• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

H. Teknik Analisis Data

Penelitian ini adalah mixed method, Untuk data kuantitatif digunakan teknik deskriptif dan uji regresi berganda. Sedangkan untuk data kualitatif digunakan teknik yang terdiri (1) reduksi data; Selama pengumpulan data berlangsung, terjadilah tahap reduksi, seperti membuat ringkasan, mengkode dan mengelompokan data; (2) kategorisasi atau tindakan; dan (3) sintesis atau penarikan kesimpulan (Moleong, 2013:248). Atas dasar itu, maka terdapat dua macam teknik analisis data, sebagai berikut;

1. Analisis deskriptif dimaksudkan untuk mengetahui :

a. Gambaran deskriptif tingkat kepatuhan tenaga kedokteran gigi dalam menerapkan kewaspadaan standar kesehatan gigi.

b. Gambaran deskriptif hubungan antara kepatuhan dan perilaku tenaga kedokteran gigi dalam menerapkan kewaspadaan standar dalam pencegahan dan pengendalian infeksi.

c. Gambaran deskriptif faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan kewaspdaan standar

2. Analisis Regresi Linier Berganda dengan rumus

Ŷ= a + b1X1 + b2X2+ b3X3+ b4X4+b5X5+b6X6+b7X7 (Sugiyono, 2012:18)

Keterangan:

Ŷ : Variabel Dependen (Penerapan kewaspadaan standar) a : Konstanta

b1 : Koefisien Regresi Variabel X1

b2 : Koefisien Regresi Variabel X2 b3 : Koefisien Regresi Variabel X3

b4 : Koefisien Regresi Variabel X4

X1 : Variabel Independen1 X2 : Variabel Independen2 X3 : Variabel Independen3

X4 : Variabel Independen4

Uji Korelasi

Uji korelasi untuk mengetahui kekuatan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat atau nilai r pada analisis regresi linear sederhana dengan mudah dapat diketahui berdasarkan nilai r hasil analisis korelasi product momen pearson karena jumlah variabel bebas hanya satu, berlaku R=r, dan untuk mengetahui persentase sumbangan variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan analisis determinasi (r2). Menurut Wibowo (2012:61-62) pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut:

0,00 – 0,199 = sangat rendah 0,20 – 0,399 = rendah 0,40 – 0,599 = cukup kuat 0,60 – 0,799 = kuat 0,80 – 1,000 = sangat kuat

Besar kecilnya sumbangan variabel X terhadap Y dapat ditentukan dengan rumus koefisien diterminan, yaitu uji signifikansi yang berfungsi apabila peneliti ingin mencari makna hubungan variabel X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7 terhadap Y, maka hasil korelasi (r) tersebut diuji dengan uji Signifikansi dengan rumus : 2 r 1 2 n r hitung t    Keterangan: thitung = Nilai t

r = Nilai Koefisien korelasi n = Jumlah Sampel

Untuk menarik kesimpulan dari hipotesis di atas dilakukan dengan kriteria jika thitung < ttabel dengan derajat kebebasan dk = n-2 dan taraf signifikansi α = 0,05 (5%).

Kriteria penolakan dan penerimaan hipotesis adalah sebagai berikut:Jika t tabel< t hitung, maka hasil uji diterima atau ada hubungan. dan Jika t tabel>t hitung, maka hasil uji ditolak dan tidak ada hubungan.

84 I. Defenisi Operasional

Tabel 3.9. Defenisi Operasional Variabel Penelitian

No

Variabel beserta Indikator

Defenisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur 1 Variabel: Kepatuhan kewaspadaan standar (Standard precautions)

Merupakan kepatuhan tenaga kesehatan akan aturan yang

sudah ditetapkan dalam

mencegah dan

mengendalikan infeksi

terhadap operator sendiri

maupun pasien meliputi:

hand hygiene, APD,

penanganan linen,

manajemen lingkungan,

penanganan instrumen alat,

penyuntikan yang aman,

perlindungan kesehatan

karyawan, manajemen

limbah dan benda tajam, etika batuk. Wawancara Mengisi kuesioner Observasi 1. Panduan wawancara dengan tenaga kesehatan (dokter) 2. Kuesioner yang diisi

oleh tenaga kesehatan yang terdiri dari item

soal menggunakan

skala likert dengan

alternatif jawaban

selalu, sering, kadang-kadang, hampir tidak pernah, tidak pernah

diisi oleh tenaga

kesehatan.

