• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

G. Teknik Analisis Data

1. Teknik Analisis Data Tes

Data tes yang diperoleh melalui instrumen penelitian, kemudian diolah dan dianalisis agar hasilnya dapat menjawab pertanyaan peneliti dan menguji hipotesis. Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan pengujian prasyarat analisis data, yaitu uji normalitas dan homogenitas untuk mengetahui apakah data yang diperoleh terdistribusi normal dan mempunyai ragam yang homogen atau tidak. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis data sebagai berikut:

a. Uji Prasyarat Analisis Data Kuantitatif 1). Uji Normalitas

Uji normalitas adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui normal tidaknya persebaran data yang akan dianalisis. Teknik uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji chi kuadrat ( ) dengan persamaan:

dimana:

fo = frekuensi dari hasil penelitian fe = frekuensi yang diharapkan

Sementara itu, kriteria tes yang digunakan adalah apabila hitung < tabel, dapat disimpulkan bahwa sampel berdistribusi normal. Sedangkan bila hitung > tabel, maka dapat disimpulkan bahwa data yang diperoleh dari sampel tidak berdistribusi normal. Langkah-langkah yang harus dilewati untuk melakukan pengujian normalitas dengan menggunakan teknik chi kuadrat, menurut Sudjana, dapat dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu:7

a) Menentukan skor terbesar dan skor terkecil b) Menentukan rentangan (R) dengan cara:

R = skor terbesar – skor terkecil

c) Menentukan banyaknya kelas (K) dengan cara: K = 1 + 3,3 log n

d) Menentukan panjang kelas (i) dengan cara:

e) Menentukan proporsi.

f) Membuat distribusi frekuensi dalam bentuk tabel.

7

Anas Sujiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT.Grafindo Persada, 2008), h.298

Tabel 3.11

Tabel Bantu Perhitungan Distribusi Frekuensi

No. Interval P

1. 2.

Jumlah - - -

g) Menentukan rata-rata (mean) dengan cara:

̅

h) Menentukan simpangan baku (s) dengan cara:

i) Membuat daftar frekuensi yang diharapkan dengan cara:

1) Menentukan batas kelas dengan mengurangi 0,5 pada kelas bawah interval dan menambah 0,5 pada kelas atas interval.

2) Mencari nilai Z-score dengan bantuan rumus:

( ̅)

3) Mencari luas 0-Z dari tabel kurva normal 0-Z dengan menggunakan angka-angka untuk batas kelas.

4) Mencari luas tiap kelas interval dengan cara mengurangkan angka-angka 0-Z, untuk angka baris pertama dicari dengan mengurangkan baris pertama dengan baris kedua, untuk angka baris kedua, dicari dengan mengurangkan angka baris kedua dengan baris ketiga, dan begitu seterusnya, kecuali untuk angka yang berbeda pada baris paling tengah ditambahkan dengan angka pada baris berikutnya.

5) Mencari frekuensi yang diharapkan (fe) dengan cara mengalikan luas tiap interval dengan jumlah responden.

Tabel 3.12

Tabel Bantu Perhitungan Chi-kuadrat (X2)

No

Batas Kelas

Z–Score Luas 0–Z Luas Tiap

Kelas

fe f0 Chi-kuadrat

(X2)

1. 2.

Setelah melakukan serangkaian tahapan di atas, langkah selanjutnya adalah menentukan harga X2tabel dengan taraf signifikan 0,05, pada derajat kebebasa (dk) = k-1. Setelah itu, menentukan kriteria pengujian, yaitu: tolak H0 jika X2hitung > X2tabel atau terima H0 jika X2hitung < X2tabel.Langkah akhir dari uji normalitas adalah penarikan kesimpulan.

2). Uji Homogenitas

Setelah kedua sampel penelitian dinyatakan berdistribusi normal, langkah selanjutnya adalah mencari nilai homogenitasnya. Dalam penelitian ini, nilai homogenitas diperoleh dengan melakukan uji Fisher. Teknik yang digunakan untuk uji homogenitas pada penelitian ini adalah uji Fisher, dengan rumus:8

dengan:

kriteria pengujian:

a) Jika Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima, kedua kelompok berasal dari populasi yang homogen.

b) Jika Fhitung > Ftabel, maka Ha diterima, kedua kelompok dapat dikatakan berasal dari populasi yang tidak homogen.

Langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk melakukan uji Fishes adalah: a) Menetapkan hipotesis, dalam bentuk:

8

Budi Susetyo, Statistika Untuk Analisa Data Penelitian, (Bandung: Refika Aditama, 2010). h. 160.

b) Membagi data menjadi dua kelompok.

c) Mencari simpangan baku dari masing-masing kelompok. d) Menentukan Fhitung dengan rumus:

e) Menentukan kriteria pengujian dalam bentuk:

1) Jika Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima, kedua kelompok berasal dari populasi yang homogen.

2) Jika Fhitung > Ftabel, maka Hi diterima, kedua kelompok dapat dikatakan berasal dari populasi yang tidak homogen.

f) Mencari dk pembilang (varians terbesar) dan dk penyebut (varians terkecil), dengan rumus:

dk1 = n-1 dk2 = n-2

g) Menentukan Fhitung dan Ftabel, kemudian membandingkan hasil Fhitung dan Ftabel berdasarkan kriteria yang telah ditentukan.

b. Pengujian Hipotesis

Setelah melakukan pengujian prasyarat, langkah selanjutnya adalah melakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji-t. Rumus yang digunakan untuk melakukan uji t adalah:

̅ ̅

dengan:

dimana:

̅ = rata-rata skor kelompok eksperimen

= varians gabungan

= varians kelompok ksperimen = varians kelompok kontrol

= jumlah anggota sampel kelompok eksperimen = jumlah anggota sampel kelompok kontrol

Langkah mengajukan hipotesis adalah sebagai berikut: a. Uji kesamaan dua rata-rata hasil pretest, dalam bentuk:

H0: X = Y, artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest kelas kontrol dengan kelas eksperimen.

Ha: X Y, yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata score pretest kelas kontrol dengan kelas eksperimen dengan kelas kontrol.

b. Uji kesamaan dua rata-rata posttest

H0: X = Y, artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor postest kelas kontrol dengan kelompok eskperimen.

Ha: X Y, yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata score postest kelas ekpserimen dengan kelas kontrol.

Setelah selesai melakukan hipotesis uji kesamaan dua rata-rata pretest dan postest kedua sampel, langkah selanjutnya adalah:

a. Menghitung nilai thitung dengan menggunakan rumus uji-t b. Menentukan derajat kebebasan (dk), dengan rumus:

dk = (n1 – 1) + ( n2 – 1)

c. Menetukan nilai ttabel dengan

d. Menguji hipotesis dengan ketentuan:

Jika -ttabel thitung ttabel maka H0 diterima dan Jika thitung -ttabel atau thitung ttabel, maka Ha ditolak

c. Hipotesis Statistik

Hipotesis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah: H0 :

Ha : keterangan:

Ho = model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry) tidak berpengaruh terhadap hasil belajar geografi siswa pada materi litosfer di SMA Muhammadiyah 8 Ciputat

Ha = model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry) berpengaruh terhadap hasil belajar geografi siswa pada materi litosfer SMA Muhammadiyah 8 Ciputat

rata-rata hasil belajar geografi siswa yang diberikan model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry)

rata-rata hasil belajar geografi siswa yang diberikan secara konvensional 2. Teknik Analisis Data Kualitatif

Data hasil observasi aktifitas guru terhadap keterampilan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing, akan dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran umum setiap tahapan pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri terbimbing selama pembelajaran berlangsung.

Dari hasil format observasi keterlaksanaan pembelajaran, kemudian diolah secara kualitatif dengan memberikan skor satu jika indikator pada tahapan pendekatan pembelajaran muncul dan nol jika tidak muncul. Kemudian untuk mengetahui data observasi tersebut, rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

Data persentase yang diperoleh kemudian diklasifikasikan ke dalam kategori sebagai berikut:

Tabel 3.13

Kategori Hasil Observasi

Keterangan Presentase

sangat baik 81% - 100%

Baik 61% - 80%

cukup baik 41% - 60% kurang baik 21% - 40% sangat kurang baik 0% - 20%

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum

1. Identitas sekolah

a. Nama Sekolah : SMA MUHAMMADIYAH 8 CIPUTAT

b. Nomor Statistik Sekolah : 302 286 301 007

c. Alamat : Dewi Sartika Gg. Nangka No. 4 Ciputat Tangerang Selatan

d. No Telepon/Fax : (021) 7424379 , (021) 74707376 e. Alamat Email : dosq08@yahoo.com

f. Web site : www.dosq08cpt.20m.com

g. Akreditasi : A

2. Visi dan misi :

a. Visi

Terbentuknya Sumber Daya Manusia (SDM) yang Agamis, Humanis, Intelek, dan Komunikatif.

