• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI DATA

B. Tatacara Pendaftaran Dan Pengukuhan Pengusaha kena Pajak

Adapun Tatacara pendaftaran dan pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak serta Pelaporan dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak adalah:

1. Wajib Pajak atau orang pribadi yang diberi kuasa khusus yang mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak dan atau Pengusaha yang melaporkan kegiatan usaha untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak wajib mengisi, menandatangani, dan menyampaikan formulir pendaftaran ke Kantor Pelayanan Pajak.

2. Berdasarkan formulir pendaftaran, Kantor Pelayanan Pajak menerbitkan Surat Keterangan Terdaftar dan atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

3. Kantor Pelayanan Pajak menerbitkan Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak dan Surat Keterangan Terdaftar paling lama pada hari kerja berikutnya setelah permohonan pendaftaran beserta persyaratannya diterima secara lengkap.

4. Kantor Pelayanan Pajak menerbitkan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak paling lama 3 (tiga) hari kerja berikutnya setelah pelaporan beserta persyaratannya diterima secara lengkap.

5. Dalam hal Wajib Pajak melakukan pendaftaran sekaligus melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, maka Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak, Surat Keterangan Terdaftar, dan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak diterbitkan secara bersamaan paling lama 3 (tiga) hari kerja berikutnya setelah permohonan pendaftaran dan pelaporan beserta persyaratannya diterima secara lengkap.

Bentuk dan Formulir yang digunakan :

1. KP.PDIP.4.1-00 (Permohonan Pendaftaran dan Perubahan Data Wajib Pajak) 2. KP.PDIP.4.2-00 (Surat Keterangan Terdaftar)

3. KP.PDIP.4.3-00 (Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak) 4. KP.PDIP.4.4-00 (Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak)

5. KP.PDIP.4.5-00 (Bukti Pendaftaran Wajib Pajak) 6. KP.PDIP.4.6-00 (Surat Tugas Pembuktian Alamat) 7. KP.PDIP.4.7-00 (Berita Acara Hasil Pembuktian Alamat)

8. KP.PDIP.4.8-00 (Surat Penolakan Pendaftaran Wajib Pajak dan Pelaporan Pengusaha Kena Pajak

9. KP.PDIP.4.9-00 (Bukti Pelaporan Pengusaha Kena Pajak)

C. Tempat dan Jangka Waktu Pendaftaran Atau Pelaporan Kegiatan Usaha a. Tempat Pendaftaran Atau Pelaporan Kegiatan Usaha

1. Tempat pendaftaran Wajib Pajak untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak dan tempat pelaporan kegiatan usaha Pengusaha untuk memperoleh Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak adalah di Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan dan atau Pengusaha yang bersangkutan.

2. Dalam hal tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak berada dalam dua atau lebih wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak, Direktur Jendral Pajak Menetapkan tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak.

D. Jangka Waktu Pendaftaran Atau pelaporan Kegiatan Usaha Pasal 2

1. Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dan Wajib Pajak badan, wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak paling lama 1 (satu) bulan setelah saat usaha mulai dijalankan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 8.

2. Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas, apabila sampai dengan suatu bulan memperoleh penghasilan yang jumlahnya telah melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak setahun, wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak paling lambat pada akhir bulan berikutnya.

3. Wajib Pajak orang pribadi selain yang dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) yang memerlukan Nomor Pokok Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak.

4. Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak sebelum melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak bagi yang memenuhi ketentuan sebagai Pengusaha Kena Pajak.

5. Wajib Pajak sebagai Pengusaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Penjualan Atas Barang Mewah sebagaimana telah diubah terakhir denga

a. Memilh sebagai Pengusaha Kena Pajak, wajib mengajukan pernyataan tertulis untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak

b. Tidak memilih sebagai Pengusaha Kena Pajak tetapi sampai dengan suatu masa pajak dalam suatu tahun buku seluruh nilai peredaran bruto telah melampaui batasan yang ditentukan sebagai Pengusaha Kecil, wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak paling lambat akhir masa pajak berikutnya.

6. Wajib Pajak yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (4), dan ayat (5) huruf b diterbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak dan atau pengukuhan Pengusaha Kena Pajak secara jabatan.

E. Tatacara Pemindahan Wajib Pajak, Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak, dan Pencabutan Nomor Pencabutan Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak

1. Tatacara Pemindahan Wajib Pajak

Adapun Pemindahan Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per - 20/PJ/2013 pasal 37 dilaksanakan sebagai berikut:

a. Wajib Pajak yang bersangkutan harus telah terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak Baru yang dibuktikan dengan telah diterimanya surat Pemberitahuan telah terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Baru.

b. Kantor Pelayanan Pajak Lama harus mengisi berkas Wajib Pajak berikut uraian singkat mengenai hal-hal yang dianggap perlu kepda Kantor Pelayanan Pajak Baru yang isinya antara lain :

a. Jumlah tunggakan pajak yang masih harus ditagih.

b. Tindakan penagihan yang telah dilaksanakan atas tunggakan pajak.

c. Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak atau keberatan Wajib Pajak yang belum diselesaikan.