3. Checklist/lembar

observasi yang diisi

oleh peneliti atau

observer. 1. Interpretasi hasil wawancara 2. (5) SL=(Selalu) (4) SR=Selalu (3)KD=Kadang-kadang (2)HTP=Hampir tidak pernah (1)TP=Tidak pernah 3. (0)=Tidak melakukan (1)= Melakukan Interval

85 Lanjutan Tabel 3.9. Defenisi Operasional Variabel Penelitian

No

Variabel beserta Indikator

Defenisi Cara

Ukur Alat Ukur Hasil Ukur

Skala Ukur

2 Faktor-faktor

kepatuhan:

Pelatihan

Pelatihan merupakan proses

membantu pada tenaga

kesehatan untuk memperoleh efektifitas dalam pekerjaan mereka baik saat ini maupun yang akan datang melalui

pengembangan kebiasaan

tentang pikiran, tindakan,

kecakapan, dan sikap yang

layak. Pelatihan yang

diperoleh dari jawaban

responden melalui instrumen penelitian yang menyatakan

pelatihan pembobotan

indikator memperbaiki kinerja,

peningkatan ketrampilan,

peningkatan kualitas

peningkatan moral dan

pengembangan individu,

dalam hal ini adalah training

yang berkaitan dengan

Standard precautions.

Mengisi kuesioner

Kuesioner diisi oleh

tenaga kesehatan yang terdiri dari item soal menggunakan skala likert dengan alternatif jawaban selalu, sering,

kadang-kadang, hampir tidak

pernah, tidak pernah.

(5)SL= Selalu (4)SR=Selalu (3)KD=Kadang-kadang (2)HTP=Hampir tidak pernah (1)TP=Tidak pernah Interval

86 Lanjutan Tabel 3.9. Defenisi Operasional Variabel Penelitian

No

Variabel beserta Indikator

Defenisi Cara

Ukur Alat Ukur Hasil Ukur

Skala Ukur

3 Sikap Merupakan respon sikap

tenaga kesehatan terhadap

stimulus atau obyek yang

bersifat intern maupun

ekstern, dalam hal ini terhadap pelayanan kedokteran gigi di Rumah sakit. Manifestasinya tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsir terlebih dahulu dari perilaku

yang meliputi : kognitif,

efektif, konatif.

Mengisi kuesioner

Kuesioner diisi oleh

tenaga kesehatan, berisi item soal menggunakan

skala likert dengn

alternatif jawaban sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju ((5)SS=Sangat setuju (4)ST=Setuju (3)RG=Ragu-ragu (2)TS=Tidak setuju (1)STT=Sangat tidak setuju Interval

4 Pengetahuan Merupakan kemampuan

responden untuk menjawab

dengan benar pernyataan

tentang kepatuhan dalam

penerapan Standard

precautions

Mengisi kuesioner

Kuesioner yang diisi oleh tenaga kesehatan terdiri

dari item soal

menggunakan skala likert

sangat setuju, setuju,

ragu-ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju

(5)SS=Sangat setuju (4)ST=Setuju (3)RG=Ragu-ragu (2)TS=Tidak setuju (1)STT=Sangat tidak setuju Interval

87 Lanjutan Tabel 3.9. Defenisi Operasional Variabel Penelitian

No

Variabel beserta Indikator

Defenisi Cara

Ukur Alat Ukur Hasil Ukur

Skala Ukur

5 Iklim keselamatan

Merupakan persepsi responden

mengenai dukungan dan

komitmen pengawasan di

Rumah sakit, dalam hal ini

baik atasan ke bawahan,

sejawat, dokter dengan

perawat gigi/ asisten

Mengisi kuesioner

Kuesioner yang diisi oleh tenaga kesehatan berisi

item pertanyaan soal

menggunakan skala likert dengan alternatif jawaban

sangat setuju, setuju,

ragu-ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju

(5)SS=Sangat setuju (4)ST=Setuju (3)RG=Ragu-ragu (2)TS=Tidak setuju (1)STT=Sangat tidak setuju Interval 6 Hambatan dalam penerapan standard precautions