b. Misi :

1) Mengarahkan pembelajaran dan bimbingan secara maksimal kepada terbentuknya sumber daya manusia yang memiliki kualitas ke-Islaman. 2) Menanamkan dan menumbuhkan sikap cinta tanah air dan perduli

sosial.

3) Mengarahkan pembelajaran dan bimbingan secara efektif sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

4) Mengupayakan pembelajaran bahasa asing (Inggris dan Arab) ke arah kemampuan berbahasa aktif.

3. Sarana dan Prasarana :

Fasilitas yang dimiliki, gedung milik sendiri, Laboratorium Komputer, perpustakaan, lapangan futsal, parkir motor dan kendaraan, internet (wifii), lapangan acara dan olahraga, koperasi sekolah, kantin, ruang BK (Bimbingan Konseling), masjid, toilet, Lab IPA dan lainnya.

4. Program Unggulan dan Prestasi:

a. Program Unggulan

Displin ibadah (shalat Duha bersama dan rawatib), kursus-kursus buta huruf al-quran, pendidikan akhlakul karimah, upacara nendera, keterampilan ber-paskibra, kepramukaan hizbulwaton, menanamkan cinta tanah air dan kepedulian atau kesalehan sosial.

b. Prestasi

Kelulusan 100% tiap UAN/UN/UAS, kemampuan berbahasa inggris dan arab, mahir mengoprasikan program computer, designgrafis. Melatih siswa siswi SMA Muhammadiyah 8 menjadi atlet-atlet olahraga (futsal, bola voli ,bola basket, sepak bola, tapak suci) dilatih berkesnian tari saman, seni vocal, marawis, hadroh.

5. Gambaran Kegiatan Pembelajaran

a. Kelas Ekperimen

Kelas ekperimen terdiri dari 25 siswa, 11 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. Pada kelas X-1 yang merupakan kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry).

Kondisi kelas eksperimen pada saat pertama kali siswa terlihat siap menerima pelajaran, meski ada beberapa yang terlihat kurang siap. Mereka mendengarkan penjelasan dari guru meski beberapa siswa mengobrol dengan teman sebangkunya. Siswa masih kesulitan merumuskan masalah yang diberikan oleh guru dan begitu juga pada saat memberikan hipotesis. Hal ini karena siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing.

Pertemuan kedua, tampaknya siswa mulai terbiasa dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry) kemampuan siswa untuk memberikan hipotesis lebih baik dari sebelumnya. siswa terlihat antusias mengikikuti pelajaran. Mereka berdiskusi untuk mengumpulkan informasi yang diminta mengenai materi pembelajaran.

Pertemuan ketiga, siswa dapat menerima pelajaran dengan baik. Mereka mendengarkan penjelasan dari guru dengan baik sebelum mereka mulai mengorientasi pelajaran. Mereka terlihat menikmati tiga jam mata pelajaran geografi sehingga kegiatan belajar mengajar terasa menyenangkan. Ketiga guru bertanya mereka dapat menjawab pertanyaan dengan baik.

b. Kelas Kontrol

Penelitian di kelas X-2 yang merupakan kelas kontrol terdiri dari 25 siswa yang terdiri dari 12 Siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Kelas kontrol ini menggunakan model pembelajaran konvensional.

Kondisi kelas kontrol pada saat pertama kali siswa terlihat siap menerima pelajaran, meski ada beberapa yang terlihat kurang siap. Mereka mendengarkan penjelasan dari guru meski beberapa siswa terkadang melihat ponsel atau mengobrol dengan teman sebangkunya. Disaat diberi kesempatan untuk bertanya hanya dua orang yang berani bertanya begitu juga ketika guru menanyakan kepada siswa tentang pelajaran yang diberikan hanya satu siswa yang berani menjawab pertanyaan.

