• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tegangan permukaan terjadi akibat perbedaan gaya tarik-menarik antara

molekul-molekul zat cair dekat permukaan dan molekul-molekul yang

terletak lebih jauh dari permukaan dalam zat cair yang sama. Kerja

diperlukan untuk membawa molekul-molekul ke permukaan. Energi

diperlukan untuk membentuk sebuah permukaan yang bebas. Energi per

satuan luas permukaan ini disebut koefisien tegangan permukaan (γ) [Olson

γ = (2)

dengan W = energi

A = luas permukaan

Tegangan dalam zat cair dapat dihitung dengan menggunakan diagram

bebas seperti pada gambar 2.1. Gaya yang timbul di sekeliling tepinya karena

tegangan permukaan adalah:

F = 2πRγ (3)

dengan R: jari-jari butir tetesan air

γ: tegangan permukaan (dyne/cm)

Untuk suatu zat cair tertentu, tegangan permukaannya tergantung pada

temperatur dan juga fluida lain yang bersentuhan di permukaan temu

(antarmuka) [Munson, Young, & Okiishi, 2003].

Fenomena yang berkaitan dengan tegangan permukaan yaitu kenaikan

atau penurunan dari zat cair di dalam sebuah tabung kapiler seperti pada

gambar 2.1. Jika sebuah tabung kecil terbuka dimasukkan ke dalam air,

permukaan air di dalam tabung akan naik di atas permukaan air di luar

tabung. Pada peristiwa ini, terdapat gaya tarik (adhesi) antara dinding tabung

dan molekul zat cair yang cukup kuat untuk mengatasi gaya tarik antar

molekul (kohesi) dan menariknya ke arah dinding. Oleh karena itu, zat cair

tersebut membasahi permukaan dinding.

Molekul dinding tabung mengerahkan gaya ke atas pada molekul cairan.

Permukaan cairan yang menyentuh dinding akan membentuk sudut θ

terhadap dinding. Gaya ini mempunyai komponen ke atas sebesar F cos θ. Dengan demikian gaya yang ke atas diberikan persamaan:

Ty = F cos θ

= 2π Rγcos θ (4)

Gaya tersebut menarik cairan di dalam tabung dengan ketinggian H dan

berat sebesar:

w = m g

= ρVg = ρπR2

Hg (5)

Ketika dalam keadaan setimbang maka berlaku:

w = Ty

ρπR2

sehingga kenaikan cairan di dalam tabung pipa kapiler diberikan dengan

hubungan [Greenslade, 1992]:

(6)

dengan g: percepatan akibat gravitasi bumi (9,8 m/s2)

θ: sudut kontak, karena sudutnya kecil maka nilainya nol

H: kenaikan cairan

Dari persamaan (6) terlihat jelas bahwa ketinggian berbanding terbalik

dengan jari-jari tabung. Oleh karena itu kenaikan zat cair di dalam sebuah

tabung sebagai akibat aksi kapiler semakin jelas terlihat apabila jari-jari

tabung semakin kecil.

Sudut kontak θ untuk air, udara, dan permukaan kaca yang bersih pada dasarnya nol. Apabila θ > π/2, zat cair disebut tidak membasahi permukaan (nonwetting). Apabila θ < π/2, kenaikan kapiler akan terjadi. Apabila θ = π/2,

baik kenaikan maupun penurunan tidak akan dialami oleh zat cair dalam

tabung. Bilamana θ > π/2 zat cair dalam tabung akan mengalami penurunan. Untuk menerapkan persamaan (6) berlaku bila diameter pipa relatif kecil.

Dengan bertambahnya diameter pipa, jari-jari lengkung akan semakin besar

dan kenaikan kapiler berkurang. Kenaikan kapiler tidak mungkin dihitung

secara langsung. Jika diameter tabung mendekati 1 cm, kenaikan kapiler air

dapat diabaikan.

Kenaikan cairan menggunakan tabung juga terjadi pada cairan yang

diberikan pada sepasang apitan kaca. Apitan kaca terbuat dari dua lembar

berimpit dan pada salah satu sisinya dijepit menggunakan penjepit. Pada sisi

yang lain diberi beberapa potongan mika. Mika ini berfungsi sebagai jarak

pemisah antara pelat, sehingga terdapat rongga diantara apitan. Apabila

dilihat dari atas maka rongga yang terbentuk oleh apitan kaca tampak seperti

segitiga sama kaki, ditunjukkan pada gambar 2.2.

