• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Melakukan pengumpulan data penggolongan biaya yang dialokasikan kepada suatu pusat pertanggungjawaban dengan dasar pertanggungjawaban kepada manajer pusat pertanggungjawaban yang bersangkutan.

2. Mengindentifikasi pencatatan Akuntansi pertanggungjawaban pusat sebagai pertanggungjawaban sebagai unit organisasi.

3. Membandingkan laporan-laporan yang menerangkan hasil dari aplikasi konsep akuntansi pertanggungjawaban yang memegang peranan penting dalam kegiatan penyusunan perencanaan dan pengendalian.

4. Melakukan evaluasi perbandingan dan analisis biaya sesungguhnya dengan biaya yang dianggarkan memberikan informasi bagi manajemen

45

untuk memungkinkan mereka mengindentifikasi penyimpangan yang terjadi dari rencana kegiatan.

5. Memberikan pendapat kesesuaian atau ketidaksesuaian agar tindakan yang dilakukan untuk mengarahkan aktivitas yang tidak menyimpang.

46 A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Perusahaan

Sejarah mencatat keberadaan Pos Indonesia begitu panjang, Kantor Pos pertama didirikan di Batavia (sekarang Jakarta) oleh Gubernur Jenderal G.W Baron van Imhoff pada tanggal 26 Agustus 1746 dengan tujuan untuk lebih menjamin keamanan surat-surat penduduk, terutama bagi mereka yang berdagang dari kantor-kantor di luar Jawa dan bagi mereka yang datang dari dan pergi ke Negeri Belanda. Sejak itulah pelayanan pos telah lahir mengemban peran dan fungsi pelayanan kepada publik.Setelah Kantorpos Batavia didirikan, maka empat tahun kemudian didirikan Kantorpos Semarang untuk mengadakan perhubungan pos yang teratur antara kedua tempat itu dan untuk mempercepat pengirimannya.

Rute perjalanan pos kala itu ialah melalui Karawang, Cirebon dan Pekalongan.

Pos Indonesia telah beberapa kali mengalami perubahan status mulai dari Jawatan PTT (Post, Telegraph dan Telephone). Badan usaha yang dipimpin oleh seorang Kepala Jawatan ini operasinya tidak bersifat komersial dan fungsinya lebih diarahkan untuk mengadakan pelayanan publik. Perkembangan terus terjadi hingga statusnya menjadi Perusahaan Negara Pos dan Telekomunikasi (PN Postel). Mengamati perkembangan zaman dimana sektor pos dan telekomunikasi berkembang sangat pesat, maka pada tahun 1965 berganti menjadi Perusahaan Negara Pos dan Giro (PN Pos dan Giro), dan pada tahun 1978 berubah menjadi Perum Pos dan Giro yang sejak ini ditegaskan sebagai badan usaha tunggal dalam menyelenggarakan dinas pos dan giropos baik untuk hubungan dalam maupun luar negeri. Selama 17 tahun berstatus Perum, maka pada Juni 1995 berubah menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT Pos Indonesia (Persero).

1746 - Kantor Pos Pertama

Sejarah mencatat keberadaan Pos Indonesia begitu panjang, Kantorpos pertama didirikan di Batavia (sekarang Jakarta) oleh Gubernur Jenderal G.W Baron van Imhoff pada tanggal 26 Agustus 1746 dengan tujuan untuk lebih menjamin

47

keamanan surat-surat penduduk, terutama bagi mereka yang berdagang dari kantor-kantor di luar Jawa dan bagi mereka yang datang dari dan pergi ke Negeri Belanda. Sejak itulah pelayanan pos telah lahir mengemban peran dan fungsi pelayanan kepada publik.

1875 - POSTEN TELEGRAFDIENST

Pada tahun ini dinas pos disatukan dengan dinas telegrap dengan status jawatan dengan nama POSTEN TELEGRAFDIENST.

1877 - Union Postale Universelle

Sejak pemerintahan kolonial dinas pos pemerintahan Belanda sudah berhubungan dalam pengiriman surat dan barang secara internasional, sehingga tercatat sebagai anggota Union Postale Universelle (UPU).

