

(9) Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak, (10) Pelaksanaan konsultasi perpajakan,

(11) Pelaksanaan intensifikasi, (12) Pembetulan ketetapan pajak, (14) Pelaksanaan administrasi kantor.

C. Bidang-Bidang Kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan Polonia

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62/PMK.01/2009 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Keuangan, KPP Pratama termasuk didalamnya KPP Pratama Medan Polonia terdiri dari :

(1) Sub BagianUmum,

(2) Seksi Pengolahan Data Informasi (PDI), (3) Seksi Pelayanan,

(4) Seksi Penagihan, (5) Seksi Pemeriksaan,

(6) Seksi Ekstensifikasi Perpajakan, (7) Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, (8) Seksi Pengawasan dan Konsultasi II, (9) Seksi Pengawasan dan Konsultasi III, (10) Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV, dan (11) Kelompok Jabatan Fungsional.

1. Sub bagian Umum

Sub bagian umum mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, tatausaha, dan rumah tangga

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha penerimaan perpajakan, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling, pelaksanaan i-SISMIOP dan SIG, serta penyiapan laporan kinerja.

3. Seksi Pelayanan

Seksi Pelayanan mempunyai tugas melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan (SPT), serta penerimaan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi Wajib Pajak, serta melakukan kerja sama perpajakan.

4. Seksi Penagihan

Seksi Penagihan mempunyai tugas melakukan urusan penatausahaan piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan piutang pajak, serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.

5. Seksi Pemeriksaan

Seksi Pemeriksaan memiliki tugas melakukan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak, serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.

6. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan

Seksi Ekstensifikasi Perpajakan mempunyai tugas melakukan pengamatan potensi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, pembentukan dan pemutakhiran basis data nilai objek pajak dalam menunjang ekstensifikasi.

7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, II, III, dan IV

Seksi Pengawasan Konsultasi I, II, III, dan IV mempunyai tugas melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak, bimbingan/himbauan kepada wajib pajak dan konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil wajib pajak, analisis kinerja wajib pajak, rekonsiliasi data wajib pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, usulan pembetulan ketetapan pajak.

8. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok fungsional yang terdiri atas Pejabat Fungsional Pemeriksaan dan Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala KPP Pratama Medan Polonia. Dalam melaksanakan tugasnya, Pejabat Fungsional Pemeriksaan berkoordinasi dengan Seksi Pemeriksaan sedangkan Pejabat Fungsional Penilai berkoordinasi dengan Seksi Ekstensifikasi

.

D. TINGKAT PENDIDIKAN DAN JUMLAH PEGAWAI

Adapun jumlah pegawai yang terdapat di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia adalah berjumlah 100 orang yang terdiri dari

TABEL 1

JUMLAH PEGAWAI KPP PRATAMA MEDAN POLONIA

Kepala Kantor 1 orang

Kepala Seksi 10 orang

Supervisor 2 orang

Account Representative 22 orang

Pemeriksa Pajak 15 orang

Pelaksana 50 orang

Jumlah Keseluruhan Pegawai 100 orang

2. Penggolongan Pegawai menurut Tingkat Pendidikan

Menurut tingkat pendidikan, pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia digolongkan sebagai berikut.

TABEL 2

TINGKAT PENDIDIKAN JUMLAH PEGAWAI KPP PRATAMA MEDAN POLONIA

Sumber : Data dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia, 2013

Tingkat Pendidikan S2 5 orang

Tingkat Pendidikan S1 31 orang

Tingkat Pendidikan D4 1 orang

Tingkat Pendidikan D3 28 orang

Tingkat Pendidikan D1 24 orang

Tingkat Pendidikan SMA 11 orang

Jumlah Keseluruhan Pegawai

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Sebagaimana kita ketahui ,peranan pajak semakin besar dan penting dalam menyumbang penerimaan Negara dalam rangka kemandirian pelaksanaan pembangunan Nasional. Untuk itu perlu adanya peningkatan kesadaran dan kepedulian masyarakat untuk membayar pajak .Salah satu wujud kesadaran dan kepedulian masyarakat untuk membayar pajak adalah mendaftarkan diri menjadi wajib pajak dan membayar pajak penghasilan sesuai ketentuan perpajakan yang ada apabila penerimaan atau memperoleh penghasilan.

Sesuai ketentuan perpajakan yang ada, sistem pemungutan pajak yang dianut di Indonesia adalah self assessment yaitu masyarakat mendaftarkan sendiri sebagai wajib pajak selanjutnya menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak penghasilan terutang.Sedangkan salah satu fungsi Direktorat jendral Pajak menurut ketentuan undang-undang perpajakan adalah melakukan pengawasan terhadap masyarakat atas pelaksanaan system self assessment sehingga diberikan wewenang dibidang perpajakan antara lain pengukuhan sebagai wajib pajak, penetapan besarnya pajak yang terutang apabila masyarakat tidak membayar pajak sesuai ketentuan undang-undang perpajakan. (Cyrus Sihaloho,2008:15)