Pada pertemuan kedua pada kegiatan pembuka siswa terlihat lebih siap menerima pelajaran dari pertemuan sebelumnya. meski masih ada saja murid yang mengobrol hanya saja dengan guru menanyakan pertanyaan kepada siswa yang mengobrol tersebut membuat mereka akhirnya mendengarkan penjelasan dari guru. Keterlibatan siswa dalam kegiatan penutup mengalami kemajuan, karena siswa mulai berani mengemukakan pendapatnya sehingga guru dan siswa dapat bersama-sama menyimpulkan pelajaran yang yang dipelajari pada pertemuan kedua.

Pertemuan terakhir kondisi kelas mengalami peningkatan, siswa lebih siap dari sebelumnya, pada kegiatan membuka pelajaran, siswa mendengarkan dengan baik dan siswa yang bertanya jumlahnya bertambah. Ketika guru secara acak menunjuk siswa untuk menyampaikan kesimpulan, siswa terlihat dan menjawabnya tanpa ragu-ragu.

B. Deskripsi Data 1. Tes

a. Deskripsi Pretes Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Tabel hasil pretest kelompok eksperimen dan Kontrol setelah dikelompokkan kedalam rentang nilai yang telah ditetapkan sebagai berikut:

Tabel 4.1

Data Hasil Kelompok Eksperimen dan Kontrol

No Rentang Nilai Frekuensi

Eksperimen Kontrol 1 36-41 4 2 2 42-47 3 4 3 48-53 4 2 4 54-59 4 6 5 60-65 5 4 6 66-71 3 4 7 72-77 2 3

Dari data tabel diatas dapat diketehui bahwa perolehan nilai pretest siswa pada kelompok eksperimen nilai lebih banyak diperoleh siswa pada rentang 60 sampai 65 yaitu sebanyak 5 orang siswa. Sedangkan sebanyak 2 siswa atau 8% pada kelas eksperimen memperoleh nilai tertinggi pada rentang nilai 72 sampai 77. Nilai ketuntasan kriteria minimal (KKM) pada mata pelajaran geografi adalah 70 beradasarkan hasil pretest hanya ada 8% dari 25 siswa dikelas eksperimen yang nilainya

Adapun perolehan nilai pretest pada kelas kontrol pada nilai tertinggi pada rentan 72 sampai 77 yaitu sebanyak 3 siswa, jumlahnya lebih banyak dari siswa kelas eksperimen. Pada rentang 54 sampai 59 banyaknya siswa yang memperoleh nilai yaitu sebanyak 6 siswa, merupakan rentang nilai terbanyak yang diperoleh siswa. Sedangkan ada 3 siswa yang memperoleh nilai pada rentang 42 sampai 40. Rentang nilai 60 sampai 65 dan 66 sampai 77 masing-masing diperoleh 3 siswa dalam kelompok kontrol. Pada kelas kontrol ada 12% siswa mendapatkan nilai diatas KKM.

Berikut merupakan data statistik pretest mengenai kedua kelompok berdasarkan perhitungan.

Tabel 4.2

Deskripsi Data pretest Kelompok Eksperimen dan Kontrol

Deskripsi Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol

Minimum 36 36 Maksimum 72 72 Rata-Rata 55,3 53,82 Nilai Tengah 55 58 Strandar Devisiasi 11,35 11,10

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan hasil pretest kedua kelompok. Nilai maksimum yang diperoleh oleh kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah 72. Terlihat bahwa nilai rata-rata yang diperoleh kelompok ekperimen lebih rendah yaitu 55.3 jika dibandingkan dengan kelompok kontrol memperoleh rata-rata sebanyak 53.82. Namun nilai rata-rata kedua kelompok masih tergolong rendah.

b. Deskripsi Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Tabel hasil posttest kelompok eksperimen dan Kontrol setelah dikelompokkan kedalam rentang nilai yang telah ditetapkan sebagai berikut:

Tabel 4.3

Data Hasil Kelompok Eksperimen Dan Kontol

No Rentang Nilai Frekuensi

Eksperimen Kontrol 1 56-61 1 4 2 62-67 1 2 3 68-73 5 5 4 74-80 5 5 5 81- 87 2 5 6 88-93 7 3 7 94- 100 4 1