Merupakan hambatan dalam

penerapan kewaspadaan

standar yang dirasakan oleh

responden terkait

kewajibannya dalam

memberikan pelayanan

Mengisi kuesioner

Kuesioner yang diisi oleh tenaga kesehatan berisi item soal menggunakan

skala likert dengan

alernatif jawaban sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju (5)SS=Sangat setuju (4)ST=Setuju (3)RG=Ragu-ragu (2)TS=Tidak setuju (1)STT=Sangat tidak setuju Interval

88 Lanjutan Tabel 3.9. Defenisi Operasional Variabel Penelitian

No

Variabel beserta Indikator

Defenisi Cara

Ukur Alat Ukur Hasil Ukur

Skala Ukur 7 Ketersediaan sarana dan fasilitas pencegahan

Merupakan tersedia atau

tidaknya sarana dan fasilitas pencegahan infeksi di Rumah

sakit yang mendukung

penerapan kewaspadaan

standar

Mengisi kuesioner

Observasi

Kuesioner diisi oleh

tenaga kesehatan yang berisi item soal dengan alternatif

jawaban sangat setuju,

setuju, ragu-ragu,tidak

setuju, sangat tidak setuju

Checklist oleh observer

(5)SS=Sangat setuju (4)ST=Setuju (3)RG=Ragu-ragu (2)TS=Tidak setuju (1)STT=Sangat tidak setuju Ada Tidak ada Interval 8 Dukungan pimpinan

Dukungan yang diberikan oleh pimpinan Rumah sakit dalam

menyediakan sarana dan

fasilitas dalam mendukung

penerapan kewaspadaan

standar

Mengisi kuesioner

Kuesioner yang diisi oleh tenaga kesehatan berisi

item pertanyaan

menggunakan skala likert dengan alternatif selalu,

sering, kadang-kadang,

hampir tidak pernah, tidak pernah (5)SL= ( Selalu) (4)SR=Selalu (3)KD=Kadang-kadang (2)HTP=Hampir tidak pernah (1)TP=Tidak pernah Interval

Pembobotan :

Data primer dilakukan dengan pemberian kuesioner dan

check-list. Kuesioner sendiri dengan skala pembobotan sebagai berikut :

Tabel 3.10. Nilai dan Jawaban Pembobotan Skala Likert

Nilai Jawaban

1 Tidak pernah Sangat tidak setuju

2 Hampir tidak pernah Tidak setuju

3 Kadang-kadang Ragu-ragu

4 Sering Setuju

5 Selalu Sangat setuju

Unruk responden yang mengaku tidak pernah atau kadang-kadang menerapkan kewaspadaan standar dikelompokan sebagai perilaku tidak patuh, sedangkan untuk responden yang mengaku sering dan selalu menerapkan kewaspadaan standar dikategorikan sebagai perilaku patuh. Untuk check list terdiri atas, yang diisi oleh peneliti sendiri yakni: form check list untuk ketersediaan fasilitas, sarana, prasarana dan juga informasi.

J. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti harus memperhatikan masalah etika penelitian yang meliputi :

1. Persetujuan

Penelitian ini akan dilaksanakan di Poli Gigi RS PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta dan sudah mendapatkan

persetujuan dari pihak instansi rumah sakit melalui surat izin studi pendahulan dan surat izin penelitian.

2. Lembar persetujuan Responden

Lembar persetujuan responden merupakan cara persetujuan antara peneliti dan responden. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan dari penelitian yang akan dilakukan juga dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengumpulan data, jika subyek menolak maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak-hak responden (Nursalam, 2003).

3. Kerahasiaan nama (anonimity)

Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak akan mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data, cukup dengan memberi kode pada masing-masing lembar tersebut (Nursalam, 2003).

4. Kerahasiaan (Confidentiality)

Peneliti menjamin kerahasiaan semua informasi yang diberikan responden dalam hasil penelitian. Hanya informasi yang berhubungan dengan penelitian saja yang akan dilaporkan pada hasil penelitian (Alimul S, 2003).