Adapun resiko apabila masyarakat wajib pajak tidak mengetahui hak dan kewajiban perpajakanya adalah : adanya kerugian negara dalam hal kualitas dan

kuantitas dalam penerimaan negara yang berasal dari sektor penerimaan fiskal dalam negeri. Agar hal ini tidak terjadi, pemerintah selalu berupaya melakukan perbaikan – perbaikan dalam bidang perpajakan, contohnya modernisasi perpajakan yang bertujuan merubah paradigma mesyarakat mengenai aparat pajak dan juga pelayanan-pelayanan yang bertaraf internasional seperti e-registration dan e-filling yang memudahkan calon wajib pajak dan wajib pajak meng akses informasi secara online untuk mendaftar dan memperoleh NPWP dan membayar pajak dengan melampirkan dokument yang berkaitan seperti laporan laba rugi dalam format digital ( CD, flashdisk, dan lain-lain)

ketentuan mengenai pajak penghasilan (PPh) diuraikan dalam undang-undang perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir,yaitu undang-undang pajak penghasilan (PPh) No.36 tahun 2008. Adanya pajak penghasilan (PPh) pasal 21 sabagaimana tertuang dalam undang-undang tersebut sangat menentukan peningkatan penerimaan pajak karena dianggap memiliki peranan yang sangat penting.

Kantor pelayanan pajak dalam peranannya sebagai salah satu pemasok pendapatan negara dari sektor pajak berperan sebagai pemotong pajak penghasilan (PPh) pasal 21 yang membayar gaji,upah,tunjangan,honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan,jasa,atau kegiatan. instansi pemerintah juga harus mengikuti syarat-syarat pengurangan serta pemotongan penghasilan sesuai dengan yang tercantum dalam Undang-Undang pajak penghasilan (PPh) pasal 21

PKLM yang dilaksanakan di KPP dimaksudkan agar dapat mengetahui bagaimana proses pemotongan dan perhitungan pajak penghasilan (PPh) pasal 21

dilakukan oleh Bendaharawan pemerintah pada lingkungan instasnsi pemerintah yang sebenarnya dalam hal ini adalah Kantor Pelayanan Pajak. Selain itu, adanya kendala-kendala yang masih muncul terutama akibat informasi yang yang diberikan dalam bentuk buku panduan perpajakan dan wajib pajak tidak selamanya mengerti, dimana pihak instansi pemerintah dalam hal ini bendaharawan pemerintah yang disebut juga sebagai pemotong pajak penghasilan pasal 21 kadang masih salah dalam melakukan perhitungan sehingga tidak jarang para pegawai merasa dirugikan. Berdasarkan masalah diatas, maka penulis tertarik untuk membahas tentang Sistem Pemotongan Dan Penghitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Atas Pegawai Negeri Sipil (PNS) Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia.

B. Tujuan dan Manfaat Praktik kerja Lapangan Mandiri 1. TujuanPraktik Kerja Lapangan Mandiri

Adapun tujuan PKLM yang dilakukan adalah merupakan salah satu persyaratan wajib dilaksanakan oleh Mahasiswa perpajakan dalam menyelesaikan pendidikan program studi diploma III Administrasi perpajakan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

1.1 Untuk mengetahui sistem pemotongan dan penghitungan Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21 atas gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Prataman Medan Polonia.

1.2 Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi oleh Bendaharawan dalam pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21 atas gaji Pegawai negeri sipil (PNS) pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia.

1.3 Untuk mengetahui besarnya Pajak penghasilan ( PPh ) pasal 21 yang dipotong atas gaji Pegawai Negeri Sipil ( PNS ) Pada Kantor Pelayanan pajak (KPP) Pratama Medan Polonia untuk tahun pajak 2012

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri 2.1Bagi Mahasiswa

a. Mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan.

b. Menciptakan dan menumbuhkan sikap profesionalisme,integritas,bertanggung jawab, inovatif, etos kerja yang tinggi serta kedisiplinan yang nantinya hal-hal tersebut sangat dibutuhkan ketika memasuki dunia kerja yang sebenarnya. c. Memotivasi mahasiswa untuk beraktifitas secara efektif dan efesien dalam

melakukan pekerjaan

d. Menambah wawasan dan pengetahuan dibidang perpajakan khususnya pelaksanaan Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21 Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang dilakukan oleh Bendaharawan Pemerintah.

2.2Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

a. Sarana perwujudan tanggung jawab sosial (social responsibilty) kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia terhadap masyarakat khususnya dibidang pendidikan.

b. Sarana bagi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia utntuk menerima saran maupun kritikan yang bersifat membangun yang menjadi sumber masukan (input) untuk meningkatkan kinerja organisasi pada masa yang akan datang

c. sarana menciptakan hubungan positif antara Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia dengan lembaga pendidikan khusnya program studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP Universitas Sumatera Utara.

2.3 Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

a. Sarana menjalin hubungan baik antara pihak Universitas dengan pihak kantor Pelayanan Pajak (KPP) pratama Medan Polonia.

b. Menjadi masukan penyempurnaan kurikulum dan sistem pendidikan untuk masa yang akan datang.

C. Uraian Teoritis 1. Pengertian Pajak

Mr. Dr. N. J. Feldmann,dalam bukunya De Overheidsmiddelen van

Dokumen terkait