1945 - Hari Bakti POSTEL

Pada saat pendudukan Jepang di Indonesia, jawatan PTT dikuasai oleh militer Jepang, 27 September 1945 Angkatan Muda PTT mengambil alih kekuasaan PTT dan secara resmi berubah menjadi Jawatan PTT Republik Indonesia. Peristiwa tersebut diperingati menjadi hari bakti PTT atau hari bakti POSTEL.

1965 - PN Pos dan Giro

Mengamati perkembangan zaman dimana sektor pos dan telekomunikasi berkembang sangat pesat, maka pada tahun 1965 berganti menjadi Perusahan Negara dan Giro (PN Pos dan Giro).

1978 - Perusahaan Umum Pos dan Giro

Dan pada tahun 1978 berubah menjadi Perusahaan Umum Pos dan Giro yang sejak ini ditegaskan sebagai badan usaha tunggal dalam menyelenggarakan dinas pos dan giropos baik untuk hubungan dalam maupun luar negeri.

1995 - PT. Pos Indonesia (Persero)

Selama 17 tahun berstatus Perusahaan Umum. Pada tanggal 20 Juni 1995 berubah menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT Pos Indonesia (Persero).

2. Visi dan Misi Perusahaan a. Visi

Menjadi pilihan utama layanan logistic dan jasa keuangan

b. Misi

1) Memberikan solusi layanan logistik e-commerce yang kompetitif.

2) Menjalankan fungsi designated operator secara profesional dan kompetitif.

3) Memberikan solusi jasa layanan keuangan terintegrasi yang kompetitif dalam rangka mendukung financial inclusion berbasis digital.

4) Memberikan solusi layanan dokumentasi dan otentikasi digital yang kompetitif.

3. Logo Perusahaan

Gambar 4. 1 Logo POS Indonesia

49

1) Simbol Burung Merpati dalam posisi terbang dengan pandangan lurus ke depan, lima garis sayap yang berbentuk garis-garis kecepatan, memiliki arti/makna bahwa Perusahaan dalam menjalankan usahanya mengutamakan pada kecepatan, ketepatan dan terpercaya.

2) Simbol Bola Dunia melambangkan peran Perusahaan sebagai penyelenggara layanan yang mampu menjadi sarana komunikasi dalam lingkup Nasional maupun Internasional.

3) Tipe tulisan "POS INDONESIA" dengan huruf Futura Extra Bold memberikan ciri khas sebagai Perusahaan kelas dunia.

4) Warna Logo menggunakan warna korporat yaitu warna Pos Orange dan Abu-abu.

Warna Pos Orange mengandung arti/makna dinamis dan cepat.

Warna Abu-abu yang merupakan warna natural mengandung arti/makna modern dari sisi pendekatan bisnis.

4. Struktur Organisasi Perusahaan

Gambar 4.2 Struktur Organisasi POS Indonesia

5. Deskripsi Data Penelitian

Salah satu masalah yang sering dihadapi perusahaan adalah mengenai bagaimana perusahaan dapat beroperasi seefektif dan seefisien mungkin sehingga mencapai keuntungan maksimal. Untuk mencapai tujuan tersebut makan diperlukan perencanaan dan pengawasan (pengendalian) anggaran yang baik. Perencanaan dan pengawasan harus disusun dengan teliti, penuh pertimbangan, serta disesuaikan dengan kondisi dan perkembangan usaha tersebut. Berdasarkan data PT. Pos Indonesia (Persero) Medan Rekapitulasi Anggaran Operasional Untuk Tahun Yang Berakhir Desember 2017 maka penulis mengangkat data tersebut untuk dijadikan bahan penulis dalam mengetahui efektif atau tidaknya perencanaan biaya dan pengendalian biaya sebagai alat akuntansi pertanggungjawaban serta apakah pengendalian biaya berperan secara efisien sebagai alat akuntansi pertanggungjawaban pada PT. Pos Indonesia (Persero) Medan.

