LEARNING PROGRAMS LECTURE
TB IN THE IMMUNOCOMPROMISED HOST dr Made Bagiada, SpPD-KP
Sebagai seorang dokter yang bekerja di tingkat pelayanan primer, pemahaman tentang diagnosis dan penatalaksanaan TB pada imunokompromais sangatlah penting. Kejadian TB lebih tinggi pada imunokompromais dibanding dengan non-imunokompromais. Penyakit infeksi kronik ini bila tidak ditangani dengan baik menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Di Indonesia dengan beban TB tinggi (nomor 5 di dunia) akan lebih tinggi lagi dengan meningkatnya prevalensi penderita HIV/AIDS.
TB adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh M.tuberculosis. Tempat masuk dan target organ terbanyak adalah paru. Orang yang terinfeksi M.tuberculosis hanya sebagian kecil yang menjadi sakit TB dan sebagian besar tidak menjadi sakit (latensi). Orang yang tidak sakit (latensi) akan menjadi sakit (reaktivasi) atau TB aktif bila terjadi penurunan daya tahan tubuh atau imunitas (imunokompromais). Secara umum klinis TB ditandai dengan batuk-batuk produktif lebih dari 2 – 3 minggu disertai dengan gejala-gejala respiratorik lainnya dan gejala non-respiratorik. Namun, manifestasi klinis dari TB pada individu imunokompromais terletak pada derajat beratnya penurunan imunitas. Sering tanda dan gejala TB atipikal, sering terjadi kesalahan diagnosis, sehingga prognosis menjadi lebih buruk.
Imunokompromais adalah suatu kondisi dimana sistem kekebalan tubuh seseorang melemah atau tidak ada. Individu yang imunokompromais kurang mampu melawan atau memerangi infeksi karena respon imun yang berfungsi tidak benar. Contoh orang imunokompromais adalah mereka yang terinfeksi HIV atau AIDS, wanita hamil, atau sedang menjalani kemoterapi atau terapi radiasi untuk kanker. Kondisi lain dengan imunokompromais, seperti kanker tertentu dan kelainan genetik, diabetes mellitus, dan penderita yang mendapatkan terapi TNF-α. Individu immunocompromised kadang-kadang lebih rentan terhadap infeksi serius dan /atau komplikasi dibanding orang sehat. Mereka juga lebih rentan untuk mendapatkan infeksi oportunistik, yaitu infeksi yang biasanya tidak mengenai orang yang sehat.
Dalam keadaan penderita dengan imunokompromais, seorang dokter harus dapat mengenali penyakit TB aktif. Diagnosis TB pada imunokompromais adalah dengan menemukan kuman BTA pada sputum baik dengan pemeriksaan langsung BTA maupun kultur. Pengobatan TB penderita imunokompromais sama dengan pada non-imunokompromais dan pengobatan TB-nya diutamakan. Dokter harus mampu mengidentifikasi penderita TB pada imunokompromais yang tidak respon (resisten) dengan obat TB, sehingga dapat melakukan tindakan lebih dini untuk menurunkan perburukan prognosis (kematian).
General Objektif
1. Mampu menjelaskan penegakan diagnosis TB pada imunokompromais.
2. Mampu menyusun program pengobatan jangka panjang penderita TB pada imunokompromais.
3. Mampu mengidentifikasi kemungkinan gagal respon pengobatan (resisten) penderita TB pada imunokompromais.
5. Mampu mengidentifikasi penderita TB dengan imunokompromais yang perlu rujukan lebih lanjut.
Trigger
Anda sebagai seorang dokter yang bekerja di sebuah Puskemas, datang seorang pasien laki-laki, usia 28 tahun. Dia mengeluhkan panas badan sejak lebih kurang 2 minggu. Demam tidak begitu tinggi dan tidak sampai menggigil. Disamping demam juga ada batuk-batuk ringan tanpa disertai dahak yang dialami lebih dari 1 minggu. Penderita sudah minum obat penurun panas dan obat batuk yang dibeli di warung tapi tidak ada kesembuhan. Berat badan penderita dirasakan menurun drastis belakangan ini. Napsu makan berkurang sehingga badan penderita dirasakan semakin kurus. Penderita adalah seorang sopir pengangkut barang jawa – bali, sudah menikah dan mempunyai anak wanita usia 4 tahun. Sesekali penderita minum bir. Penderita mempunyai tattoo di badannya yang dibuat sewaktu penderita klas 1 SMA.
Learning Task
1. Jelaskan bagaimana saudara memastikan bahwa pasien tersebut memang menderita TB dan imunokompromais!
2. Mengapa TB laten menjadi reaktivasi (TB aktif)?
3. Bagaimana saudara mengenali pasien TB imunokompromais mengalami Immune Reconstitution Inflammatory Syndrome (IRIS)?
4. Jika ternyata pasien tersebut menderita TB dengan imunokompromais bagaimana cara menyusun pengobatan penderita?
5. Bagaimana cara menilai respon pengobatan TB pada pasien dengan imunokompromais?
LECTURE 20.1
ASTHMA Prof. IB RaiAirway hyper responsiveness is known as the denominator underlying all form of asthma. The basis of this abnormal bronchial response is not fully understood. Most current evidence suggests that bronchial inflammation is the substrate for this hyper responsiveness, manifested by the presence of inflammatory cells and by damage of bronchial epithelium. In extrinsic (allergic) asthma, bronchial inflammation is caused by type I hypersensitivity reactions, but in intrinsic asthma, the cause is less clear. Incriminated in such cases are viral infections of the respiratory tract and inhaled air pollutant such as sulfur dioxide, ozone and nitrogen dioxide.
Tujuan Umum:
1. Mampu menjelaskan penegakan diagnosis asma.
2. Mampu menyusun program pengobatan jangka panjang asma. 3. Mampu mengidentifikasi pasien dengan serangan asma akut.
4. Mampu memberikan pengobatan awal pasien dengan serangan asma akut.
5. Mampu mengidentifikasi pasien asma akut yang perlu perawatan inap di rumah sakit, dan merujuknya.
Kasus
Anda sebagai seorang dokter yang bekerja di sebuah Puskesmas kota, datang seorang pasien wanita, usia 36 tahun. Dia menyampaikan bahwa telah menderita asma sejak usia remaja. Dalam 3 bulan terakhir ini, dia mengalami serangan asma hampir setiap 3 hari , termasuk serangan di malam hari. Untungnya, kata pasien, serangan asmanya dapat diatasi dengan obat semprot yang dia miliki. Pasien menginginkan agar terbebas dari penyakitnya ini.
Tugas Pembelajaran
1. Jelaskan bagaimana saudara memastikan bahwa pasien tersebut memang menderita asma!
2. Apakah asma pasien tersebut dalam keadaan terkontrol? Jelaskan!
3. Apakah inhaler yang dipergunakan oleh pasien tersebut termasuk ke dalam kelompok pelega (reliever)? Jelaskan perbedaan fungsi antara reliever dan controller, dan sebutkan obat-obat dari kedua kelompok tersebut!
4. Susun rencana penatalaksanaan jangka panjang pasien tersebut!
5. Apabila suatu saat pasien tersebut mengalami suatu serangan asma akut, terapi apa yang akan saudara berikan?
LECTURE 20.2
CHRONIC OBSTRUCTIVE PULMONARY DISEASE