Dari tabel diatas berdasarkan hasil nilai posttest yang dilakukan pada kelompok eksperimen jumlah siswa pada nilai tertinggi ada 4 siswa, nilai tertinggi berada pada rentang 94 sampai 100 . sedangkan nilai terbanyak diperoleh pada rentang 88 sampai 93 oleh 7 siswa. Sebanyak 20 siswa atau 80% siswa berhasil mendapat nilai diatas KKM, hanya 20% yang mendapatkan nilai dibawah KKM. Pada kelompok kontrol hanya ada ada 4% atau 1 siswa yang mendapatkan nilai tertinggi. Pada rentang 68 sampai 73 dan 74 sampai 80 diperoleh oleh 5 siswa dalam kelas kontrol dan jumlah siswa yang sama mendapatkan nilai pada rentang 81 sampai 87. Siswa yang berhasil mendapatkan nilai diatas KKM sebanyak 64% sedangkan yang berada dibawah KKM ada 36 %.

Berikut merupakan data statistik posttest mengenai kedua kelompok berdasarkan perhitungan.

Tabel 4.4

Deskripsi Data Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol

Deskripsi Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol

Minimum 60 56

Maksimum 96 92

Nilai Tengah 87 75

Rata-Rata 84,1 74,82

Hasil yang berada pada tabel diatas dapat dilihat diatas penelitian yang dilakukan pada kedua kelompok terdapat perbedaan yang signifikan. Nilai maksimun diperoleh kelompok eksperimen yaitu 96, yang lebih tinggi dibandingkan oleh kelompok kontrol yang memperoleh nilai tertinggi yaitu 92. Selain itu rata-rata kedua kelompok juga menunjukkan perbedaan yaitu 84,1 untuk kelompok eksperimen dan untuk kelompok kontrol memperoleh rata-rata 74,82. Selisih nilai kedua kelompok 9,2. Maka dengan hasil ini menunjukkan bahwa perolehan nilai posttest kelompok eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol .

2. Observasi

a. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry)

Pelaksanaan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat diketahui dari lembar observasi yang memuat daftar cek keterlaksanaan model pembelajaran inkuiri. Observasi yang dilakukan berguna untuk mengamati aktifitas belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry) untuk kelas eksperimen.

Tabel 4.5

Presentase Keterlaksanaan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

No. Aspek Penilaian

Pertemuan Ke 1 Skor Ideal Nilai Observer % 1 Kegiatan Pendahuluan 5 4 80

2 Kegiatan Membuka Pelajaran 10 8 80

3

Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri (Guided Inquiry)

Orientasi 10 7 70 Merumuskan Masalah 10 7 70 Pengajuan Hipotesis 5 3 60 Mengumpulkan Informasi 20 13 65 Menguji Hipotesis 15 9 60 Menyusun Kesimpulan 15 9 60 4 Kegiatan Penutup 10 7 70 Total Indikator 100 67 Presentase Keberhasilan 67% Kriteria Baik

Pada pertemuan pertama keterlaksanaan pembelajaran dari mulai kegiatan pendahuluan sampai kegiatan penutup mencapai 67%. Jika dilihat dari hasil ini, dapat disimpulkan bahwa keterlaksanaan kegiatan pembelajran pada pertemuan pertama yang dilakukan oleh peneliti masih belum maksimal. Peneliti masih dalam proses penyesuaian dan baru melaksanakan pembelajaran menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Selain itu hal ini terjadi juga karena belum terlaksananya tahapan-tahapan pembelajaran yang disebabkan peneliti belum maksimal dalam penguasaan kelas, sehingga perlu dijadikan sebagai catatan perbaikan pada pelajaran berikutnya.

Tabel 4.6

Presentase Keterlaksanaan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

No. Aspek Penilaian

Pertemuan Ke 2 Skor Ideal Nilai Observer % 1 Kegiatan Pendahuluan 5 5 100

2 Kegiatan Membuka Pelajaran 10 8 80

3

Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri (Guided Inquiry)

Orientasi 10 8 80 Merumuskan Masalah 10 8 80 Pengajuan Hipotesis 5 4 80 Mengumpulkan Informasi 20 16 80 Menguji Hipotesis 15 11 73,33 Menyusun Kesimpulan 15 12 80 4 Kegiatan Penutup 10 8 80 Total Indikator 100 80 Presentase Keberhasilan 80% Kriteria Baik

Pada pertemuan kedua presentase keberhasilan mulai dari kegiatan pendahuluan sampai kegiatan penutup mencapai 80%. Jika dibandingkan dengan pertemuan pertama maka presentasi keberhasilan mengalami peningkatan sebanyak 13%. Meski mengalami peningkatan tetapi presentase keberhasilan ini masih masuk kedalam kriteria baik. Jika dilihat dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa keterlaksanaan kegiatan pembelajaran pada pertemuan kedua mulai menunjukkan peningkatan, walau masih terdapat beberapa yang belum maksimal.