B. Hasil Penelitian

Berdasarkan data yang diperoleh dari PT. Pos Indonesia (Persero) Medan dapat dilihat dari “Rekapitulasi Anggaran Operasional untuk Tahun yang Berakhir Desember 2017”, dengan ketentuan:

Varian = Anggaran yang direncanakan – Realisasi Keterangan :

1. Anggaran yang direncanakan > realisasi maka perusahaan mengalami kerugian

2. Anggaran yang direncanakan < realisasi maka perusahaan mengalami keuntungan.

Rekapitulasi Anggaran Operasional untuk Tahun yang Berakhir Desember 2017 antara lain :

51

a. Pendapatan Usaha

Pendapatan pada PT. Pos Indonesia (Persero) Medan terdiri dari:

1) Pendapatan Surat Pos & Paketpos

Pendapatan dari surat pos dan paket pos yang direncanakan sebesar Rp 58.829.800.000,00 ternyata realisasinya sebesar Rp 48.723.270.092,00. Hal ini mengakibatkan varian sebesar Rp 10.106.600.000,00 yang berarti perusahaan mengalami penyimpangan yang merugikan bagi perusahaan karena pendapatan dari surat pos dan paketpos yang direncanakan lebih besar daripada realisasi.

2) Pendapatan Jasa Keuangan

Pendapatan dari jasa keuangan yang direncanakan sebesar Rp 15.032.200.000,00 ternyata realisasinya sebesar Rp 9.916.216.030,00. Hal ini mengakibatkan varian sebesar Rp 5.115.962.703,49 yang berarti perusahaan mengalami penyimpangan yang merugikan bagi perusahaan karena pendapatan dari jasa keuangan yang direncanakan lebih besar daripada realisasinya.

3) Pendapatan Ritel dan Properti

Pendapatan dari ritel dan properti yang direncanakan sebesar Rp 7.433.166.449,547 ternyata realisasinya sebesar Rp 6.905.112.380,00. Hal ini mengakibatkan varian sebesar Rp 528.054.069,547 yang berarti perusahaan mengalami penyimpangan yang merugikan bagi perusahaan karena pendapatan retail dan properti yang direncanakan lebih besar daripada realisasi.

4) Pendapatan Logistik

Pendapatan dari logistik yang direncanakan sebesar Rp 4.797.000.000,00 ternyata realisasinya sebesar Rp 688.933.230,00.

Hal ini mengakibatkan varian sebesar Rp 4.108.066.770,00 yang berarti perusahaan mengalami penyimpangan yang merugikan bagi perusahaan karena lebih besar pendapatan logistik daripada realisasinya.

5) Pendapatan Teknologi Informasi

Pendapatan dari teknologi informasi yang direncanakan sebesar Rp 0 ternyata realisasinya sebesar Rp 0. Hal ini mengakibatkan varian sebesar Rp 0 yang berarti perusahaan tidak memiliki penyimpangan yang menguntungkan maupun merugikan bagi perusahaan.

6) Pendapatan Lainnya

Pendapatan dari lainnya yang direncanakan sebesar Rp 0 ternyata realisasinya sebesar Rp 2.249.001.092,00. Hal ini mengakibatkan varian sebesar Rp 2.249.001.092,00 yang berarti perusahaan mengalami penyimpangan yang menguntungkan bagi perusahaan karena pendapatan lain yang direncanakan lebih kecil daripada realisasinya.

7) Pendapatan Keuangan

Pendapatan dari keuangan yang direncanakan sebesar Rp 0 ternyata realisasinya sebesar Rp 369.781.046,00. Hal ini mengakibatkan varian sebesar Rp 369.781.046,00 yang berarti

53

perusahaan mengalami penyimpangan yang menguntungkan bagi perusahaan karena pendapatan keuangan yang direncanakan lebih kecil daripada realisasinya.