Gambar 2.2 Diagram sudut apitan kaca dari atas (skala tidak proporsional)

Jarak pemisah pelat berubah seiring bertambahnya nilai . adalah

jarak horisontal diukur dari titik dimana dua pelat kaca bertemu. Jarak

pemisah pelat dapat dihitung dengan persamaan berikut [Piva, 2009]:

(7)

dimana L: panjang apitan sampai ujung tepi mika

tebal total jumlah mika

jarak horisontal diukur dari titik dimana dua pelat bertemu

Apitan kaca diletakkan tegak lurus terhadap bidang alasnya. Apitan kaca yang

digunakan dalam eksperimen setara dengan tabung pipa kapiler yang disusun

berdampingan. Sehingga persamaan (7) dapat disubstitusikan ke dalam

(8)

Persamaan (8) dapat dituliskan sebagai berikut:

(9)

Dari persamaan tersebut diketahui bahwa kenaikan cairan pada suatu titik

tertentu yang berjarak dari titik bertemunya kedua kaca berbanding terbalik.

Semakin kecil nilai maka kenaikan cairan semakin tinggi dan curam. Pada

nilai tertentu tinggi cairan berada pada titik tertinggi. Semakin besar nilai ,

cairan akan turun dan landai. Cairan akan terus turun dan pada nilai tertentu

cairan akan konstan.

Gambar 2.3 (a) Apitan kaca dari depan (b) Kenaikan cairan menggunakan apitan kaca tampak dari samping

Kontak sudut θ antara permukaan cairan dengan dinding pelat yang terbentuk sangat kecil. Sehingga nilainya dianggap nol dan cos θ bernilai satu. Maka persamaan (9) dituliskan sebagai berikut:

14

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan nilai tegangan permukaan cairan

menggunakan apitan kaca. Kaca yang digunakan berukuran 15 x 30 cm dengan

ketebalan setiap kaca 5 mm. Apitan kaca diletakkan dengan posisi berdiri tegak

lurus terhadap bidang alasnya. Pada salah satu sisi tepi apitan kaca diberikan 6

potong plastik mika berukuran 1 x 30 cm dengan ketebalan 0,42 mm. Setiap sisi

tepi apitan kaca dijepit menggunakan “klip binder”. Jarak antar penjepit adalah 6

cm. Secara umum penelitian ini dibagi ke dalam 3 tahapan, yaitu: tahapan pertama

menyiapkan alat-alat yang digunakan, tahap kedua menentukan massa jenis

cairan, kemudian tahap ketiga adalah mengukur tegangan permukaan cairan.

A. Persiapan Alat

Dalam penelitian mengukur nilai tegangan permukaan dibutuhkan

beberapa alat. Adapun alat-alat tersebut adalah sebagai berikut:

1. Gelas ukur

Gelas ukur berfungsi sebagai tempat untuk mengukur banyaknya cairan

yang digunakan. Gelas ukur yang digunakan berukuran 10 ml.

2. Neraca digital

Neraca digital digunakan untuk menimbang cairan dan bahan terlarut.

3. Thermometer

Thermometer berfungsi untuk mengukur suhu cairan. Karena suhu cairan

4. Pipet

Pipet digunakan untuk memindahkan cairan dari gelas ke dasar apitan.

5. Micrometer sekrup

Micrometer ini berfungsi untuk mengukur ketebalan mika.

6. Kaca apitan

Apitan yang digunakan berupa kaca. Apitan terdiri dari dua lembar kaca

berukuran 15 x 30 cm dan ketebalan 5 mm. Di dalam apiatan diberikan

potongan mika berukuran 1 x 30 cm sebanyak enam potong. Ketebalan

enam mika tersebut adalah 0,42 mm. Mika ini berfungsi sebagai jarak

pemisah antara apitan, sehingga terdapat rongga diantara apitan.

Gambar 3.1. Skala pelat kaca yang digunakan dalam penelitian

7. Cairan

Cairan yang digunakan dalam penelitian ini berupa larutan detergen yang

8. Kaca sebagai alas

Kaca tersebut berfungsi untuk menempatkan apitan agar dapat berdiri

tegak lurus.

9. Kamera

Kamera Casio digunakan untuk memfoto kurva kenaikan cairan yang

tampak pada dinding kaca.

10.Tripod

Tripod digunakan untuk meletakkan kamera. Tripod dapat diatur sehingga

kamera dapat dipasang tegak lurus terhadap apitan kaca.

Dokumen terkait