Gambar 3.1. Gambar Diagram Alir Transkrip wawancara N = 6 Kuesioner Kuesioner tingkat kepatuhan penerapan kewaspadaan standar dan

mengenai faktor kepatuhan Observasi Observasi mendalam pada setiap shift dokter gigi Rekaman data dan informasi kegiatan wawancara Pengisian kuesioner/ angket oleh tenaga kesehatan (6 responden) 19 lembar checklist observasi mengenai 9 elemen kewaspadaan standar per

masing-masing dokter

Hasil Pembahasan Kesimpulan Penelitian

Qualitative Analysis Open coding, axial coding, selective coding Quantitative Analysis : Analisis varian, regresi berganda Wawancara dengan 3 informan Observer (peneliti) menggunakan lembaran checklist observasi pada setiap shift keempat dokter gigi yang diasistensi oleh perawat gigi Qualitative

92 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum RS PKU Muhamadiyah Gamping Yogyakarta

a. Keadaan Umum RS PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta

RS PKU Muhammadiyah Gamping yang merupakan pengembangan dari RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta unit I dibuka pada tanggal 15 Februari 2009. Pada tanggal 16 Juni 2010 Rumah sakit mendapatkan ijin operasional sementara. Bulan Juni tahun 2012, RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Gamping Yogyakarta berhasil lulus akreditasi 5 Bidang Pelayanan yang dikukuhkan dengan sertifikat akreditasi dari KARS dengan Surat Keputusan No KARS-SERT/600/VI/2012. Tahap ini memuluskan jalan untuk mengurus ijin tetap sebagai Rumah Sakit Tipe C. Pada akhirnya RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Gamping Yogyakarta mendapatkan ijin operasional sebagai RS Tipe C pada

tanggal 18 November 2013 melalui SK Menteri Kesehatan No : HK.02.03/I/1976/2013

Berdasarkan hasil olahan data sekunder tentang sarana dan prasarana RS PKU Muhamadiyah Gamping Yogyakarta, diketahui bahwa ketersediaan sarana dan prasarana pada rumah sakit ini masih minimalis. Berikut dapat dilihat dalam tabel tentang ketersediaan sarana dan prasarana

Tabel 4.1 Ketersediaan Sarana dan Prasarana No Fasilitas, sarana, prasarana,

informasi Ada

Tidak Ada 1 Sarung tangan steril sekali pakai √

2 Masker √

3 Kaca mata Pelindung √

4 Baju pelindung √

5 Bahan disinfektan √

6 Tempat mencuci tangan (wastafel) √

7 Sabun dan juga desinfektan √

8 Tisu/ kain lap yang digunakan untuk

membersihkan tangan √

9 Tempat penyimpanan alat kesehatan √

10 Dental unit √

11 Tempat sampah medis √

12 Tempat sampah non medis √

13 Penerangan yang baik √

14 Kamar mandi √

15 Ruang tunggu √

16 Gambar, poster sebgai fungsi

informasi √

17 Standar Operasional Prosedur hand

Lanjutan Tabel 4.1 Ketersediaan Sarana dan Prasarana No Fasilitas, sarana, prasarana,

informasi Ada

Tidak Ada 18

Standar Operasional Prosedur penggunaan APD yang di tempel di

wall

19 SOP Etika Batuk yang ditempel di

wall

20

Standar Operasional Prosedur penanganan jarum suntikdan SOP lainnya yang ditempel di wall

Sumber: Olahan data Sekunder 2016

Bertolak dari tabel 4.1, diketahui bahwa masih terdapat fasilitas yang belum lengkap dalam pelayanan kesehatan gigi, seperti belum adanya kaca mata pelindung, gambar, poster sebagai fungsi informasi, standar operasional prosedur (SOP) hand hygiene, SOP APD, SOP etika batuk di wall dan SOP jarum suntik dan SOP lainnya yang di wall. Oleh karena itu, sesuai hasil wawancara dengan supervisor PPI didapatkan informasi bahwa pada bulan November tahun 2014 RS PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta telah memiliki program kebijakan dan sistem penilaian atau surveilians PPI termasuk kewaspadaan standar di setiap unit-unit rumah sakit yang disusun oleh tim KPPIRS sehingga penyelenggaraan PPI

Rumah Sakit khususnya di ruang pelayanan Poli gigi umum dan poli spesialis yang terpadu.

Demikian bahwa peranan monitoring untuk evaluasi harus berkesinambungan. Pedoman yang dipakai yakni Pedoman Manajerial Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah sakit dan pelayanan kesehatan lainnya berdasarkan Depkes RI 2008. Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah sakit memiliki peranan dalam memberikan pelatihan dan pelatihan terhadap staf, mengadakan evaluasi secara berkala terhadap efektifitas dan tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi dan kejadian infeksi di Rumah sakit.

