• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

F. Tata Cara Penelitian

Fase gerak yang digunakan adalah fase gerak yang telah didapat dari

hasil optimasi pada penelitian sebelumnya yaitu etil asetat, metanol, dan amonia

25% (25:4:1).

2. Pembuatan larutan baku

a. Pembuatan stok larutan baku deksametason 0,3 mg/mL. Baku

deksametason ditimbang seksama lebih kurang 37,5 mg, dimasukkan ke dalam

labu takar 10,0 mL dan dilarutkan dengan 5,0 mL etanol, sonifikasi selama 2

menit dan dilanjutkan pengojogan menggunakan vortex selama 2 menit, kemudian

encerkan dengan etanol hingga batas tanda. Setelah itu, larutan tersebut diambil 2

mL, dimasukan ke dalam labu takar 25,0 mL dan diencerkan dengan etanol

sampai batas tanda sehingga diperoleh larutan baku deksametason dengan

konsentrasi 0,3 mg/mL.

b. Pembuatan larutan baku tunggal deksametason. Larutan baku

deksametason 0,3 mg/mL dipipet 3 mL kemudian masing-masing dimasukkan ke

dalam labu takar 10,0 mL dan diencerkan dengan etanol sampai batas tanda,

sehingga diperoleh seri larutan baku deksametason dengan konsentrasi 0,09

mg/mL.

c. Pembuatan stok larutan baku deksklorfeniramin maleat 1 mg/mL.

Baku deksklorfeniramin maleat ditimbang seksama lebih kurang 50 mg,

dimasukkan ke dalam labu takar 10,0 mL dan dilarutkan dengan 5,0 mL etanol,

selama 2 menit, kemudian encerkan dengan etanol hingga batas tanda. Setelah itu,

larutan tersebut diambil 5 mL, dimasukan ke dalam labu takar 25,0 mL dan

diencerkan dengan etanol sampai batas tanda sehingga diperoleh larutan baku

deksklorfeniramin maleat dengan konsentrasi 1 mg/mL.

d. Pembuatan larutan baku tunggal deksklorfeniramin maleat. Larutan

baku deksklorfeniramin maleat 1 mg/mL dipipet 3 mL kemudian masing-masing

dimasukan ke dalam labu takar 10,0 mL dan diencerkan dengan etanol sampai

batas tanda, sehingga diperoleh seri larutan baku deksklorfeniramin maleat

dengan konsentrasi 0,3 mg/mL.

e. Pembuatan seri larutan baku campuran deksametason dan

deksklorfeniramin maleat. Larutan baku deksametason 0,3 mg/mL dan larutan

baku deksklorfeniramin maleat 1 mg/mL masing-masing dipipet 1; 2; 3; 4 dan 5

mL dan masing-masing dimasukan ke dalam labu takar 10,0 mL kemudian

diencerkan dengan etanol sampai tanda batas dan digojog, sehingga diperoleh seri

konsentrasi campuran deksametason : deksklorfeniramin maleat 0,03 : 0,1

mg/mL; 0,06 : 0,2 mg/mL; 0,09 : 0,3 mg/mL; 0,12 : 0,4 mg/mL dan 0,15 : 0,5

mg/mL.

3. Penentuan panjang gelombang pengamatan

Seri larutan baku campuran deksametason : deksklorfeniramin maleat

0,03 : 0,1 mg/mL; 0,09 : 0,3 mg/mL dan 0,15 : 0,5 mg/mL masing-masing

ditotolkan 1 µL dengan menggunakan linomat pada pelat silika gel dengan jarak

antar totolan 0,9 cm. Kemudian pelat dikembangkan didalam bejana kromatografi

dikeluarkan dan dikeringkan selama ± 5 menit dan diukur AUC tiap

masing-masing senyawa kemudian dilakukan pembacaan panjang gelombang 200-450 nm

sehingga diperoleh panjang gelombang overlapping spektra deksametason dan

deksklorfeniramin maleat.

4. Pembuatan kurva baku

Seri larutan baku campuran deksametason : deksklorfeniramin maleat

0,03 : 100 mg/mL; 0,06 : 0,2 mg/mL; 0,09 : 0,3 mg/mL; 0,12 : 0,4 mg/mL dan

0,15 : 0,5 mg/mL ditotolkan 1 µL dengan menggunakan linomat pada pelat silika

gel dengan jarak antar totolan 0,9 cm. Kemudian pelat dikembangkan di dalam

bejana kromatografi (Camag®) yang telah dijenuhkan. Pengembangan dilakukan

setinggi 5 cm. Pelat dikeluarkan dan dikeringkan selama ± 5 menit dan diukur

AUC tiap masing-masing senyawa (deksametason dan deksklorfeniramin maleat

akan memisah) menggunakan densitometer pada panjang gelombang pengamatan.

Replikasi dilakukan sebanyak 3 kali. Dipilih persamaan kurva baku dengan nilai

r2 ≥ 0.997 untuk kurva baku deksametason dan kurva baku deksklorfeniramin

maleat.