Maka dari hal tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa Jumlah Bersih Pendapatan yang direncanakan dari Suratpos & Paketpos, Jasa Keuangan, Ritel dan Properti, Logistik, Teknologi Informasi, Lainnya, Keuangan adalah Rp 86.092.200.000,00 sedangkan realisasinya sebesar Rp 68.852.313.870,00 dan jumlah potongan pendapatan sebesar Rp 163.385.156,00 sehingga jumlah bersih pendapatan yang terealisasi sebesar Rp 68.688.928.714,00. Hal ini tentu saja menyebabkan varian sebesar Rp 17.403.300.000,00 yang berarti merugikan bagi perusahaan.

Tabel 4.1

Rekapitulasi Pendapatan untuk Tahun yang Berakhir Desember 2017

Nama Perkiraan Anggaran Realisasi Variance Ket

(Dalam Nilai Rupiah) Pendapatan

Pendapatan Suratpos &

Paketpos

58.829.848.65

0 48.723.270.092 10.106.578.558 Los s Pendapatan Jasa

Keuangan

15.032.178.73

3 9.916.216.030 5.115.962.703 Los

s Pendapatan Ritel dan

Properti 7.433.166.450 6.905.112.380 528.054.070 Los s Pendapatan Logistic 4.797.000.000 688.933.230 4.108.066.770 Los

s Pendapatan Teknologi

Informasi - - - -

Pendapatan Lainnya - 2.249.001.092 2.249.001.092 Pro Pendapatan Keuangan - 369.781.046 369.781.046 Pro

Jumlah Kotor

Pendapatan

86.092.193.83

3 68.852.313.870 17.239.879.963 Potongan Pendapatan

Pendapatan Suratpos &

Paketpos - 155.260.085 155.260.085 Los

s

Pendapatan Jasa

Keuangan - 133.571 133.571 Los

s Pendapatan Ritel dan

Properti - 7.991.500 7.991.500 Los

Pendapatan - 163.385.156 163.385.156

Jumlah Bersih

Pendapatan

86.092.193.83

3 68.688.928.714 17.403.265.119 Los s Berdasarkan data yang diperoleh dari PT. Pos Indonesia (Persero) Medan dapat dilihat dari “Rekapitulasi Anggaran Operasional untuk Tahun yang Berakhir Desember 2017” untuk menentukan varian biaya adalah :

Varian = Beban yang direncanakan – realisasi Keterangan :

a) Beban yang direncanakan > realisasi maka perusahaan mengalami keuntungan

b) Beban yang direncanakan < realisasi maka perusahaan mengalami kerugian.

b. Biaya

Biaya pada PT. Pos Indonesia (Persero) Medan terdiri dari:

1) Beban Pegawai

Beban pegawai yang direncanakan sebesar Rp 30.273.861.000,00 ternyata realisasinya sebesar Rp 30.580.106.107,00. Hal ini mengakibatkan varian sebesar Rp 306.245.107,00 yang berarti perusahaan mengalami penyimpangan

55

yang merugikan perusahaan karena beban pegawai yang direncanakan lebih besar daripada realisasi.

2) Beban Operasi

Beban operasi yang direncanakan sebesar Rp 8.873.350.000,00 ternyata realisasinya sebesar Rp 21.022.999.905,00. Hal ini mengakibatkan varian sebesar Rp 12.149.649.905,00 yang berarti perusahaan mengalami penyimpangan yang merugikan bagi perusahaan karena beban operasi yang direncanakan lebih kecil daripada realisasi.

3) Beban Administrasi

Beban administrasi yang direncanakan sebesar Rp 389.960.000,00 ternyata realisasinya sebesar Rp 491.325.251,00.

Hal ini mengakibatkan varian sebesar Rp 101.365.251,00 yang berarti perusahaan mengalami penyimpangan yang merugikan perusahaan karena beban administrasi yang direncanakan lebih kecil daripada realisasi.

4) Beban Umum

Beban umum yang direncanakan sebesar Rp 1.293.700.000,00 ternyata realisasinya sebesar Rp 2.895.836.602,00. Hal ini mengakibatkan varian sebesar Rp 1.602.136.602,00 yang berarti perusahaan mengalami penyimpangan yang merugikan perusahaan karena beban umum yang direncanakan lebih kecil daripada realisasi.