Diketahui penangan dan pengendalian infeksi yang dilakukan oleh tenaga kesehatan gigi pada RS PKU Mahammadiyah Gamping Yogyakarta belum sesuai standar pelayanan tenaga kesehatan gigi. Keadaan ini dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 4.2. Daftar Laporan Surveilans Infeksi Rumah Sakit Bulan Januari-April 2016

No

Jenis Infeksi Bakteri

Hasil Surveilans Infeksi Rumah Sakit Per Kurun Waktu Januari 2016 Februari 2016 Maret 2016 April 2016 1 Phlbitis/ Bakterimia 2,98 per mil 4,71 per mil 3,06 per mil 3,78 per mil 2 ISK 5,92 per mil 0,00 per mil 0,00 per mil 0,00 per mil 3 ILO 0,00 % 0,00 % 0,00 % 0,00 % 4 VAP 0,00 per mil 0,00 per mil 0,00 per mil 0,00 per mil Sumber: Olahan Data Sekunder 2016

Merujuk pada tabel 4.2, dilihat bahwa masih terdapat kejadian infeksi di Rumah sakit, kemungkinan dapat juga disebabkan juga oleh kurang patuhnya tenaga kesehatan dalam menerapkan kewaspadaan standar.

b. Karakteristik Responden

Penelitian ini hanya mengkaji pelayan kesehatan gigi di RS Muhammadiyah Gamping Yogyakarta Jumlah total dokter 4 orang, perawat gigi 2 orang dan pasien yang menjadi populasi penelitian dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 4.3 Jumlah Tenaga Kesehatan di Poli Gigi Terhitung 2016

No Tenaga Kesehatan Jenis Kelamin Jumlah

L P

1 Dokter Gigi 1 3 4

2 Perawat Gigi - 2 2

Jumlah 1 5 6

Sumber: Olahan Data Sekunder 2016

Bertolak dari tabel 4.3, diketahui bahwa jumlah dokter 4 orang yang terdiri dari 1 laki-laki dan 3 orang perempuan, sedangkan jumlah perawat gigi berjumlah 2 orang dengan total keseluruhan 6 orang. Selanjutnya jika dilihat dari segi fungsi pelayanan, tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap mutu pelayanan, maka diketahui bahwa tingkat pendidikan perawat dan dokter gigi, yaitu D3, S2 dan spesialis dokter atau kesehatan gigi. Berikut dapat dilihat dalam tabel 4.4

Tabel 4.4. Kualifikasi Pendidikan Tenaga Kesehatan di Pelayanan kedokteran Gigipada RS PKU Muhammadiyah Unit Gamping Yogyakarta

No Status SLTA DIII S1 S2 Spesialis Jlh

1 Dokter Gigi - - - 1 4 4

2 Perawat Gigi - 2 - - - 2

Jumlah 0 2 0 1 4 6

Tabel 4.4 menggambarkan bahwa dokter gigi yang berpendidikan S2 berjumlah 1 orang dengan spesialisasi gigi 4 orang. Sedangkan perawat gigi dengan tingkat pendidikan D3 berjumlah 2 orang. Jadwal praktek sebagai berikut:

Tabel 4.5. Jadwal Shift Dokter dan Perawat Gigi No Dokter Jam Shift dalam

Seminggu Nama Perawat 1 drg. Senin : 10.00 Kamis : 10.00 Sabtu : 10.00 Perawat 1 Perawat 2 2 drg. Senin : 11.00 Rabu : 09.00 Sabtu : 09.00 Perawat 1 Perawat 2 3 drg. Selasa : 13.00 Jumat : 09.00 Perawat 1 Perawat 2 4 drg. Selasa : 09.00 Kamis : 15.00 Perawat 1 Perawat 2 Sumber: Olahan Data Sekunder 2016

Berdasarkan tabel 4.5, shift-shift tersebut terdapat penumpukan pasien, keadaan tersebut dapat menimbulkan kecapaian dan kelelahan yang dapat menyebabkan terganggunnya konsentrasi dalam pelayanan, khususnya penerapan kepatuhan sesuai dengan prosedur operasional yang berlaku di rumah sakit. Keadaan ini juga dapat menyebabkan kurang patuh dalam pelayanan. Jumlah

pasien yang dilayani sesuai dengan tahun terhitung dari tahun 2014-2016 dapat digambarkan sebagai berikut;

