• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rekapitulasi Hasil Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan RKT Thn 2009

C. Tata Usaha Kayu (TUK)

Kegiatan Tata Usaha Kayu (TUK) sebenarnya tidak dilakukan dalam PKL ini, namun karena perusahaan sedang dalam persiapan untuk melakukan penebangan maka dilakukan wawancara dan tanya jawab terhadap pekerja di perusahaan tersebut untuk memperoleh ilmu tentang Tata Usaha Kayu (TUK). Pengukuran terhadap kayu bulat juga hanya dilakukan simulasi saja.

1. Pengukuran Batang (Log) a. Tujuan Kegiatan

Tujuan dari kegiatan pengukuran batang adalah sebagai berikut :

? Untuk mengetahui panjang, diameter, dan volume batang kotor maupun volume batang bersih.

? Untuk mengetahui ciri-ciri kayu mapun cacat yang terdapat pada kayu.

b. Teori Singkat

Menurut Anonim (1993), Tata Usaha Kayu (TUK) merupakan kegiatan pencacatan setiap gerakan kayu dengan disertai tanda-tanda pada bontos kayu, setiap gerakan kayu bisa berupa transaksi atau juga pemotongan atau perubahan bentuk kayu. Pencatatan di Tempat Penimbunan Kayu (TPK) hutan atau dipinggir jalan angkutan merupakan pencatatan awal dari tata usaha kayu. Oleh karena itu akurasi pengukuran, indentipikasi pencatatan dan pelaporannya harus betul-betul di kerjakan secara hati- hati dan teliti. Adapun pencatatan pada setiap bontos kayu tersebut meliputi :

? Nomor batang

? Jenis

? Panjang kayu

? Diameter pangkal kayu

? Diameter ujung kayu

? Rata-rata diameter pangkal dan ujung kayu

15 Faktor-Faktor yang mempengaruhi ketelitian hasil pengukuran adalah tempat pengukuran, waktu pengukuran, alat ukur yang dipergunakan, ketelitian si pengukur, dan lain- lain. Selain faktor- faktor tersebut diatas, agar pengukuran dapat di lakukan dengan sebaik-baiknya maka kayu bulat yang akan diukur harus memenuhi syarat-syarat pembuatan yang baik, yaitu : Bontos harus di potong siku, kayu harus bebas dari cabang atau di papas dengan baik, kayu harus sudah di kuliti, sedapat mungkin kayu harus lurus, dan sebagainya.

Sebelum di lakukan pengukuran, maka penetapan nama jenis kayu sangat penting karena harus di cantumkan dalam daftar-daftar atau dokumen-dokumen seperti : Daftar Ukur Kayu, Laporan Hasil Penebangan (LHP). Jika terdapat keraguan dalam menetapkan nama jenis kayu, maka harus di yakinkan dengan memeriksa struktur anatominya.

Pemegang izin dalam penebangan wajib membuat Buku Ukur di TPN dan LHP di TPK hutan. Laporan Hasil Produksi (LHP) adalah dokumen hasil produksi yang dibuat di TPK yang memuat nomor batang, jenis, panjang, diameter dan volume kayu bulat dan kayu bulat kecil yang diproduksi dari areal tebangan yang telah ditetapkan. LHP wajib disahkan oleh petugas kehutanan yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehutanan dan Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur. Dasar acuan pembuatan LHP adalah LHC LHP dibuat setiap 15 hari sekali atau 2 kali setiap bulannya.

Selain itu, kami juga melakukan orentasi mengenai dokumen-dokumen yang diperlukan didalam kegitan Tata Usaha Kayu (TUK). Setiap pemegang izin HPH, IPK dan HPH yang akan melaksanakan penebangan pohon, wajib

melaksanakan inventarisasi tegakan pohon dan membuat LHC. Laporan Hasil Cruising (LHC) adalah dokumen hasil cruising yang memuat nomor, jenis, tinggi diameter dan volume pohon yang diperoleh dari hasil inventarisasi tegakan pohon pada kawasan hutan dan atau pada areal tebang habis.

c. Alat dan Bahan

1. Meteran 50 m dan 5 m 2. Form Buku Ukur 3. Alat Tulis

4. Kalkulator

d. Prosedur Kerja

1. Pengukuran Diameter (D)

Diameter kayu bulat (D) adalah merupakan rata-rata dari diameter bontos pangkal (Dp) dan diameter bontos ujung (Du) kayu bulat yang bersangkutan dalam kelipatan 1 cm penuh.