5) Penurunan Nilai Aset Tetap

Penurunan nilai aset tetap yang direncanakan sebesar Rp 0 ternyata realisasinya sebesar Rp 0. Hal ini mengakibatkan varian sebesar Rp 0 yang berarti perusahaan tidak mengalami penyimpangan.

6) Beban Penyusutan Properti Investasi

Beban penyusutan properti investasi yang direncanakan sebesar Rp 0 ternyata realisasinya sebesar Rp 109.353.925,00. Hal ini mengakibatkan varian sebesar Rp 109.353.925,00 yang berarti perusahaan mengalami penyimpangan yang merugikan perusahaan karena beban penyusutan properti investasi yang direncanakan lebih kecil daripada realisasi.

7) Beban Penyusutan Aset Tetap dan Amortisasi

Beban penyusutan aset tetap dan amortisasi yang direncanakan sebesar Rp 0 ternyata realisasinya sebesar Rp 2.859.128.603,00.

Hal ini mengakibatkan varian sebesar Rp 2.859.128.603,00 yang berarti perusahaan mengalami penyimpangan yang merugikan bagi perusahaan karena beban penyusutan asset tetap dan amortisasi yang direncanakan lebih kecil daripada realisasi.

8) Beban Lainnya

Beban lainnya yang direncanakan sebesar Rp 0 ternyata realisasinya sebesar Rp150.852.858,00. Hal ini mengakibatkan varian sebesar Rp 150.852.858,00 yang berarti perusahaan

57

mengalami penyimpangan yang merugikan bagi perusahaan karena beban lainnya yang direncanakan lebih kecil daripada realisasi.

9) Beban Keuangan

Beban keuangan yang direncanakan sebesar Rp 184.980.000,00 ternyata realisasinya sebesar Rp 130.719.109,00.

Hal ini mengakibatkan varian sebesar Rp 54.260.891,00 yang berarti perusahaan mengalami penyimpangan yang menguntungkan perusahaan karena beban keuangan yang direncanakan lebih besar daripada realisasi.

Maka dari hal tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah beban yang direncanakan sebesar Rp 41.015.851.000,00 sedangkan yang teralisasi sebesar Rp 58.240.322.360,00. Hal ini menagkibatkan varian sebesar Rp 17.224.471.360,00 yang berarti bahwa perusahaan mengalami penyimpangan yang merugikan bagi perusahaan.

Tabel 4.2

Rekapitulasi Biaya untuk Tahun yang Berakhir Desember 2017 Beban

Anggaran Realisasi Variance Ket

Beban Pegawai 30.273.861.000 30.580.106.107 306.245.107 loss Beban Operasi 8.873.350.000 21.022.999.905 12.149.649.905 loss Beban Administrasi 389.960.000 491.325.251 101.365.251 loss Beban Umum 1.293.700.000 2.895.836.602 1.602.136.602 loss Penurunan Nilai Aset Tetap - - - -

Beban Keuangan 184.980.000 130.719.109 54.260.891 pro Jumlah Beban 41.015.851.000 58.240.322.360 17.224.471.360

Laba Usaha 45.076.342.833 10.448.606.354 34.627.736.479

a) Laba Usaha

Berdasarkan data “Rekapitulasi Anggaran Operasional PT. Pos Indonesia (Persero) Medan untuk Tahun yang Berakhir Desember 2017”

yang terdiri dari pendapatan perusahaan dan beban perusahaan telah merencanakan laba usaha sebesar Rp 45.076.300.000,00 sedangkan realisasinya sebesar Rp 10.448.606.354,00. Hal ini menimbulkan varian sebesar Rp 34.627.700.000,00.

