• Tidak ada hasil yang ditemukan

ek a na n Da ra h Dia st o lik

Tekanan Darah Diastolik

Operator 1 Operator 2 Operator 3 Operator 4

BAB V

ANALISA

5.1 Analisa Denyut Nadi

Pengamatan denyut nadi yang dilakukan kepada empat operator diklasifikasikan tiga urutan pengukuran denyut nadi, yaitu sebelum melakukan pekerjaan, ketika melakukan pekerjaan (menit ke-3, menit ke-6, menit ke-9, dan menit ke-12), dan setelah melakukan pekerjaan atau beristirahat selama lima menit.

Hasil pengamatan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut, setelah dilakukan pengukuran menggunakan tensi meter diperoleh nilai rata-rata denyut nadi sebelum melakukan pekerjaan sebesar 84,5 denyut/menit. Pada saat melakukan pekerjaan diperoleh nilai rata-rata denyut nadi yang dilakukan secara manual sebesar 73 denyut/menit berdasarkan tabel 2.2 Klasifikasi beban kerja berdasarkan konsumsi oksigen dan denyut jantung, nilai tersebut berada pada tingkatan pekerjaan ringan. Apabila diuraikan menjadi (menit ke-3 sebesar 70 denyut/menit; menit ke-6 sebesar 68,5 denyut/menit; menit ke-9 sebesar 76,75 denyut/menit; menit ke-12 sebesar 76,75 denyut/menit) dari pengukuran menit ke-6 dan menit ke-9 mengalami peningkatan dikarenakan pada menit ke-6 sampai menit-12 operator mengangkat beban barang dua kali lipat dari beban barang sebelumnya. Setelah melakukan pekerjaan atau beristirahat selama lima menit nilai rata-rata denyut nadi yang diperoleh dari hasil data pengukuran menggunakan tensi meter sebesar 84,5 denyut/menit.

Menurut Muller (1962) peningkatan denyut nadi sebanding dengan tingkat aktivitas yang dilakukan, namun pada pengamatan yang dilakukan oleh PT. RSK&E terjadi keanehan data dimana denyut nadi sebelum pekerjaan dan setelah pekerjaan menurun. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan pengambilan data denyut nadi dilakukan dengan cara manual, sehingga data yang diperoleh tidak seakurat alat pengukur denyut nadi dikarenakan keterbatasan indra manusia dalam merasakan getaran kecil, dan dalam keadaan operator sedang bergerak melakukan

V-2

pekerjaan. setelah melakukan pekerjaan atau beristirahat selama lima menit denyut nadi operator kembali seperti sebelum melakukan pekerjaan, hal tersebut menunjukan bahwa dengan beristirahat selama lima menit kelelahan operator yang ditandai dengan meningkatnya denyut nadi mulai menghilang.

5.2 Analisa Konsumsi Oksigen

Perhitungan konsumsi oksigen dilakukan pada istirahat maupun pada saat aktivitas. Nilai konsumsi oksigen dilakukan menggunakan data denyut nadi, tinggi badan, berat badan, usia, dan satu variabel tetap. Untuk menghitung nilai konsumsi oksigen pada istirahat maupun pada saat aktivitas menggunakan data yang sama, kecuali data denyut nadi.

Hasil perhitungan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut, nilai rata-rata konsumsi oksigen saat istirahat sebesar 0,7 liter/menit, dan rata-rata konsumsi oksigen saat aktivitas sebesar 0,46 liter/menit berdasarkan tabel 2.2 Klasifikasi beban kerja berdasarkan konsumsi oksigen dan denyut jantung, nilai tersebut berada pada tingkatan pekerjaan ringan. Sama dengan hasil denyut nadi pada hasil konsumsi oksigen pun mengalami keanehan, nilai konsumsi oksigen saat istirahat lebih besar dibanding saat aktivitas. Hal tersebut dikarenakan nilai konsumsi oksigen bergantung pada nilai denyut nadi, sehingga apabila nilai denyut nadinya tidak akurat maka begitu pula dengan nilai konsumsi oksigen.

5.3 Analisa Konsumsi Energi

Konsumsi energi diperoleh dari pengeluaran energi pada saat waktu kerja (Et) dikurangi pengeluaran energi pada saat istirahat (Ei). Et dan Ei diperoleh dari nilai VO2 aktivitas dan VO2 istirahat dikali dengan 5 kkal/menit.

Dari hasil perhitungan diperoleh nilai KE rata-rata sebesar -3,464 kkal/menit berdasarkan tabel Kategori kerja berdasarkan pengeluaran energi, nilai tersebut berada pada tingkayan pekerjaan ringan. Hal tersebut menunjukan tidak terjadinya konsumsi energi saat aktivitas, bahkan nilai negatif tersebut menunjukan bahwa saat aktivitas operator menghasilkan energi. Seharusnya pada saat aktivitas

V-3

operator mengkonsumsi energi atau nilai konsumsi energi bernilai positif. Hal tersebut dapat terjadi karena data denyut nadi yang diperoleh pada saat aktivitas tidak akurat, sehingga menyebabkan nilai VO2 pun tidak akurat yang kemudian berdampak pada perhitungan nilai KE.

5.4 Analisa Beban Kerja

Berdasarkan pengukuran denyut nadi saat melakukan pekerjaan sebesar 73 denyut/menit, perhitungan konsumsi oksigen sebesar 0,46 liter/menit dan perhitungan konsumsi energi sebesar -3,434 kkal/menit beban kerja yang diterima operator termasuk beban kerja ringan. Berdasarkan perhitungan %CVL sebesar -12.23% klasifikasi pekerjaan yang dilakukan operator yaitu operator tidak terjadi kelelahan.