Tabel 4.6.Jumlah Pasien Poli Gigi RS. PKU Muhammadiyah Gamping

No Jumlah Pasien Per Tahun Pasien Baru Pasien Lama Total 1 2014 575 597 1172 2 2015 995 1077 2072

3 Per Januari s/d April 2016 471 632 1103

Total 2.041 2.306 4.347

Sumber: Olahan data Sekunder 2016

Tabel 4.6 menggambarkan total keseluruhan pasien gigi terhitung tahun 2014 sampai dengan tahun 2016. Merujuk pada jumlah pasien yang ada dapat diasumsikan bahwa jumlah pasien lebih banyak dari jumlah pelayan kesehatan, yakni tenaga dokter dan perawat gigi. Keadaan ini dapat diprediksikan bahwa dalam memberikan pelayanan dengan jumlah pasien yang banyak, maka bisa terjadi ketidakpatuhan dalam penerapan standar pelayanan. 2. Hasil Analisis Deskriptif

a. Gambaran Deskriptif Tingkat Kepatuhan Tenaga Kesehatan Gigi dan Mulut di RS PKU Muhammadiyah Gamping terhadap SOP

Kriteria kepatuhan maupun kewaspadaan standar bagi tenaga kedokteran meliputi; (1) hand hygiene; (2) alat pelindung diri di tempat kerja agar terhindar dari bahan kimia; (3) penanganan linen; (4) manajemen lingkungan; (5) penanganan instrumen alat kedokteran gigi (steril dan pemeliharaan alat); (6) penyuntikan yang aman; (7) perlindungan kesehatan karyawan; (8) manajemen limbah dan benda tajam; dan (9) etika batuk (WHO, 2009). Kriteria kewaspadaan dan kepatuhan ini bertujuan menghindari infeksi dalam pelayanan kesehatan gigi dan mulut.

Berdasarkan hasil temuan lapangan ternyata masih banyak tenaga kesehatan gigi belum patuh melakukan tugasnya sesuai dengan kewaspadaan standar pada umumnya (SOP) yang telah ditetapkan oleh pihak rumah sakit maupun pemerintah. Untuk melihat prosentase keseluruhan dapat dilihat dalam diagram berikut;

Gambar.4.1. Prosentase Kepatuhan Keenam Tenaga Kesehatan dalam Komponen Hand Hygiene

Diagram 4.1, menggambarkan bahwa keenam tenaga kesehatan pada RS. PKU Gamping Yogyakarta 83.33% patuh melaksanakan komponen hand hygiene,

sedangkan 16, 67% belum patuh dalam melakukan momen

hand higyene. Berdasarkan prosentase tersebut dapat dikatakan bahwa belum semua tenaga kedokteran gigi pada RS. PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta patuh dalam melakukan kewaspadaan standar, khususnya dalam momen pembersihan tangan.

Selanjutnya dianalisis kepatuhan keenam tenaga kesehatan gigi dalam tindakan APD dapat dilihatdapat dilihat tingkat prosentase kepatuhan tenaga kesehatan tersebut dalam diagram berikut;

Gambar. 4.2 Prosentase Tingkat Kepatuhan dalam APD

Diagram 4.2 memperlihatkan bahwa tingkat kepatuhan tenaga kesehatan kedokteran gigi pada taraf 76.17%, sedangkan yang tidak patuh 20.83%. Hal ini berarti bahwa tenaga kesehatan pada RS PKU Muhammadiyah Gamping Yogyarkarta tingkat kepatuhan dalam melakukan APD cukup tinggi. Namun masih saja ada tenaga kedokteran gigi yang belum patuh dalam penggunaan APD, yakni 20.83%. Hasil penelitian ini masih relevan dengan kajian Sadoh et al., (2006) yang mana di RSKO Jakarta terdapat 43,6% tenaga kesehatan gigi dan mulut tidak menggunakan kaca mata pelindung, karena rendahnya resiko percikan darah dan di Nigeria 56,5% tenaga kesehatan tidak memakai kaca mata pelindung.

