• Tidak ada hasil yang ditemukan

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data kuantitatif dari perusahaan. Data ini berupa laporan keuangan yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas.

2. Analisis Tingkat Kesehatan BPR dengan CAMEL

Untuk menjawab rumusan masalah yang pertama adalah dengan menggunakan pendekatan kualitatif atas faktor permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, rentabilitas dan likuiditas sesuai dengan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.30/12/KEP/DIR Tanggal 30 April 1997 Tentang Tatacara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat, dan mengkuantitatifkan faktor dan komponen masing-masing. Penilaian faktor-faktor tersebut dilakukan dengan menggunakn sistem kredit (reward system) yang dinyatakan dalam nilai kredit 0 sampai dengan 100. Menurut Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.30/12/KEP/DIR Tanggal 30 April 1997 Tentang Tatacara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank

Perkreditan Rakyat, cara perhitungan dari masing-masing faktor dan komponen tersebut dijabarkan sebagai berikut:

a. Faktor Permodalan (Capital) Rasio ini dihitung dengan rumus:

Modal

CAR = ———————————————— x 100% Aktiva Tertimbang Menurut Risiko

Penilaian terhadap pemenuhan Kewajiban Pemenuhan Modal Minimum (KPMM) ditetapkan sebagai berikut:

1) Pemenuhan KPMM sebesar 8% diberi predikat “sehat” dengan nilai kredit 81, dan untuk setiap kenaikan 0,1% dari pemenuhan KPMM sebesar 8% nilai krdit ditambah 1 hingga 100.

2) Pemenuhan KPMM kurang dari 8% sampai dengan 7,9% diberi predikat “kurang sehat” dengan nilai kredit 65 dan untuk setiap penurunan 0,1% dari pemenuhan KPMM sebesar 7,9% nilai kredit dikurangi 1 dengan minimum 0.

b. Faktor Kualitas Aktiva Produktif (Asset Quality)

1) Rasio Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan terhadap Aktiva Produktif.

Nilai rasio ini dihitung dengan rumus sebagai berikut: Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan

KAP1 = —————————————————— x 100% Total Aktiva Produktif

Nilai kredit rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan dihitung dengan cara sebagai berikut:

(a) Untuk rasio sebesar 22,5% atau lebih diberi nilai 0,

(b) Untuk setiap penurunan 0,15% mulai dari 22,5% nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100.

2) Rasio penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang dibentuk oleh bank terhadap Penyisihan Penghapusan aktiva Produktif yang wajib dibentuk oleh bank.

Rasio ini dihitung dengan rumus sebagai berikut: PPAP yang telah dibentuk oleh bank

KAP2 = ————————————————— x 100% PPAP yang wajib dibentuk oleh bank

Nilai kredit untuk rasio ini dihitung dengan cara sebagai berikut: a) Untuk rasio sebesar 0% diberi nilai kredit,

b) Untuk setiap kenaikan 1% dimulai dari 0 nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100.

c. Faktor Manajemen (Management)

Penilaian terhadap faktor manajemen mencakup 2 aspek yaitu manajemen umum dan manajemen risiko yang melekat pada berbagai kegiatan usaha Bank Perkreditan Rakyat, dengan menggunakan daftar pertanyaan-pertanyaan yang berjumlah 25 butir. Skala penilaian untuk setiap pertanyaan/pernyataan ditetapkan antara 0 sampai 4 dengan kriteria:

1) Nilai 0 mencerminkan kondisi yang lemah, 2) Nilai 1, 2 dan 3 mencerminkan kondisi antara, 3) Nilai 4 mencerminkan kondisi yang baik.

d. Faktor Rentabilitas (Earning)

1) Rasio jumlah laba sebelum pajak dalam 12 bulan terakhir terhadap rata-rata volume usaha dalam periode yang sama.

Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:

Jumlah Laba Sebelum Pajak 12 bln Terakhir

ROA = ——————————————————— x 100% Rata-rata Volume Usaha 12 bln Terakhir

Cara perhitungan nilai kredit dari rasio ini dilakukan sebagai berikut: a) Untuk rasio sebesar 0% atau negatif diberi nilai kredit 0.

b) Untuk setiap kenaikan 0,015% mulai dari 0% nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum100.

2) Rasio biaya operasional dalam 12 bulan terakhir terhadap pendapatan operasional dalam periode yang sama.

Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:

Jumlah Beban Operasional 12 bln Terakhir

BOPO = ———————————————————— x 100% Jumlah Pendapatan Operasional 12 bln Terakhir

Perhitungan nilai kredit rasio ini dilakukan sebagai berikut: a) Untuk rasio sebesar 100% atau lebih diberi nilai kredit 0.

b) Untuk setiap penurunan sebesar 0,08% nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100.

e. Faktor Likuiditas (Liquidity)

Penilaian terhadap faktor likuiditas didasarkan pada 2(dua) rasio, yaitu: 1) Rasio alat likuid terhadap kewajiban lancar.

Rasio ini dirumuskan sebagai berikut: Alat Likuid

CR = ———————— x100% Kewajiban Lancar

Penilaian terhadap rasio ini dilakukan sebagai berikut: a) Untuk rasio sebesar 0% diberi nilai kredit 0.

b) Untuk setiap kenaikan 0,05% nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100.

2) Rasio kredit terhadap dana yang diterima oleh bank. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:

Kredit Yang Diberikan

LDR = ————————————— x 100% Dana Yang Diterima Bank

Perhitungan nilai kredit terhadap rasio ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a) Untuk rasio sebesar 115% atau lebih diberi nilai kredit 0.

b) Untuk setiap penurunan 1% mulai dari rasio 115% nilai kredit ditambah 4 dengan maksimum100.

Tabel 3.1. Penilaian Tingkat Kesehatan BPR dan Bobotnya No. Faktor yang

Dinilai

Komponen Nilai Nilai

kredit

Bobot Skor 1. Permodalan Rasio modal terhadap

aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR) 30% Rasio Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan terhadap Aktiva Produktif. 25% 2. Kualitas Aktiva Produktif Rasio penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang telah dibentuk oleh bank terhadap Penyisihan Penghapusan aktiva Produktif yang wajib dibentuk oleh bank.

5%

Manajemen Umum 10%

3. Manajemen

Manajemen Risiko 10%

Rasio jumlah laba sebelum pajak dalam 12 bulan terakhir terhadap rata-rata volume usaha dalam periode yang sama.

5% 4. Rentabilitas

Rasio jumlah biaya operasional dalam 12 bulan terakhir

terhadap jumlah pendapatan operasional dalam periode yang sama.

5%

5. Likuiditas Rasio alat likuid terhadap kewajiban lancar.

Rasio kredit yang diberikan terhadap dana yang diterima oleh bank.

5%

Total Skor Penilaian

Tabel.3.2. Predikat Tingkat Kesehatan BPR

NILAI KREDIT PREDIKAT

81-100 66 - < 81 51 - < 66 0 - <51 Sehat Cukup Sehat Kurang Sehat Tidak Sehat

3. Analisis Pelaksanaan Ketentuan yang Mempengaruhi Hasil Penilaian Kesehatan.

a. Pelanggaran terhadap ketentuan Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK).

Jumlah Pelanggaran

Pelanggaran BMPK = ——————————— x 100% Modal Bank

b. FaktorJudgement

Apabila dalam analisis tingkat kesehatan bank lebih lanjut ditemukan adanya pelanggaran atau tindakan yang mempengaruhi hasil penelitian, maka predikat tingkat kesehatan bank yang sehat atau cukup sehat atau kurang sehat dapat diturunakan menjadi tidak sehat.

4. Analisis Perkembangan Tingkat Kesehatan Bank

Untuk menjawab rumusan masalah yang kedua digunakan analisa trend dengan metode kuadrat terkecil (least square). Metode kuadrat merupakan metode yang sering digunakan dalam pengukuran tingkat perkembangan karena hanya metode ini yang dapat meminimalkan jumlah kuadrat penyimpangan (deviasi), sehingga dapat diperoleh persamaan garis trend yang lebih akurat. Apabila suatu trend digambarkan sebagai garis lurus, maka garis trend secara matematik akan dinyatakan dengan rumus (Sutrisno,2000:445) :     a b Dimana :

Y’ = nilai variabel yang akan ditentukan X = periode waktu dari tahun ke tahun a = nilai variabel pada tahun dasar

b = perubahan variabel (Y) pertahun secara berkala

Agar persamaan trend yang diperoleh merupakan persamaan linier least square, maka nilai a dan b dapat dicari dengan menggunakan rumus:

    a 2    b Dimana:

N = banyaknya tahun yang digunakan

Y = hasil akhir penilaian tikat kesehatan bank X = nilai waktu masing-masing tahun

Hasil akhir penilaian tingkat kesehatan bank diambil untuk mencari trend tingkat kesehatan bank yang dapat dicapai dari tahun 2002 sampai tahun 2006 dan memasukkan ke dalam tabel untuk mempermudah perhitungan.