Tabel 4.7

Presentase Keterlaksanaan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

No. Aspek Penilaian

Pertemuan Ke 3 Skor Ideal

Nilai

Observer %

1 Kegiatan Pendahuluan 5 5 100

2 Kegiatan Membuka Pelajaran 10 9 90

3

Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri (Guided Inquiry)

Orientasi 10 9 90 Merumuskan Masalah 10 10 100 Pengajuan Hipotesis 5 5 100 Mengumpulkan Informasi 20 17 85 Menguji Hipotesis 15 14 93.33 Menyusun Kesimpulan 15 14 93.33 4 Kegiatan Penutup 10 10 100 Total Indikator 100 93 Presentase Keberhasilan 93%

Kriteria Sangat Baik

Pertemuan ketiga menunjukkan hasil presentase keterlaksanaan pelajaran dari mulai kegiatan pembuka sampai kegiatan penutup pelajaran mencapai 93%. Jika dibandingkan dengan dua pertemuan sebelumnya, hanya pertemuan ketigalah yang masuk dalam kriteria sangat baik. Berbeda dengan dua pertemuan lainnya yang masuk kedalam kriteria baik.

Berdasarkan observasi yang dilakukan selama tiga pertemuan dapat disimpulkan bahwa keterlaksanaan pada model Pembelajaran inkuiri terbimbing telah dilaksanakan dengan baik oleh peneliti. Walaupun demikian ada beberapa evaluasi dari pelaksanaan pendekatan pembelajaran tersebut diantaranya belum terbiasanya siswa dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Pendekatan yang digunakan sebagian besar menggunakan keaktifan siswa untuk mencari sendiri pengetahuannya, walaupun begitu guru berperan sebagai pemberi informasi masih dominan.

Guru sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran, yang mengarahkan siswa pada model pembelajaran inkuiri terbimbing. Hanya saja menurut hasil

pengamatan selama proses penelitian siswa kurang tertarik untuk menggali pengetahuan yang dia miliki.

b. Model Pembelajaran Konvensional

Pelaksanaan model pembelajaran konvensional dapat dikahui dari lembar observasi yang memuat daftar cek keterlaksanaan model konvensional . Observasi yang dilakukan berguna untuk mengamati aktifitas belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran konvensional untuk kelas kontrol.

Tabel 4.8

Presentase Keterlaksanaan Model Pembelajaran Konvensional

No. Aspek Penilaian

Pertemuan Ke -1 Skor Ideal Nilai Observer % 1 Kegiatan Pendahuluan 5 4 80

2 Kegiatan Membuka Pelajaran 10 8 80

3 Kegiatan Inti

Mendengarkan Penjelasan 5 3 60

Bertanya 5 2 40

Interaksi Antar Siswa 5 2 40

Keterlibatan Siswa 5 2 40

Interaksi Siswa Dengan Guru 5 2 40

Mengerjakan Soal Latihan 5 3 60

4 Kegiatan Penutup 10 7 70

Total Indikator 55 37 33

Presentase Keberhasilan 60%

Kriteria Baik

Pada pertemuan pertama keterlaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional presentase keberhasilan mulai dari kegiatan membuka sampai kegiatan penutup adalah 60% jika dilihat dari hasil ini keterlaksanaan kegiatan pembelajaran masuk dalam kriteria baik.

Tabel 4.9

Presentase Keterlaksanaan Model Pembelajaran Konvensional

No. Aspek Penilaian

Pertemuan Ke -2

Skor Ideal Nilai Observer %

1 Kegiatan Pendahuluan 5 4 80

2 Kegiatan Membuka Pelajaran 10 8 80

3 Kegiatan Inti

Mendengarkan Penjelasan 5 3 60

Bertanya 5 2 40

Interaksi Antar Siswa 5 3 60

Keterlibatan Siswa 5 3 60

Interaksi Siswa Dengan Guru 5 3 60

Mengerjakan Soal Latihan 5 3 60

4 Kegiatan Penutup 10 8 80

Total Indikator 55 37

Presentase Keberhasilan 67,27%

Kriteria Baik

Pada pertemuan kedua presentase keberhasilan mulai dari kegiatan membuka sampai kegiatan penutup adalah 67,27%. Pada pertemuan kedua presentase keberhasilannya naik 7.27% dan dapat disimpulkan masuk kriteria baik.