Untuk menetapkan diameter bontos pangkal (Dp) di ukur diameter terpendek (d1) melalui pusat bontos, kemudian diukur diameter yang tegak lurus terhadapnya (d2) melalui pusat bontos juga, masing-masing dalam kelipatan 1 cm penuh.

Hasil rata-rata antara d1 dan d2 merupakan diameter bontos pangkal (Dp) dalam kelipatan 1 cm penuh juga. Demikian pula cara penetapan diameter bontos ujung (Du), yaitu rata-rata dari diameter terpendek (d3) melalui pusat bontos dan diameter tegak lurus diameter terpendek (d4) melalui pusat bontos. Pengukuran diameter dapat dimulai pada bontos yang mana saja, asal pengukuran dan pencatatannya benar

17 2. Pengukuran Panjang

Panjang kayu bulat rimba (L) adalah jarak terpendek antara kedua bontos sejajar dengan sumbu kayu bulat tersebut. Panjang di ukur kelipatan 10 cm dan diberikan spilasi 10 cm. Langkah- langkah yang harus diperhatikan adalah menentukan titik dimana akan di mulai pengukuran dan titik dimana akhir pengukuran dengan memperhatikan potongan bontos kayu bulat tersebut.

3. Standar hasil didalam pelaksanan pengujian batang dan pengukuran batang :

1. Jarak antar batang ± 1 m atau di sesuaikan dengan kenyamanan operator chainsaw memotong batang

2. Pemeriksaan kondisi fisik batang mulai dari banir, mata kayu, gerowong, busuk hati, bengkok dan sisa cabang, pecah batang dan pecah gelang.

3. Tanda trimming dibuat dengan cat putih atau kapur krayon yang berupa tanda strip melintang batang agar terlihat dengan jelas. Trimming hanya dilakukan sampai ukuran panjang batang minimal 6 meter. Gerowong dari ujung keujung lainnya diafkir.

4. Pemotongan batang dilakukan tegak lurus batang dan pastikan batang terpotong sempurna. Apabila pecah gelang, pecah busur dan pecah batang masih terlihat, lakukan pemotongan kembali sampai batas minimal 6 m. Apabila batang di perkirakan masih terlalu

panjang, maka dilakukan pembagian batang sesuai ketentuan yang berlaku

5. Pengukuran diameter kayu bulat dilakukan setelah pengupasan kulit dan pengujian pada kayu bulat. Penandaan pengukuran diameter menggunakan krayon, berupa 4 buah garis di tepi bontos. 6. Pencatatan diameter pangkal, diameter ujung dan diameter

rata-ratanya pada kolom diameter .

7. Panjang kayu diukur sesuai panjang sumbu kayu dalam kelipatan 10 cm dan diberikan spilasi 10 cm.

8. Pencatatan volume log pada kolom volume dengan satuan meter kubik (m3).

19

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat kami berikan adalah sebagai berikut :

1. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada bidang Perencanaan Hutan PT. Hanurata ini lebih mengarah pada segala proses yang berkaitan dengan kegiatan perencanaan pengolahan hutan, seperti: Survey Rencana Jalan dan Pengukuran Trase Jalan, Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan, Pengolahan Data ITSP, Pengolahan Data LHC, dan Pengukuran Batas Blok KBNK

2. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada bidang Pembinaan Hutan PT. Hanurata ini lebih mengarah pada proses peremajaan hutan dalam rangka mewujudkan kelestariannya dimasa depan. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan antaralain: Pemeliharaan persemaian, Pengadaan bibit, Inventarisasi satwa dan Inventarisasi tegakan tinggal

3. Kegiatan-kegiatan yang kami lakukan pada bidang Tata Usaha Kayu PT. Hanurata ini adalah pengukuran batang (log).

4. Teori yang penulis peroleh pada bangku perkuliahan dan kegiatan yang dilakukan di lapangan pada kegiatan PKL memiliki persamaan dasar keilmuan, namun pekerja pada perusahaan memiliki cara tersendiri saat mengaplikasikan teori tersebut dengan berdasar pada pengalaman bekerja, sehingga lebih efisien dan dapat mempersingkat waktu.

B. Saran

Adapun saran yang dapat diberikan dalam rangka membangun kinerja bersama, antara PT. Hanurata dengan peserta PKL pada waktu yang akan datang yaitu :

1. Diharapkan agar di sediakan perlengkapan safety yang digunakan para pekerja sesuai dengan Standar Operating Prosedur (SOP) Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) para pekerja.

2. Diharapkan adanya kerja sama jangka panjang antara PT.HANURATA dengan POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA dalam rangka mewujudkan program Praktek Kerja Lapangan (PKL) secara berkelanjutan.

21

Dokumen terkait