Berdasarkan laporan hasil pelaksanaannya, penerapan perencanaan biaya dan pengendalian (pengawasan) biaya pada PT. Pos Indonesia (Persero) Medan sudah dijalankan dengan tidak baik. Hal ini dapat terlihat dari Rekapitulasi Anggaran Operasional yang tercantum pada lampiran. Penyimpangan- penyimpangan yang terjadi umumnya bersifat merugikan bagi perusahaan, secara keseluruhan tidak melebihi target dan menjadi alat akuntansi pertanggungjawaban perusahaan.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Analisa dan Evaluasi Terhadap Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organsisasi menunjukkan suatu kerangka dari susunan pola hubungan antar fungsi-fungsi, bagian-bagian, ataupun orang-orang yang menunjukkan kedudukan, tugas wewenang, dan tanggungjawab yang berbeda dalam suatu organisasi perusahaan.

Semakin berkembangnya suatu perusahaan, maka persoalan-persoalan yang dihadapi oleh perusahaan akan semakin kompleks dan manajemen

59

tidak mungkin menangani dan mengawasi operasi perusahaan secara langsung. Untuk itu dibutuhkan suatu organasisasi yang disusun secara cepat sesuai dengan kondisi dan kebutuhan perusahaan.

Dari gambar struktur yang menjadi objek penelitian penulis, maka penulis berpendapat bahwa struktur organisasi yang dipakai PT. Pos Indonesia (Persero) Medan adalah berbentuk fungsional dan telah sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

Dimana struktur organisasi perusahaan menggambarkan penyusunan tugas-tugas, wewenang, dan tanggungjawab mulai atasan (dalam hal ini pimpinan) sampai pada tingkat yang paling rendah. Selain itu juga terdapat koordinasi dan system pengawasan yang cukup baik dalam perusahaan.

Keberadaan struktur organisasi ini memungkinkan adanya koordinasi usaha unit organisasi untuk mengambil tindakan yang dapat mencapai tujuan perusahaan. Pemisahan tugas, wewenang, dan tanggungjawab didalam struktur organisasi perusahaan telah dapat dilihat secara tegas dan jelas. Oleh karena itu penulis berpendapat bahwa struktur organisasi perusahaan sudah cukup baik.

2. Analisa dan Evaluasi Terhadap Sistem Akuntansi Pertanggungjawaban pada Perusahaan

Dalam suatu perusahaan, manajer memiliki pengawasan atas pendapatan dan biaya serta jumlah, yang diinvestasikan pada aktiva-aktiva. Manajer bertanggungjawab bukan hanya atas laba, tetapi bertanggungjawab atas

hubungan antara laba dengan jumlah yang diinvestasikan pada aktiva dalam perusahaan. Kebijaksanaan investasi merupakan kebijaksanaan investasi jangka panjang. Oleh karena itu, kebijkasanaan untuk melakukan investasi biasanya datang dari manajemen tingkat atas dan langsung berada dibawah pengawasan tingkat atas tersebut.

Anggaran PT. Pos Indonesia (Persero) Medan merupakan anggaran yang berdasarkan asumsi- asumsi perencanaan serta data- data akuntansi dan keuangan. Sebelum anggaran disiapkan, pihak manajemen seharusnya mengembangkan suatu rencana straregi (strategic planning). Rencana strategis yang dimaksud untuk mengindentifikasi strategi- strategi untuk aktifitas dan operasi perusahaan masa depan.

Perusahaan dapat menerjemahkan strategi umum ke dalam tujan jangka pendek dan panjang. Tujuanu tujuan inilah yang membentuk dasar anggaran.dalam hal ini harus terdapat hubungan erat antara anggaran dan rencana strategis. Hubungan ini dapat membantu manajemen untuk memastikan bahwa semua perhatian tidak hanya terfokus pada operasional jangka pendek saja. Hal ini penting karena anggaran sebagai rencana untuk satu periode memiliki sifat untuk jangka pendek.