F. Tatacara Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan Pencabutan Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

Adapun tatacara Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 adalah sebagai berikut :

1. Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dilakukan terhadap Wajib Pajak yang sudah tidak memenuhi persyaratan subjektif dan/atau objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.

2. Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan:

a. atas permohonan Wajib Pajak atau b. secara jabatan.

3. Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak atas permohonan Wajib Pajak atau secara jabatan dilakukan berdasarkan hasil Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3), apabila penghapusan tersebut dilakukan terhadap:

a. Wajib Pajak orang pribadi yang telah meninggal dunia dan tidak meninggalkan warisan.

b. Wajib Pajak bendahara pemerintah yang tidak lagi memenuhi syarat sebagai Wajib Pajak karena yang bersangkutan sudah tidak lagi melakukan pembayaran.

c. Wajib Pajak orang pribadi yang telah meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya.

d. Wajib Pajak yang memiliki lebih dari 1 (satu) Nomor Pokok Wajib Pajak untuk menentukan Nomor Pokok Wajib Pajak yang dapat

digunakan sebagai sarana administratif dalam pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban perpajakan.

e. Wajib Pajak orang pribadi yang berstatus sebagai pengurus, komisaris, pemegang saham/pemilik dan pegawai yang telah diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak melalui pemberi kerja/bendahara pemerintah dan penghasilan netonya tidak melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak. f. Wajib Pajak badan kantor perwakilan perusahaan asing yang tidak

mempunyai kewajiban Pajak Penghasilan badan dan telah menghentikan kegiatan usahanya.

g. Warisan yang belum terbagi dalam kedudukan sebagai Subjek Pajak sudah selesai dibagi.

h. Wanita yang sebelumnya telah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan menikah tanpa membuat perjanjian pemisahan harta dan penghasilan serta tidak ingin melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya terpisah dari suaminya.

i. Wanita kawin yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak berbeda dengan Nomor Pokok Wajib Pajak suami dan pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban perpajakannya digabungkan dengan pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban perpajakan suami.

j. Anak belum dewasa yang telah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak k. Wajib Pajak bentuk usaha tetap yang telah menghentikan kegiatan

l. Wajib Pajak badan tertentu selain perseroan terbatas dengan status tidak aktif (non efektif) yang tidak mempunyai kewajiban Pajak Penghasilan dan secara nyata tidak menunjukkan adanya kegiatan usaha.

4. Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak terhadap Wajib Pajak selain sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilakukan berdasarkan hasil Pemeriksaan.

Dalam hal Wajib Pajak pindah tempat tinggal atau tempat kedudukan atau tempat usaha sebagaimana dimaksud dalam pasal 36 ayat (1) sampai (3), Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan atau pencabutan Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dari tata usaha Kantor Pelayanan Pajak baru melakukan hal-hal sebagai berikut :

1. Kantor Pelayanan Pajak Baru menerbitkan Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak dan Surat Keterangan Terdaftar dan/atau Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah tembusan Surat Pindah Surat Pencabutan Surat Keterangan Terdaftar, dan/atau Surat Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak diterima.

2. Kantor Pelayanan Pajak Baru mengirimkan tembusan Surat Keterangan Terdaftar dan/atau Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah penerbitan ke Kantor Pelayanan Pajak Lama.

3. Tanggal pengukuhan Pengusaha Kena Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Baru adalah sesuai dengan tanggal pengukuhan Pengusaha Kena Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Lama.

G. Statistik Pengusaha Kena Pajak Yang Terdaftar Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia.

Jumlah Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia dari per 1 Januari 2009 sampai dengan Juni 2013, dapat kita lihat tabel berikut :

Jenis Pajak

Jumlah Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia (Tahun) 2009 2010 2011 2012 S.d Juni 2013 Bidang Industri 224 232 239 42 43 Bidang Perdagangan 2538 2847 3121 163 205 Bidang Jasa 2339 2411 2467 1368 1560 Orang Pribadi 668 696 703 162 169 Badan 4433 4794 5124 1411 1639 Jumlah 5101 4794 5827 1573 1808

Sumber : Seksi TUP 2013

Dari Tabel diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa :

- Pada jenis pajak bidang industri, Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia mengalami penurunan sebesar -0,80%

- Pada jenis pajak di bidang perdagangan Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia mengalami penurunan sebesar -0,91%

- Pada jenis pajak di bidang jasa Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia mengalami penurunan sebesar -0,33%

Pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 jumlah Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia mengalami peningkatan. Tetapi pada tahun 2012 jumlah Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia mengalami penurunan. Sementara itu, pada tahun 2013 jumlah Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar mengalami peningkatan kembali jika dibandingkan dengan tahun 2012. Ini tidak sebanding dengan jumlah pengusaha yang begitu banyak di Kota Medan. Hal ini disebabkan bukan hanya dari faktor pengusaha saja namun juga dari pihak fiskus. Mengenai hambatan atau kendala yang mempengaruhi hal tersebut di atas penulis jabarkan pada abgian berikutnya.

