METODE PENELITIAN A Model Pengembangan
C. Uji Coba Produk 1 Desain Uji Coba
6. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari beberapa instrumen akan dianalisis sebagai berikut:
a. Analisis Hasil Validasi Kelayakan LKPD IPA
Angket validasi LKPD IPA dianalisis dengan mencari rata- rata penilaian antara dua penilai. Perolehan rata-rata skor dari setiap komponen aspek penilaian dengan menggunakan rumus:
79 Keterangan:
= rerata skor
= jumlah total skor tiap komponen n = jumlah validator/ penilai
Selanjutnya, semua data yang sudah diperoleh pada tiap butir penilaian kemudian dijumlah disebut sebagai skor aktual (X). Skor aktual yang bersifat kuantitatif ini diubah menjadi nilai kualitatif dengan berpedoman pada konversi skor menjadi skala lima untuk mengetahui kelayakan kualitas LKPD IPA yang dikembangkan. Adapun acuan pengubahan skor menjadi skala lima tersebut dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Konversi Skor Aktual Menjadi Nilai Skala Lima
No. Rentang Skor Nilai Kategori
1. X > + 1,80 sbi A Sangat baik 2. + 0,60 sbi < X ≤ + 1,80 sbi B Baik 3. - 0,60 sbi < X ≤ + 0,60 sbi C Cukup 4. - 1,80 sbi < X ≤ - 0,60 sbi D Kurang 5. X ≤ - 1,80 sbi E Sangat
Kurang (Sumber: Eko Putro Widoyoko, 2009: 238)
Keterangan
X = Skor aktual (Skor yang dicapai)
xi = rerata skor ideal (1/2 (skor tertinggi ideal + skor terendah ideal))
Sbi = Simpangan baku skor ideal = (1/2)(1/3) (skor tertinggi ideal– skor terendah ideal)
Skor tertinggi ideal = ∑butir kriteria x skor tertinggi
Skor terendah ideal = ∑butir kriteria x skor terendah
Tabel dijadikan pedoman konversi skor ke nilai pada penelitian ini. Nilai kelayakan produk dalam penelitian ini akan
80
ditentukan dengan nilai minimum “C” dengan kategori cukup baik. Jadi jika hasil penilaian oleh para ahli dan guru IPA reratanya
memberikan hasil akhir minimal “C” maka produk pengembanan
LKPD IPA ini layak digunakan.
Suatu bahan ajar memiliki kelayakan baik apabila memiliki nilai reliabilitas (R) lebih besar atau sama dengan 75%. Reliabilitas dari validasi dosen ahli dan guru IPA dapat ditetapkan dengan menggunakan formula Borich (1994: 385), dengan persamaan sebagai berikut.
PA = 100%
{
1-}
Keterangan: A = Skor tertinggi B = Skor terendah
Hasil validasi LKPD IPA reliabel jika memiliki reliabilitas di atas 75%.
b. Analisis Hasil Respon Peserta Didik terhadap LKPD IPA Respon peserta didik setelah menggunakan LKPD IPA yang dikembangkan harus melakukan pengubahan nilai kualitatif menjadi nilai kuantitatif. Pengubahan nilai kualitatif pada angket respon peserta didik menjadi nilai kuantitatif sesuai dengan ketentuan pada Tabel 13.
81 Tabel 13. Ketentuan Pengubahan Nilai Kualitatif menjadi
Kuantitatif
Pilihan Jawaban Skor Pernyataan
Positif Negatif
Sangat setuju Selalu 4 1
Setuju Sering 3 2
Tidak setuju Jarang sekali 2 3 Sangat tidak setuju Tidak pernah 1 4 (Sumber: Eko Putro Widoyoko, 2009: 236)
Adapun langkah-langkah untuk menganalisis hasil penilaian peserta didik terhadap LKPD IPA yang telah dikembangkan dengan menggunakan angket adalah sebagai berikut:
1) Merekapitulasi setiap item pernyataan angket respon peserta didik terhadap LKPD.
2) Menghitung jumlah skor pada setiap nomor indikator. 3) Menghitung rata-rata skor pada setiap nomor indikator. 4) Menghitung jumlah skor pada setiap aspek
5) Menghitung jumlah rata-rata tiap aspek.
6) Skor jumlah rata-rata tiap aspek yang bersifat kuantitatif ini diubah menjadi nilai kualitatif dengan berpedoman pada konversi skor menjadi skala lima untuk mengetahui kelayakan kualitas LKPD IPA yang dikembangkan. Adapun acuan pengubahan skor menjadi skala lima tersebut dapat dilihat pada Tabel 12.