Tingkat kepatuhan tenaga kesehatan kedokteran gigi dalam penanganan linen. Berikut gambaran prosentase

tingkat kepatuhan tenaga kesehatan kedokteran dalam diagram 4.3,

Gambar. 4.3. Prosentase Tingkat Kepatuhan dalam Penangan Linen

Diagram 4.3 menggambarkan bahwa tingkat kepatuhan tenaga kesehatan kedokteran gigi dalam penangan linen sangat tinggi, yakni 91.67%, sedangkan tenaga kesehatan yang tidak patuh berada pada 8.33%. Artinya bahwa secara keluruhan tenaga kesehatan kedokteran gigi pada RS PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta 91.67% sudah patuh. Namun, 8.33% tersebut menggambarkan ketidakpatuhan tenaga kedokteran dalam penangan linen.

Selanjutnya dilihat bagaimana tingkat kepatuhan dalam manajemen lingkungan yang dilakukan oleh tenaga kedokteran gigi pada RS PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta yang dapat dilihat dalam diagram 4.4;

91.67 8.33

Gambar 4.4. Prosentase Tingkat Kepatuhan dalam Manajemen Lingkungan

Diagram 4.4, menggambarkan bahwa tenaga kesehatan gigi dan mulut pada RS PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta sudah patuh menangani manajemen lingkungan dengan benar. Artinya menurut peneliti aturan manajemen lingkungan pada RS PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta sudah dipatuhi oleh tenaga kedokteran gigi dan mulut yang bersangkutan.

Hasil kuesioner mengenai penanganan insterumen dan alat kedokteran gigi pada tenaga kedokteran gigi dapat dilihat tingkat kepatuhan secara umum yang digambarkan dalam diagram 4.5; 0 50 100 150 Patuh Tidak Patuh Tidak Patuh Patuh

Gambar. 4.5. Prosentase Tingkat Kepatuhan dalam Sterilisasi dan Penanganan Instrumen

Gambar 4.5, menunjukkan tingkat kepatuhan tenaga kedokteran gigi dalam penanangan instrumen kesehatan gigi. Gambar tersebut diketahui bahwa tenaga kedokteran gigi 83,33% sudah patuh, namun masih terdapat 16,67 % tidak patuh dalam penanganan instrumen kedokteran gigi dan mulut. Artinya, menurut peneliti bahwa 16,67 % persen tersebut adalah mereka yang belum patuh dalam menjalankan tugasnya sebagai tenaga kesehatan gigi dan mulut pada RS PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta. Hasil penelitian ini masih relevan dengan Rahmadani et al., (2015) dalam jurnal e-Gigi Volume 3, Nomor 2, Juli-Desember 2015 yang menyatakan bahwa masih terdapat tenaga kesehatan pada PSPDG FK UNSRAT bahwa operator kesehatan tersebut 0%

83.33 16,67

patuh tdk patuh

menggunakan celemek dan 0% yang mengingstruksikan pasien berkumur antiseptik sebelum dirawat.

Hasil jawaban kuesioner tenaga kesehatan gigi RS PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta patuh atau tidak dalam penyuntikan yang aman. Berikut dapat dilihat dalam diagram 4.6;

Gambar 4.6. Prosentase Tingkat Kepatuhan dalam Penyuntikan yang Aman

Gambar 4.6, menunjukan bahwa 100% tenaga kedokteran gigi dan mulut patuh melaksanakan penyuntikan yang aman. Artinya menurut peneliti mereka patuh dalam tugasnya.

Berikut disajikan apakah pihak rumah sakit sudah menjalankan perannya untuk melindungi kesehatan karyawan termasuk tenaga kesehatan gigi. Tabulasi berikut merupakan jawaban responden terhadap pihak rumah sakit

0 50 100 150 0 0.5 1 1.5 Patuh Tidak Patuh Tidak Patuh Patuh

yang mana dalam menjaga keselamatan kerja, pihak rumah sakit pun harus menjaga kesehatan karyawannya. Berikut dapat dilihat prosentase jawaban dalam diagram berikut;

Gambar. 4.7. Prosentase Perlindungan Kesehatan Karyawan

Gambar 4.7, menunjukan bahwa 33.33% karyawan atau tenaga kedokteran tidak mendapatkan vaksin hepatitis sejak bekerja di RS, sedangkan 66.67% mendapat vaksin hepatitis dan lain-lain. Hal ini berarti bahwa kesehatan karyawan belum mendapat perhatian sepenuhnya. Persoalan ini terjadi bisa karena faktor rumah sakit atau faktor individu yang bersangkutan. Hasil penelitian ini masih relevan dengan penelitian Sadoh et al., (2006:39)

Dokumen terkait