NB : Rumus% = Jumlah s.d Juni 2013 – Jumlah Tahun 2009 x 100% Jumlah Tahun 2009

H. Kendala para Wajib Pajak Atau Pengusaha Kena Pajak Yang Ingin Mendaftarkan Dirinya Dalam Hal Perpajakan

1. Rendahnya Tingkat Pengetahuan Pengusaha Kena Pajak tentang Perpajakan

Rendahnya pengetahuan perpajakan merupakan suatu kendala tersendiri yang membutuhkan perhatian khusus. Perlawanan pasif (perlawanan yang tidak disengaja) merupakan produk dari ketidaktahuan Pengusaha terhadap pengetahuan perpajakan. Pengusaha secara tidak sadar sudah melakukan suatu perlawanan dalam bentuk tidak membayar pajak. Dalam perlawanan pasif ini tidak terlihat adanya unsur kesengajaan dari pengusaha menghindari pembayaran pajak apalagi menghambatnya. Mereka hanya tidak tahu tentang untuk apa, bagaimana, kapan, dan pada siapa pajak harus dibayarkan.

Bentuk perlawanan pasif ini sangat jauh berbeda dengan bentuk perlawanan aktif (sengaja) yang justru dilakukan oleh mereka yang sudah mengetahui peraturan dan permainan pajak dengan baik. Perlawanan aktif adalah suatu bentuk perlawanan yang beresiko tinggi karena dalam perlawanan ini jelas-jelas pelakunya menghindar dari kewajiban perpajakan dan bahkan melalaikan serta bermain di dalamnya.

Jika dilihat dari sanksi yang akan diterapkan atas kedua bentuk perlawanan diatas, perlawanan pasif merupakan perlawanan yang paling sulit untuk dikenai sanksi karena mereka betul-betul tidak sengaja dalam melakukan pelanggaran. Sedangkan perlawanan aktif, jika ketahuan, dapat dikenai sanksi yang berat. Adapun bentuk perlawanan pajak yang ada, semuanya sama-sama merugikan Negara.

2. Rendahnya Kerjasama Antara Pengusaha Kena Pajak dengan Fiskus

Dalam Hal komunikasi dan informasi anatara Pengusaha Kena Pajak dengan fiskus menyebabkan terhambatnya pengurusan administrasi perpajakan, ini terlihat apabila Pengusaha Kena Pajak melakukan pengurusan-pengurusan dalam hal administrasi perpajakan selalu saja memiliki kendala-kendala :

- Pengusaha Kena Pajak tidak melengkapi surat-surat sebagai syarat yang harus dipenuhi dalam hal administrasi perpajakan.

- Pengusaha Kena Pajak menggunakan perantara yang tidak ditunjuk secara sah oleh hukum atau dengan kata lain tidak dilengkapi dengan surat kuasa dari Pengusaha Kena Pajak yang bersangkutan. Kejanggalan inilah yang banyak ditemui dalam hal kepengurusan perpajakan yang mengakibatkan terhambatnya kelancaran tugas-tugas dari aparat pajak.

Dalam hal pelaksanaan administrasi perpajakan dan juga melayani jumlah Pengusaha Kena Pajak yang begitu banyak, disamping itu agar berjalannya tertib administrasi dengan baik dan lancar, maka dirasakannya sangat kurangnya tenaga pegawai yang jumlahnya sangat minim untuk melayani para wajib pajak atau Pengusaha Kena Pajak sehingga secara otomatis volume kerja semakin meningkat.

I. Cara Mengatasi Kendala Yang Dihadapi Wajib Pajak Atau Pengusaha Kena Pajak Dalam Hal Perpajakan

Pemerintah sebagai fiskus merencanakan dan menggodok Undang-Undang Perpajakan atas dasar prinsip perpajakan yang seadil-adilnya, yang memiliki nilai dan manfaat bagi masyarakat dan negara. Dalam melaksanakan tugasnya melakukan rancangan Undang-Undang Perpajakan, pemerintah harus membuat peraturan sedemikian rupa sehingga mudah dimengerti masyarakat, maka secara otomatis akan timbulnya suatu bentuk perlawanan pajak yang cara, bentuk dan dalihnya bisa bermacam-macam.