5.5 Analisa %CVL (Cardiovasculair Load)

%CVL dihitung dari nilai selisih antara denyut nadi kerja dikurang denyut nadi istirahat dikali seratus, kemudian dibagi dengan selisih antara denyut nadi maksimum dikurang denyut nadi istirahat. Dimana denyut nadi maksimum adalah (220-umur), perhitungan tersebut didapat kecepatan denyut nadi bergantung pada tingkatan usia, semakin tinggi usia semakin berkurang kecepatan denyut nadi seseorang. Sehingga faktor usia menjadi pengurang pada denyut nadi maksimum.

Dari hasil perhitungan data yang diperoleh dari empat operator nilai %CVL masingmasing operator adalah, operator 1 sebesar 15,8%; operator 2 sebesar -22%; operator 3 sebesar -17,5 %; operator 4 sebesar 6,343%; nilai rata-rata sebesar -12,23%; berdasarkan tabel 2.4 Klasifikasi %CVL terhadap beban kerja, nilia tersebut berada pada rentang <30% yaitu tidak terjadi kelelahan.

5.6 Analisa Skala Borg

Dari hasil penilaian empat operator secara subjektif terhadap beban kerja yang diterima berupa mengangkat beban 2,5 kg untuk operator wanita dan 5 kg untuk operator pria pada enam menit pertama, kemudian 5 kg untuk operator wanita dan 10 kg untuk operator pria pada enam menit kedua. Operator membawa

V-4

benda tersebut bulak-balik sejauh tiga meter secara berkala setiap 10 detik sekali selama dua belas menit diperoleh data yang bervariatif mulai dari nilai 0,5 sampai 6, berdasarkan tabel 2.5 Skala borg, nilai tersebut berada pada rentang sangat, sangat ringan (cukup terasa) sampai pada tingkat berat. Berdasarkan gambar 4.1 grafik skala borg terlihat jelas tingkat kelelahan operator semakin lama semakin meningkat.

5.7 Analisa Hand Grip

PT. RSK&E melakukan pengukuran kekuatan otot cengkram (hand grip) kepada empat operator yang berfungsi untuk mengetahui kelelahan pada otot operator. Pengukuran tersebut dilakukan pada saat sebelum melakukan pekerjaan dan setelah melakukan pekerjaan atau setelah beristirahat selama lima menit. Data

hand grip sebelum melakukan pekerjaan pada masing-masing operator adalah,

operator 1 sebesar 18 kg; operator 2 sebesar 13,8 kg; operator 3 sebesar 33,3 kg; operator 4 sebesar 36,6 kg; data rata-rata sebesar 25,425 kg. Sedangkan data hand

grip setelah beristirahat selama lima menit pada masing-masing operator adalah,

operator 1 sebesar 17,3 kg; operator 2 sebesar 11,9 kg; operator 3 sebesar 31 kg, operator 4 sebesar 34,6 kg; data rata-rata sebesar 23,7 kg. Apabila data hand grip sebelum melakukan pekerjaan dan setelah melakukan pekerjaan dibandingkan, maka terlihat jelas bahwa data hand grip masing-masing operator maupun rata-rata mengalami penurunan. Hal tersebut menandakan bahwa terjadi kelelahan otot pada keempat operator.

5.8 Analisa Tekanan Darah

Pengukuran tekanan darah dilakukan kepada empat operator pada saat sebelum melakukan pekerjaan dan setelah melakukan pekerjaan atau setelah istirahat selama lima menit. Pada saat sebelum melakukan pekerjaan diperoleh nilai tekanan darah pada masing-masing operator adalah, operator 1 sebesar 127/86 mmHg, operator 2 sebesar 121/86 mmHg, operator 3 sebesar 118/80 mmHg, operator 4 sebesar 128/87 mmHg, nilai rata-rata sebesar 123,5/84,75 mmHg. Sedangkan pada saat setelah melakukan pekerjaan atau istirahat selama

V-5

lima menit diperoleh nilai tekanan darah pada masing-masing operator adalah, operator 1 sebesar 122/74 mmHg, operator 2 sebesar 132/98 mmHg, operator 3 sebesar 126/85 mmHg, operator 4 sebesar 117/78 mmHg, nilai rata-rata sebesar 124,25/83,75 mmHg.

Menurut Muller (1962) Tekanan darah dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Jika nilai tekanan darah sebelum melakukn pekerjaan dibandingkan dengan tekanan darah setelah melakukan pekerjaan atau setelah istirahat selama lima menit, maka dapat dilihat operator 1 dan operator 2 mengalami penurunan tekanan darah sedangkan operator 3 dan operator 4 mengalami peningkatan tekanan darah.

Berdasarkan teori nilai tekanan darah meningkat setelah melakukan pekerjaan, namun karena pengukuran dilakukan setelah istirahat selama lima menit maka tekanan darah operator ada yang meningkat dan ada pula yang menurun, hal itu disebabkan oleh faktor fisiologis maupun patologis dari operator yang berbeda-beda. Namun jika dilihat dari nilai rata-rata operator, maka nilai tekanan darah tersebut mengalami sedikit peningkatan pada sistolik dan sedikit penurunan pada diastolik. Tekanan darah sebelum melakukan pekerjaan dan setelah istirahat lima menit hampir memiliki nilai yang sama, hal tersebut menunjukan bahwa dengan beristirahat selama lima menit kelelahan operator yang ditandai dengan meningkatnya tekanan darah mulai menghilang.

BAB VI

Dokumen terkait