• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tata Cara/Teknis Penulisan Skripsi : a Pengetikan :

Dalam dokumen Buku Pedoman Program Studi Hukum (Halaman 81-88)

Team Teaching:

INDEKS PRESTASI SEMESTER

G. SISTEM PENILAIAN

1. Tata Cara/Teknis Penulisan Skripsi : a Pengetikan :

1. Jenis atau bentuk huruf

Times New Roman dengan ukuran 12 2. Ukuran kertas standard (A4)

3. Jarak baris

Jarak antara baris satu dengan baris lainnya 2 (dua) spasi 4. Batas tepi

Diukur dari tepi kertas sebagai berikut: a. Batas atas : 4 cm

b. Batas bawah : 3 cm c. Batas kiri : 4 cm d. Batas kanan : 3 cm 5. Pengisian ruangan

Ruangan yang terdapat pada halaman naskah harus diisi penuh mulai dari batas tepi kiri samapai batas kanan, jangan ada ruangan yang terbuang, kecuali kalau akan mulai dengan alinea baru, sub judul atau hal-hal khusus.

6. Alinea baru

Dimulai dengan jarak 1,1 cm atau pengetikan karakter yang kesepuluh dari batas tepi kiri. 7. Judul, sub judul, sub-sub judul dan lain-lain

a. Judul harus ditulis dengan huruf besar (kapital) semua diatur simetris dengan jarak 4 cm dari tepi atas, tanpa diakhiri titik;

b. Sub judul diketik mulai dari batas kiri, semua kata dimulai dengan huruf besar (kapital), kecuali kata penghubung atau kata depan, tanpa digaris bawah, dan tidak diakhiri dengan titik. Kalimat pertama sesudah Sub Judul dimulai dengan alinea baru; c. Sub sub judul diketik mulai dari batas tepi kiri, hanya huruf pertama saja menggunakan

huruf besar(kapital), tanpa diakhiri titik. Kalimat pertama sesudah sub sub judul dimulai dengan alinea baru.

8. Perincian ke bawah

Jika ada perincian yang harus disusun ke bawah, dipakai nomor urut dengan angka atau huruf sesuai dengan derajat perincian. Penggunaan tanda selain angka dan huruf tidak dibenarkan.

9. Huruf miring

Huruf miring biasanya digunakan untuk : a. Penekanan sebuah kata atau kalimat; b. Menyatukan judul buku atau majalah;

c. Menyatakan kata atau frasa asing. 10. Penulisan angka

Perlu diperhatikan ketentuan penulisan sebagai berikut :

a. Bilangan di bawah seratus dan kelipatannya, seribu dan kelipatannya ditulis dengan huruf;

b. Bilangan terdiri dari tiga angka atau lebih ditulis dengan angka; c. Prosentase tetap ditulis dengan angka;

d. Angka tidak boleh digunakan sebuah kalimat. b. Struktur Penulisan :

1. Judul

2. Halaman pengesahan/persetujuan 3. Kata Pengantar

4. Daftar Isi

5. Daftar Tabel (jika ada) 6. Abstrak

7. Bab Pendahuluan berisi : 7.1.Latar Belakang 7.2.Perumusan Masalah

7.3.Tujuan dan Manfaat Penulisan 7.4.Keaslian Penulisan

7.5.Tinjauan Kepustakaan 7.6.Metode

7.7.Sistematika

8. Bab-bab Pembahasan (disusun berdasarkan masalah) 9. Bab Kesimpulan dan Saran

10. Daftar Pustaka 11. Lampiran (jika ada)

Judul Skripsi, rumusan pokok yang dikemukakan dalam penulisan, judul harus dinyatakan dengan singkat, jelas dan relevan dengan isi sehingga mudah dipahami. Apabila diperlukan judul terdiri dari sub judul. Sub judul hendaknya merupakan rumusan singkat dan jelas. Kata Pengantar, berisi gambaran umum tentang adanya kewajiban penulisan skripsi serta hasil yang diharapkan dari penulisan tersebut. Di dalam kata pengantar termuat ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah memungkinkan selesainya skripsi.

Daftar Isi, merupakan keseluruhan pokok atau isi skripsi mulai dari kata pengantar. Daftar isi, daftar table, abstrak, bab-bab, sub bab, daftar pustaka hingga lampiran.

Daftar Tabel, merupakan daftar dari table yang dimasukkan dalam naskah skripsi, table yang tidak termasuk dalam naskah hendaknya dicantumkan dalam laporan.

Abstrak, merupakan pernyataan tentang masalah skripsi secara keseluruhan, metode, hasil penelitian dan pembahasan secara ringkas dan padat sehingga dapat dipahami masalah- masalah pokok yang ditulis tanpa membaca skripsi keseluruhan, diketik satu sapasi dalam satu halaman.