Tabel 3.3. Contoh Tabel nilai Bobot Perkembangan Bank Tahun Hasil akhir penilaian tingkat

kesehatan bank (Y) Kode waktu (X) XY (X²) Y’ (1) (2) (3) (4) (5) (6) 2002 2003 2004 2005 2006 Total

Setelah nilai trend (Y’) dicari dengan persamaan trend dan telah digambarkan kedalam grafik, kemudian dilakukan analisis bagaimana perkembangan tingkat kesehatan bank dari tahun ke tahun berikutnya.

Untuk mengetahui apakah nilai “b” signifikan atau tidak, perlu dilakukan uji “t” pada taraf nyata (significant level) 5%. Hipotesis yang digunakan sebagai berikut:

H0: b = 0 Tidak ada perkembangan tingkat kesehatan bank yang signifikan. H1: b ≠ 0 Ada perkembangan tingkat kesehatan bank yang signifikan.

Rumus t-hitung yang digunakan adalah sebagai berikut: b S b hitung t  Dimana :

b = Perubahan variabel (Y) pertahun secara berkala Sb= Standar error koefisien

Rumus standar error koefisien (Sb) yang digunakan adalah sebagai berikut: Sb2=

    2 e S Dimana:

2

2 2        e S

Ho diterima jika, -t(0,025)≤thitung≤t(0,025)

35 BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Berdirinya Bank Perkreditan Rakyat Shinta Bhakti wedi

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Shinta Bhakti wedi merupakan salah satu BPR yang ada di Klaten dan sudah cukup dikenal oleh masyarakat sekitarnya. Adapun misi pokok dari Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah membantu pemerintah meningkatkan taraf hidup masyarakat terutama dalam bidang sosial ekonomi pedesaan melalui jasa perbankan agar ruang gerak rentenir dapat dibatasi.

Seiring dengan program pemerintah waktu itu, yakni dalam rangka menggalakkan kewiraswastaan maka daerah kecamatan Wedi yang merupakan sentra industri konveksi dan di samping itu juga usaha pertanian semakin berkembang karena kesuburan lahan, penyuluhan teknologi pertanian maka daerah Wedi sangat potensial untuk usaha perbankan dengan misi membantu permodalan sehingga usaha yang dikelola masyarakat dapat tumbuh dan berkembang. Apalagi karena para wiraswastawan tersebut kebanyakan terdiri dari pengusaha golongan ekonomi lemah. Melihat adanya peluang tersebut menimbulkan gagasan para pendiri yang terdiri dari: Bpk.Drs.E.Santoso, Bpk.A.Arwadi,BA, Bpk.Y.Suwondo, Bpk.Surandi dan Bpk.Ag.suhardjono untuk mendirikan Bank Perkreditan Rakyat.

Realisasi dari gagasan tersebut dimulai dengan membuka pos pembantu PT.Bank Shinta Daya Kalasan di Kecamatan Wedi. Dalam perkembangannya pos

kas pembantu tersebut semakin bertambah banyak dalam melayani nasabah. Melihat perkembangan pos kas pembantu yang begitu pesat, maka pada tanggal 19 Juni 1993, melalui notaries Soelanto,SH dengan akte notaries No.10 maka lahirlah PT. Bank Perkreditan Rakyat Shinta Bhakti Wedi, Klaten.

Bentuk dari BPR Shinta Bhakti Wedi adalah Perseroan Terbatas (PT), karena memiliki ciri-ciri positif, antara lain:

1. Memiliki jangka waktu hidup yang tak terbatas.

2. Kemungkinan terhimpunnya modal lebih besar dalam bentuk saham. 3. Pemisahan antara pimpinan perusahaan dengan pemilik modal.

4. Saham bersifat cair, sehingga dapat diperjualbelikan atau dipindahtangankan. 5. Lebih mandiri dalam memberikan pelayanan kepada nasabah.

Ciri-ciri tersebut menjadi lebih bermakna setelah dilengkapi dengan nama diri yang dipilih yaitu “Shinta”. Berdasarkan falsafah pewayangan, Dewi Shinta adalah tokoh yang setia, jujur dan sangat percaya diri. Palimh tidak dari ketiga karakter tersebut diharapkan dapat menjadi semangat dalam pengabdian bagi prinsip usaha PT.BPR Shinta Bhakti Wedi dalam menjalin kerjasama dengan seluruh lapisan masyarakat.