Tabel 4.10

Presentase Keterlaksanaan Model Pembelajaran Konvensional

No. Aspek Penilaian

Pertemuan Ke -3 Skor Ideal Nilai Observer %

1 Kegiatan Pendahuluan 5 4 80

2 Kegiatan Membuka Pelajaran 10 8 80

3 Kegiatan Inti

Mendengarkan Penjelasan 5 4 80

Bertanya 5 3 60

Interaksi Antar Siswa 5 4 80

Keterlibatan Siswa 5 3 60

Interaksi Siswa Dengan Guru 5 3 60

Mengerjakan Soal Latihan 5 4 80

4 Kegiatan Penutup 10 8 80

Total Indikator 55 41

Presentase Keberhasilan 74,54%

Pertemuan ketiga keterlaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional presentase keberhasilan mulai dari kegiatan membuka sampai kegiatan penutup adalah 74,54%. Sama dengan dua pertemuan lainnya, pertemuan ketiga ini juga termasuk kedalam kriteria baik. Dari pertemuan pertama sampai pertemuan ketiga mengalami presentase keberhasilan yang terus naik disetiap pertemuan.

Berdasarkan hasil observasi, disimpulkan bahwa keterlaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional berjalan dengan baik oleh peneliti. Namun demikian kurangnya keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu siswa juga kurang memperhatikan penjelasan yang disampaikan oleh peneliti didalam kelas. Kegiatan pembelajaran dengan model konvensional kurang membuat siswa untuk aktif didalam kelas. Sehingga guru sangat dominan didalam kelas.

3. Angket

Angket siswa digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry), berikut merupakan hasil dari data angket yang sudah diberikan kepada kelompok eksperimen.

Tabel 4.11 Pertanyaan ke- 1

Saya senang belajar geografi dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing.

Alternatif Jawaban Jumlah Persentase (%)

Sangat Setuju 0 0%

Setuju 17 68%

Biasa Saja 8 32%

Tidak Setuju 0 0%

Sangat Tidak Setuju 0 0%

Tanggapan siswa terhadap pelajaran geografi dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri dari hasil tabel diatas menunjukkan bahwa 60% siswa merasa senang melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri.

Tabel 4.12 Pertanyaan ke- 2

Dengan model pembelajan ini saya termotivasi untuk belajar geografi.

Alternatif Jawaban Jumlah Persentase (%)

Sangat Setuju 5 20%

Setuju 10 40%

Biasa Saja 8 32%

Tidak Setuju 2 8%

Sangat Tidak Setuju 0 0%

Dari hasil tabel diatas menunjukkan bahwa 40% siswa setuju bahwa penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat memotivasi siswa untuk belajar. Namun, ada 2 orang siswa yang tidak setuju jika model pembelajaran inkuiri dapat memotivasi.

Tabel 4.13 Pertanyaan ke-3

Kondisi kelas mempengaruhi konsentrasi belajar

Alternatif Jawaban Jumlah Persentase (%)

Sangat Setuju 18 72%

Setuju 5 20%

Biasa Saja 2 8%

Tidak setuju 0 0%

Sangat Tidak Setuju 0 0%

Dari tabel diatas maka dapat diketahui ada 72 % siswa sangat setuju kondisi kelas yang berisik mempengaruhi konsentrasi belajar siswa.

Tabel 4.14 Pertanyaan ke-4

Saya senang menyampaikan pendapat dalam proses belajar mengajar.

Alternatif Jawaban Jumlah Persentase (%)

Sangat Setuju 6 24%

Setuju 11 44%

Biasa Saja 8 32%

Tidak Setuju 0 0%

Tabel diatas menunjukkan 44% dari keseluruhan siswa setuju menyampaikan pendapat pada saat kegiatan belajar mengajar.

Tabel 4.15 Pertanyaan ke-5

Video dan gambar mempermudah memahami pelajaran

Alternatif Jawaban Jumlah Persentase (%)

Dokumen terkait