Bab Pendahuluan, memuat informasi tentang latar belakang, tinjauan pustaka, metode dan sistematika.

Bab Pembahasan, merupakan pokok permasalahan yang dibahas dalam skripsi dan terorganisir dalam beberapa bab yang tersusun secara logik.

Bab Kesimpulan dan Saran, berisi kesimpulan dari permasalahan pokok dari keseluruhan. Kesimpulan bukan merupakan rangkuman ataupun ikhtisar. Saran merupakan upaya yang diusulkan agar hal-hal yang dikemukakan dalam pembahasan dapat lebih berhasil guna berdaya guna.

Daftar Kepustakaan, terdiri atas kepustakaan terbaru berupa buku, jurnal atau majalah ilmiah dan terbitan berkala lainnya. Sebaliknya daftar ini terbagi atas daftar rujukan dan daftar bacaan. Daftar rujukan merupakan uraian bibliografis yang lengkap dari setiap sumber yang dikutip dalam penulisan sedangkan daftar bacaan adalah keseluruhan bibkiografi yang relevan yang dibaca guna memperkaya wawasan dalam penulisan skripsi. Lampiran merupakan kelengkapan skripsi yang tidak dicantumkan dalam naskah.

c. Penomoran I,II,III, … A,B,C, … 1,2,3, … a),b),c), … 1),2),3), …

Untuk menyatakan sub bag di dalam skripsi dan seterusnya. d. Kutipan

1. Kutipan langsung

a. Harus sama dengan aslinya baik mengenai susunan kata-katanya, ejaannya, maupun tanda-tanda bacanya;

b. Jika panjangnya kurang dari lima baris, pengetikannya diintegrasikan dalam teks atau naskah dengan dua spasi dan diberi tanda kutip pada dan akhir;

c. Jika panjangnya lima baris atau lebih diketik berspasi satu tanpa tanda kutip pada awal dan akhir kutipan, dimulai setelah 1,02 cm dari margin kiri. Jarak antara kutipan yang panjangnya lima baris atau lebih dan teks adalah dua spasi;

d. Apabila dalam kutipan perlu dihilangkan beberapa bagian dari kalimat, maka pada bagian yang dihilangkan diganti 3 titik;

e. Kalau dari suatu kutipan itu yang dihilangkan langsung pada akhir kalimat, maka diganti dengan 4 titik;

f. Titik 4 juga digunakan jika yang dihilangkan bagian awal kalimat berikutnya atau lebih;

g. Kalau perlu disisipkan sesuatu ke dalam kutipan, dipergunakan tanda kurung besar (…);

h. Kalau dalam kutipan yang panjangnya kurang dari lima baris terdapat tanda kutip (dua koma), maka tanda kutip itu diubah menjadi tanda kutip satu koma;

i. Kata-kata yang tidak bergaris dalam aslinya, tetapi oleh pengutip dianggap perlu diberi bergaris, dibubuhi catatan langsung di belakang bagian yang diebri bergaris di antara tanda kurung besar;

j. Tiap-tiap kutipan diberi nomor kutipan pada akhir kutipan. Nomor diketik setengah spasi di atas baris kalimat, langsung sesudah akhir kutipan. Nomor kutipan berurut sampai bab terakhir, tidak dibubuhi titik, tanda kurung dan lain-lain.

2. Kutipan tidak langsung (parafrasa)

a. “Paraphrase” (paraphrase) adalah “a restatement of the sense of a text or passage in othr words, as for clearness; a free rendering or translation, as of a passafe…” Yang diutamakan dalam kutipan langsung dan tidak langsung adalah semata-mata isi, maksud, atau jiwa kutipan bukan cara dan bentuk kutipan;

b. Pada kutipan tidak langsung harus dicantumkan nomor kutipan dan sumber kutipan yang dimuat dalam footnote dengan nomor yang sama.

2. Footnote (Catatan Kaki)

1. Footnote adalah catatan kaki di halaman untuk menyatakan sumber, pendapat, fakta atau ikhtisar atau suatu kutipan dan dapat juga berisi komentar mengenai suatu hal yang dikemukakan di dalam teks.

a. Tiap-tiap footnote ditempatkan pada halaman yang sama dengan bagian yang dukutip atau diberi komentar;

b. Pada jarak dua spasi di bawah teks baris kalimat terakhir ditarik garis pemisah mulai dari batas margin kiri sampai margin kanan;

c. Footnote pertama pada halaman yang bersangkutan juga ditempatkan pada jarak dua spasi di bawah garis pemisah;

d. Nomor-nomor footnote disusun berurutan mulai nomor satu sampai nomor terakhir (nomor footnote pertama dalam bab berikutnya adalah lanjutan nomor footnote terakhir bab sebelumnya), tanpa titik, tanpa kurung dan lain-lain.