Pembagian biaya pada PT. Pos Indonesia (Persero) Medan antara lain:

a. Beban pegawai b. Beban operasi c. Beban Administrasi d. Beban umum

e. Penurunan nilai aset tetap

61

f. Beban penyusutan properti investasi

g. Beban penyusutan aset tetap dan amortisasi h. Beban lainnya

i. Beban keuangan

3. Analisa dan Evaluasi Terhadap Laporan Pusat Pertanggungjawaban pada Perusahaan

Pada hakekatnya laporan akuntansi pertanggungjawaban menyajikan informasi untuk pengawasan manajemen yang terdiri dari seperangkat laporan yang saling berhubungan yang disediakan oleh para manajer di berbagai pusat pertanggungjawaban didalam suatu perusahaan. Laporan ini bersifat informasi pertanggungjawaban ke arah tingkatan manajerial yang lebih tinggi.

Dengan demikian pada setiap tingkatan manajerial, tingkatan manajerial yang lebih tinggi akan menerima laporan pertanggungjawaban dari tingkatan manajerial yang lebih rendah. Sesuai dengan prinsip laporan yang baik, maka semakin ringkas laporan yang harus disampaikan.

Demikian halnya pada perusahaan ini, laporan akuntansi pertanggungjawaban masing-masing deputi yang terdapat pada perusahaan ini terlihat sebagai berikut:

a. Surat pos dan Paket Pos b. Jasa Keuangan

c. Ritel dan Properti

d. Logistik

e. Teknologi Informasi f. Keuangan

Dalam laporan juga akan dianalisa penyimpangan yang terjadi dari standard yang telah ditetapkan. Adapun laporan realisasi biaya ini terdiri dari:

a. Beban pegawai b. Beban operasi c. Beban Administrasi d. Beban umum

e. Penurunan nilai aset tetap

f. Beban penyusutan properti investasi

g. Beban penyusutan aset tetap dan amortisasi h. Beban lainnya

i. Beban keuangan

4. Faktor yang mempengaruhi perencanaan biaya dengan pengendalian biaya PT. Pos Indonesia (Persero) Medan

Berdasarkan data yang diperoleh dari PT. Pos Indonesia (Persero) Medan terdapat banyak perbedaan antara perencanaan biaya dengan pengendalian biaya. Banyak faktor yang mempengaruhi perbedaan (variance) antara lain:

a. Pendapatan Usaha

Pendapatan pada PT. Pos Indonesia (Persero) Medan terdiri dari:

63

1) Pendapatan Surat Pos & Paketpos

Pendapatan dari surat pos dan paket pos yang direncanakan sebesar Rp 58.829.800.000,00 ternyata realisasinya sebesar Rp 48.723.270.092,00. Hal ini mengakibatkan varian sebesar Rp 10.106.600.000,00 yang berarti perusahaan mengalami penyimpangan yang merugikan perusahaan karena jumlah pengguna jasa surat pos dan paket pos semakin berkurang adanya jasa pengiriman milik sendiri maupun perusahaan swasta (kompetitor) yang memberikan biaya yang cukup terjangkau juga.

2) Pendapatan Jasa Keuangan

Pendapatan dari jasa keuangan yang direncanakan sebesar Rp 15.032.200.000,00 ternyata realisasinya sebesar Rp 9.916.216.030,00. Hal ini mengakibatkan varian sebesar Rp 5.115.962.703,49 yang berarti perusahaan mengalami penyimpangan yang merugikan perusahaan karena perkembangan teknologi yang ada saat ini dan regulasi (karena bank diizinkan brandless sehingga tadinya jasa keuangan di area itu seolah- olah monopoli pos menjadi bank bisa masuk).

3) Pendapatan Ritel dan Properti

Pendapatan dari ritel dan properti yang direncanakan sebesar Rp 7.433.166.449,55 ternyata realisasinya sebesar Rp 6.905.112.380,00.

Hal ini mengakibatkan varian sebesar Rp 528.054.069,55 yang berarti perusahaan mengalami penyimpangan yang merugikan

perusahaan karena sebaran kantor pos belum dimanfaatkan secara optimal dalam distribusi komoditas yang dibutuhkan masyarakat.

4) Pendapatan Logistik

Pendapatan dari logistik yang direncanakan sebesar Rp 4.797.000.000,00 ternyata realisasinya sebesar Rp 688.933.230,00.