Pemerintah memberikan pengertian kepada masyarakat, memberikan bimbingan dan penyuluhan serta menerbitkan buku-buku peraturan, prosedur dan perhitungan pajak. Selain itu juga diadakannya seminar perpajakan dengan mengundang pakar dalam bidang ini yang nantinya para masyarakat dapat mengerti dan sadar akan pentingnya pajak bagi pembangunan negara. Tetapi sangat disayangkan bahwa produk seminar sejenis ini biasanya sangat mahal sekali, sehingga hanya bisa dijangkau oleh kalangan tertentu saja. Jika kita lihat kembali dari suatu pungutan pajak, sebenarnya penyebaran informasi pajak harus seluas-luasnya dan dengan biaya yang semurah-murahnya, karena tujuan utama dari penyebaran informasi pajak adalah untuk memberikan pengertian pada masyarakat luas, sehingga pada akhirnya masyarakat sadar untuk berpartisipasi aktif dalam membayar pajak. Yang perlu ditekankan disini adalah jangan sampai ada kesan bahwa perpajakan adalah sesuatu yang eksklusif dan mahal, melainkan bahwa perpajakan adalah suatu kewajiban moral yang harus dipenuhi dengan kesadaran yang tinggi, baik oleh pelaksana perpajakan (fiskus) maupun masyarakat yang membayar pajak demi pembangunan bangsa dan negara yang adil dan sejahtera.

Kebijaksanaan lain yang dapat ditempuh dalam menyebarkan infomasi perpajakan adalah mengadakan dan memperbanyak buku panduan perpajakan bagi masyarakat. Cara ini sebenarnya dapat dikatakan cara termurah dan efisien, karena sebagian buku panduan ini diberikan secara gratis atau kalaupun dijual harganya masih terjangkau oleh masyarakat banyak.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dibahas dalam laporan tugas akhir ini tentang Tata Cara Pendaftaran dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia, penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut :

1. Pengusaha itu ada yang berbentuk orang pribadi dan ada yang berbentuk badan. Dan juga pengusaha yang dikenakan pajak, jenis usahanya terbagi tiga yaitu jenis usaha dibidang industry, jenis usaha dibidang perdagangan, dan jenis usaha dibidang jasa.

2. Pengusaha Kena Pajak yang telah mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia dari tahun 2009 sampai dengan Juni 2013 berjumlah 1808 pengusaha yaitu sudah termasuk semua bentuk dan jenis usaha.

3. Setelah Pengusaha Kena Pajak mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak dan mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak maka barulah pengusaha tersebut dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak dan mendapatkan Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP).

B. Saran

Pada bagian akhir dan sekaligus penutup dari tulisan ini, penulis ingin memberikan saran-saran yaitu :

1. Bagi para tenaga kerja atau pegawai di Kantor Pelayanan Pajak tetap ramah dan sabar dalam menghadapi para Wajib Pajak yang ingin mengurus kegiatan administrasi perpajakannya. Karena mereka masih banyak yang belum mengerti tentang perpajakan dan juga kalau misalnya Wajib Pajak atau Pengusaha Kena Pajak yang ingin bertanya kepada pegawai tidak canggung lagi sehingga kegiatan perpajakan akan berjlan dengan lancar.

2. Dalm hal peningkatan Wajib Pajak atau Pengusaha Kena Pajak agar diupayakan lagi agar semakin meningkat dengan cara ekstensifikasi yaitu penambahan wajib pajak atau memperluas objek pajak dengan berbasis pada Undang-Undang Perpajakan dan intensifikasi yaitu perbaikan dari organisasi itu sendiri untuk itu perlu penambahan tenaga pelaksana agar pelayanan pajak dapat dilaksanakn dengan baik.

3. Penyuluhan dibidang perpajakan agar lebih ditingkatkan lagi, untuk mendukung roda perekonomian demi terciptanya masyarakat adil dan makmur sesuai dengan tujuan dan cita-cita bangsa dan negara.

4. Dengan memperbanyak buku panduan perpajakan bagi masyarakat dengan harga yang tidak terlalu mahal agar bisa terjangkau oleh masyarakat dan diusahakan agar bahasa yang digunakan mudah dimengerti oleh para pembacanya.

DAFTAR PUSTAKA

Ismawan, Indra, 2000, Memahami Reformasi Perpajakan, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta

Judisseno, Rimsky, 2001, Perpajakan edisi Revisi, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Rusjdi, Muhammad, 2003, Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, PT. Index,

Sukardi, Untung, 2010, Pajak Pertambahan Nilai, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Keputusan Direktur Jendral Pajak Nomor : PER - 20/PJ/2013 Tentang Tatacara Pendaftaran dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, Pelaporan Usaha Dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, serta Perubahan Data dan Pemindahan Wajib Pajak.

Dokumen terkait