3. Tiap-tiap nomor footnote ditempatkan setengah spasi di baris pertama tanpa dibubuhi titik, tanda kurung, dan lain-lain, tetapi langsung diikuti huruf pertama dalam footnonte (tanpa diselingi satu pukulan ketik).

4. Tiap-tiap footnote diketik berspasi satu dan dimulai sesudah 1,78 cm dari margin kiri. Baris kedua dan seterusnya dari suatu footnote dimulai dari margin kiri.

5. Kalau suatu footnote terdiri atas dua alinea atau lebih, maka tiap-tiap alinea disusun seperti petunjuk di atas ini.

6. Jarak antara tiap-tiap footnote adalah dua spasi.

a. Bentuk-Bentuk Footnote

Berikut ini diuraikan benntuk-bentuk dan contoh-contoh footnote untuk sumber kutipan dari buku, makalah, surat kabar, karya yang dietrbitkan, wawancara, ensiklopedi, dan lain-lain. 1. Buku

Yang dicantumkan berturut-turut adalah nomor footnote nama pengarang (nama kecil atau nama depan, nama tengah atau inisial untuk orang barat pada umumnya dan nama akhir atau nama keluarga), judul buku, jilid, cetakan, penerbit, tempat penerbitan, tahuin penerbitan, dan nomor halaman yang dikutp. Judul buku diberi bergaris atau dicetak miring, jilid dan cetakan tidak selalu ada.

2. Majalah

Yang dicantumkan berturut-turut: nama penulis (seperti pada buku), judul tulisan di antara kutip, nama majalah (diberi bergaris), nomor, tahun majalah dalam angka Romawi (kalau ada), bulan dan tahun penerbitan, dan nomor halaman yang dikutip.

Yang dicanumkan berturut-turut: nama penulis, judul, nama surat kabar, tanggal/bulan/tahun, halaman.

4. Wawancara

Yang dicantumkan : Pihak yang diwawancarai, tanggal wawancara. b. Mempersingkat Footnote (Pengulangan)

Kalau suatu sumber sudah pernah dicantumkan lengkap dalam footnote, maka footnote itu selanjutnya dapat dipersingkat dengan menggunakan ibid., op.cit., dan loc.cit.

1. Ibid

Ibid kependekan dari ibidem, artinya “pada tempat yang sama”.

Dipakai apabila kutipan diambil dari sumber yang sama dengan yang langsung mendahului (tidak disela oleh sumber lain), meskipun antara kedua kutipan itu terdapat beberapa halaman. Ibid tanpa nomor halaman dipakai, jika bahan yang dikutip diambil dari nomor halaman yang sama. Jika bahan yang dikutip diambil dari nomor halaman yang berbeda, maka digunakan ibid, dengan nomor halaman yang berbeda.

Contoh:

1

Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, h. 8.

2

Ibid.

2. Op.cit

Op.cit., kependekan dari opera citato, artinya dalam karya yang telah disebut”. Dipakai untuk menunjuk kepada sumber yang telah disebut sebelumnya dengan lengkap, tetapi telah diselingi oleh sumber lain. Pemakaian op.cit harus diikuti nomor halaman yang berbeda. Kalau dari seorang penulis telah disebut dua macam buku atau lebih, maka untuk menghindarkan kekeliruan harus dijelaskan buku mana yang dimaksud dengan mencantumkan nama penulis diikuti angka Romawi besar I,II dan seterusnya pada footnote sesudah tahun penerbitan di antara dua tanda kurung.

Contoh :

1 Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Intermasa, Jakarta, 1978. h. 10. 2

Achmad SaM.S.udin, Yurrisprudensi Hukum Waris, Seri Hukum Adat Bag.II., Alumni, Bandung, h.2.

3

Subekti, op.cit., h. 35 c. Loc.cit.

Loc.cit., kependekan dari loco citato, artinya pada tempat yang telah disebut. Digunakan kalau menunjuk kepada halaman yang sama dari suatu sumber yang telah disebut sebelumnya dengan lengkap, tetapi telah diselingi oleh sumber lain.

Contoh :

1

E.Utrecht, Pengantar Hukum Adinistrasi Negara Indonesia, Cet.IV, Ichtiar, Jakarta, 1960, h. 178.

2

Ali Budiarjo, Reformasi Hukum di Indonesia, Cyber Consult, Jakarta, 2000, h. 50. 3 E.Utrecht, loc.cit.

4

Ali Budiarjo, loc.cit.

Dalam dokumen Buku Pedoman Program Studi Hukum (Halaman 81-88)

Dokumen terkait