Hal ini mengakibatkan varian sebesar Rp 4.108.066.770,00 yang berarti perusahaan mengalami penyimpangan yang merugikan perusahaan karena kekuatan network dan lost mile distribution yang belum dimanfaatkan dengan baik serta perlunya peningkatan kompetensi dibidang logistik.

5) Pendapatan Teknologi Informasi

Pendapatan dari teknologi informasi yang direncanakan sebesar Rp 0 ternyata realisasinya sebesar Rp 0. Hal ini mengakibatkan varian sebesar Rp 0 yang berarti perusahaan tidak memiliki penyimpangan.

6) Pendapatan Lainnya

Pendapatan dari lainnya yang direncanakan sebesar Rp 0 ternyata realisasinya sebesar Rp 2.249.001.092,00. Hal ini mengakibatkan varian sebesar Rp 2.249.001.092,00 yang berarti perusahaan mengalami penyimpangan yang menguntungkan perusahaan karena banyaknya pendapatan lainnya yang dicapai PT.

Pos Indonesia (Persero) Medan seperti Giro, Paket Pos Internasional, Paket Kilat Khusus, melakukan transfer uang, penjualan asset, dll

.

65

7) Pendapatan Keuangan

Pendapatan dari keuangan yang direncanakan sebesar Rp 0 ternyata realisasinya sebesar Rp 369.781.046,00. Hal ini mengakibatkan varian sebesar Rp 369.781.046,00 yang berarti perusahaan mengalami penyimpangan yang menguntungkan perusahaan karena penjualan tanah, melakukan transaksi perbankan, dll.

b. Biaya

Biaya pada PT. Pos Indonesia (Persero) Medan terdiri dari:

1) Beban Pegawai

Beban pegawai yang direncanakan sebesar Rp 30.273.861.000,00 ternyata realisasinya sebesar Rp 30.580.106.107,00. Hal ini mengakibatkan varian sebesar Rp 306.245.107,00 yang berarti perusahaan mengalami penyimpangan yang merugikan perusahaan karena kurang terperincinya beban pegawai yang direncanakan dan kurangnya koordinasi.

2) Beban Operasi

Beban operasi yang direncanakan sebesar Rp 8.873.350.000,00 ternyata realisasinya sebesar Rp 21.022.999.905,00. Hal ini mengakibatkan varian sebesar Rp 12.149.649.905,00 yang berarti perusahaan mengalami penyimpangan yang merugikan perusahaan karena banyaknya biaya operasi yang tak terduga, fasilitas yang belum memadai.

3) Beban Administrasi

Beban administrasi yang direncanakan sebesar Rp 389.960.000,00 ternyata realisasinya sebesar Rp 491.325.251,00.

Hal ini mengakibatkan varian sebesar Rp 101.365.251,00 yang berarti perusahaan mengalami penyimpangan yang merugikan perusahaan karena banyaknya beban administrasi tak terduga, perencanaan beban administrasi kurang mendetail serta kurangnya kerjasama tim dalam membuat perencanaan.

4) Beban Umum

Beban umum yang direncanakan sebesar Rp 1.293.700.000,00 ternyata realisasinya sebesar Rp 2.895.836.602,00. Hal ini mengakibatkan varian sebesar Rp 1.602.136.602,00 yang berarti perusahaan mengalami penyimpangan yang merugikan perusahaan karena perencanaan tidak matang, permasalahan peraturan, banyaknya beban (biaya) umum yang tak terduga.

5) Penurunan Nilai Aset Tetap

Penurunan nilai aset tetap yang direncanakan sebesar Rp 0 ternyata realisasinya sebesar Rp 0. Hal ini mengakibatkan varian sebesar Rp 0 yang berarti perusahaan tidak mengalami penyimpangan.

6) Beban Penyusutan Properti Investasi

Beban penyusutan properti investasi yang direncanakan sebesar Rp 0 ternyata realisasinya sebesar Rp 109.353.925,00. Hal ini mengakibatkan varian sebesar Rp 109.353.925,00 yang berarti

Dokumen terkait