5. Penentuan recovery dan Koefisien Variasi (KV) baku campuran

Seri larutan baku campuran deksametason : deksklorfeniramin maleat

0,03 : 0,1 mg/mL; 0,09 : 0,3 mg/mL dan 0,15 : 0,5 mg/mL ditotolkan sebanyak 1

µL dengan menggunakan linomat pada pelat silika gel dengan jarak antar totolan

0,9 cm. Kemudian pelat dikembangkan dalam bejana kromatografi yang telah

dijenuhkan oleh fase gerak. Pengembangan dilakukan setinggi 5 cm. Pelat

menggunakan densitometer pada panjang gelombang pengamatan. Nilai AUC

yang didapat dimasukkan ke dalam persamaan kurva baku yang telah dibuat

sebelumnya, sehingga didapatkan jumlah deksametason dan deksklorfeniramin

maleat yang kemudian dapat digunakan untuk menghitung %recovery dan %KV.

Penelitian dilakukan selama 2 periode, dimana tiap periode dilakukan paling lama

4 hari dan di replikasi sebanyak 3 kali.

6. Penentuan recovery dan Koefisien Variasi (KV) dengan adisi baku dalam sampel

a. Preparasi sampel kaplet. 20 kaplet yang setara dengan 0,5 mg

deksametason dan 2 mg deksklorfeniramin maleat digerus dalam mortir hingga

homogen.

b. Pembuatan larutan stok baku adisi. Timbang dengan seksama lebih

kurang 10 mg baku deksametason dan 40 mg baku deksklorfeniramin maleat

masukan ke dalam labu takar 10,0 mL dan larutkan dengan 5,0 mL etanol,

sonifikasi larutan selama 2 menit dan dilanjutkan penggojogan menggunakan

vortex selama 2 menit, kemudian encerkan dengan etanol hingga batas tanda dan

vortex, sehingga diperoleh larutan stok baku campuran deksametason konsentrasi

1 mg/mL atau setara dengan 1000 ppm dan deksklorfeniramin maleat konsentrasi

4 mg/mL atau setara dengan 4000 ppm.

c. Pembuatan larutan intermediet baku adisi (LA). Pipet 1,0 mL larutan

stok baku campuran deksametason (1 mg/mL) : deksklorfeniramin maleat (4

mg/mL), masukan ke dalam labu takar 10,0 mL dan diencerkan dengan etanol

peroleh larutan intermediet baku campuran deksametason dengan konsentrasi 0,1

mg/mL atau setara dengan 100 ppm dan deksklorfeniramin maleat konsentrasi 0,4

mg/mL atau setara dengan 400 ppm.

d. Pembuatan larutan sampel tanpa penambahan baku deksametason dan

deksklorfeniramin maleat (LB). Timbang dengan seksama lebih kurang 90 mg

sampel yang telah dihomogenkan, masukkan ke dalam labu takar 10,0 mL dan

larutkan dengan 5,0 mL etanol, sonifikasi larutan selama 2 menit dilanjutkan

dengan penggojogan menggunakan vortex selama 15 menit, kemudian larutan

diencerkan dengan etanol hingga batas tanda, gojog dengan vortex dan saring

menggunakan kertas saring. Replikasi dilakukan sebanyak 9 kali.

e. Pembuatan larutan sampel dengan penambahan baku deksametason

dan deksklorfeniramin maleat (LC). Timbang dengan seksama lebih kurang 90 mg

sampel yang telah dihomogenkan, masukkan ke dalam labu takar 10,0 mL dan

tambahkan dengan 1,0 ; 2,0 dan 3,0 mL larutan baku intermediet adisi (LA) pada

masing-masing labu takar, sonifikasi larutan selama 2 menit dilanjutkan dengan

penggojogan menggunakan vortex selama 15 menit, kemudian larutan diencerkan

dengan etanol hingga batas tanda, gojog dengan vortex dan saring menggunakan

kertas saring, sehingga didapat konsentrasi baku campuran deksametason dan

deksklorfeniramin maleat yang ditambahkan yaitu 0,01 : 0,04 mg/mL; 0,02 : 0,08

mg/mL dan 0,03 : 0,12 mg/mL. Replikasi dilakukan sebanyak 3 kali pada tiap

konsentrasi.

f. Pengembangan dan pengukuran. LB, dan LC ditotolkan sebanyak 1 µL

kemudian pelat dikembangkan dalam bejana kromatografi yang telah jenuh oleh

fase gerak. Pengembangan dilakukan setinggi 5 cm. Pelat dikeluarkan dan

dikeringkan selama ± 5 menit dan scanning menggunakan densitometer pada

panjang gelombang pengamatan. Nilai AUC yang didapat dimasukkan ke dalam

persamaan kurva baku yang telah dibuat sebelumnya, sehingga didapatkan jumlah

deksametason dan deksklorfeniramin maleat yang ditambahkan, sehingga dapat

digunakan untuk menghitung %recovery dan %KV.

G. Analisis Hasil

Dokumen terkait