Secara legal BPR Shinta Bhakti Wedi melakukan operasional perbankan melalui perijinan sebagai berikut:

1. Tanggal 23 November 1993: Izin prinsip dari Menteri Keuangan Republik Indonesia No.S-1853/MK.17/1993.

2. Tanggal 19 Juni 1993: Akte Notaris Pendirian Perseroan Terbatas (PT) No.10.

Tanggal 9 September 1993: Akte Perubahan anggaran Dasar PT No.37 yang dibuat oleh Notaris Soejatno, SH yang berkedudukan di Jl. Pemuda Selatan Klaten.

3. Tanggal 7 Februari 1994: Pengesahan Akte Pendirian oleh Departemen Kehakiman Republik Indonesia No.C2-1992.HT.01-10 Tahun1994.

4. Tanggal 10 Maret 1994: Berita Negara Republik Indonesia No.20/1995, tambahan Berita Negara No.2277/1995.

5. Tanggal 24 Agustus 1994: Ijin Usaha dari Menteri Keuangan Republik Indonesia No.Kep-243/KM.17/1994.

6. Tanggal 17 September 1994: BPR Shinta Bhakti Wedi Klaten mulai melakukan kegiatan operasional.

7. Tanggal 31 Juli 1995: Akte Notaris No.105 tentang penambahan modal disetor.

8. Tanggal 11 Agustus 1995: Akte Notaris No.6 tentang penambahan modal disetor.

9. Tanggal 16 Februari 1996: Akte Notaris No.24 tentang penambahan modal disetor.

10. Tanggal 14 Maret 1996: Akte Notaris No.5 tentang penambahan modal disetor.

11. Tanggal 12 Agustus 1996: Akte Notaris No.24 tentang pelimpahan saham dari para pendiri.

BPR Shinta Bhakti Wedi ini bersifat menjual jasa perbankan dan sasaran utamanya adalah masyarakat atau pedagang golongan menengah kebawah, misalnya sector industri kecil, pedagang, garmen dan sebagainya. Visi dari BPR Shinta Bhakti Wedi adalah mewujudkan BPR yang sehat agar dapat memberikan layanan jasa perbankan kepada masyarakat pedesaan secara luas, efektif dan efisien serta berkelanjutan. Adapun misi dari BPR Shinta Bhakti Wedi adalah membantu serta mendorong pertumbuhan perekonomian pedesaan, membantu serta mendorong pertumbuhan pendapatan masyarakat pedsaan, serta mendorong peningkatan taraf hidup masyarakat pedesaan. Para pengusaha kecil atau industri kecil biasanya mengalami kendala ketika harus mengajukan kredit ke bank umum. Mereka terhambat akan adanya berbagai macam prosedur yang ada, sehingga akhirnya lebih memilih meminjam kepada rentenir daripada bank. BPR Shinta Bhakti Wedi ini mencoba membantu dan mencegah agar para pengusaha atau industri kecil tidak lari ke rentenir. Usaha yang dilakukan oleh BPR ini adalah dengan memberikan pinjaman ataupun memberikan pembinaan hanya berdasarkan atas unsur kepercayaan. BPR Shinta Bhakti Wedi melakukan pembiayaan karena melihat ada prospek yang cerah dari usaha yang dijalankan. Usaha yang dilakukan oleh BPR ini ternyata berhasil, dari seluruh kredit yang diberikan jarang terjadi kemacetan di dalam pembayaran. Selain itu ruang gerak dari BPR Shinta Bhakti Wedi ini semakin meluas. Dari 25 kecamatan yang ada di kabupaten Klaten yang belum dijangkau tinggal 3 kecamatan, bahkan sudah meluas sampai ke Kabupaten Gunung Kidul Yogyakarta.

Tujuan dari berdirinya BPR Shinta Bhakti Wedi ini adalah melakukan usaha Bank Perkreditan Rakyat dalam lingkungan masyarakat desa dan kecamatan untuk membantu perekonomian nasional dalam bidang pertanian, perindustrian, kerajinan, perdagangan serta usaha-usaha lain yang tumbuh didalam masyarakat terutama dari golongan ekonomi menengah ke bawah.

Dokumen terkait