82 c. Analisis Keterlaksanaan Pembelajaran dengan Pendekatan
Authentic Inquiry Learning
Analisis keterlaksanaan pembelajaran dilakukan oleh 1 observer. Pengamatan keterlaksanaan dilakukan selama tiga kali pertemuan. Analisis keterlaksanaan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri terbimbing menggunakan persamaan berikut:
Persentase keterlaksanaan selanjutnya diubah menjadi data kualitatif dengan menggunakan kriteria seperti pada Tabel 14. Tabel 14. Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran
No Persentase (%) Kategori 1. 80 ≤ X ≤ 100 Sangat Baik 2. 60 ≤ X ≤ 80 Baik 3. 40 ≤ X ≤ 60 Cukup 4. 20 ≤ X ≤ 40 Kurang 5. 0 ≤ X ≤ 20 Sangat Kurang (Sumber: Eko Putro Widoyoko, 2009: 242)
d. Analisis Tes Kemampuan Problem Solving
Analisis pretest dan posttest dapat diketahui dengan gain
score. Hasil dari analisis gain score ternormalisasi menunjukkan
pencapaian peningkatan kemampuan peserta didik dengan memperhatikan kemampuan awalnya. Hasil perhitungannya dapat menunjukkan keefektifan LKPD IPA hasil pengembangan. Gain
83 Tabel 15. Tabel konversi Kategori Gain score
Batasan Kategori
g> 0,7 Tinggi
0,3 ≤ g ≤ 0,7 Sedang
g < 0,3 Rendah
(Hake, 1999:1)
e. Analisis Observasi Kemampuan Problem Solving
Untuk mengetahui penumbuhan kemampuan problem
solving peserta didik setelah adanya pengembangan LKPD ini
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1) Merekapitulasi setiap item pernyataan lembar observasi kemampuan problem solving untuk setiap pertemuan.
2) Menghitung jumlah skor masing-masing indikator setiap pertemuan
3) Menghitung rata-rata skor masing-masing indikator setiap pertemuan.
4) Menghitung persentase hasil penskoran dari setiap peserta didik dengan menggunakan persamaan
.
Keterangan:
= persentase skor
= jumlah skor yang diperoleh = skor maksimal
84 5) Kemudian data kuantitatif yang berbentuk presentase skor diubah menjadi data kualitatif dengan menggunakan patokan pada Tabel 16.
Tabel 16. Persentase Penguasaan Kemampuan No
Tingkat Penguasaan
(%)
Nilai Huruf Kategori/ Predikat 1. 86-100 A Sangat Baik 2. 76-85 B Baik 3. 66-75 C Cukup 4. 55-65 D Kurang 5. 54 E Sangat Kurang
(Sumber: Ngalim Purwanto, 2002: 102)
f. Analisis Observasi Sikap Ingin Tahu Peserta Didik
Untuk mengetahui penumbuhan sikap ingin tahu peserta didik setelah adanya pengembangan LKPD IPA ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1) Merekapitulasi setiap item pernyataan lembar observasi sikap ingin tahu peserta didik untuk setiap pertemuan.
2) Menghitung jumlah skor masing-masing indikator setiap pertemuan
3) Menghitung rata-rata skor masing-masing indikator setiap pertemuan.
4) Menghitung persentase hasil penskoran dari setiap peserta didik dengan menggunakan persamaan
85 Keterangan:
= persentase skor
= jumlah skor yang diperoleh = skor maksimal
(Sumber: Suharsimi Arikunto, 2008: 235)
5). Lalu data kuantitatif yang berbentuk presentase skor diubah menjadi data kualitatif dengan menggunakan patokan pada Tabel 16.
g. Analisis Angket Sikap Ingin Tahu Peserta Didik
Angket sikap ingin tahu peserta didik setalah menggunakan LKPD IPA yang dikembangkan harus melakukan pengubahan nilai kualitatif menjadi nilai kuantitatif. Pengubahan nilai kualitatif pada angket sikap ingin tahu peserta didik menjadi nilai kuantitatif sesuai dengan ketentuan pada Tabel 17.
Tabel 17. Ketentuan Pengubahan Nilai Kualitatif menjadi Kuantitatif
Pilihan Jawaban Skor Pernyataan
Positif Negatif
Sangat setuju Selalu 4 1
Setuju Sering 3 2
Tidak setuju Jarang sekali 2 3 Sangat tidak setuju Tidak pernah 1 4 (Sumber: Eko Putro Widoyoko, 2009: 236)
Adapun langkah-langkah untuk menganalisis hasil penilaian peserta didik terhadap LKPD IPA yang telah dikembangkan dengan menggunakan angket adalah sebagai berikut:
86 1) Merekapitulasi setiap item pernyataan angket respon
peserta didik terhadap LKPD.
2) Menghitung jumlah skor pada setiap nomor indikator. 3) Menghitung rata-rata skor pada setiap nomor indikator. 4) Menghitung jumlah skor pada setiap aspek
5) Menghitung jumlah rata-rata tiap aspek.
6) Skor jumlah rata-rata tiap aspek yang bersifat kuantitatif ini diubah menjadi nilai kualitatif dengan berpedoman pada konversi skor menjadi skala lima untuk mengetahui kelayakan kualitas LKPD IPA yang dikembangkan. Adapun acuan pengubahan skor menjadi skala lima tersebut dapat dilihat pada Tabel 12.
145 DAFTAR PUSTAKA
Abdul, Majid. (2013). Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Alsuhendra dan Ridawati. (2013). Bahan Toksik dalam Makanan. Bandung : PT Ramaja Rosdakarya.
Andi, Prastowo. (2012). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: Diva Press.
Anthony J & Sausan M. (2011). Educational Assessment Of Studet Sixth Edition. USA: Pearson.
Arifin, Z., (2006). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Asih, Widi. (2014). Metodologi Pembelajaran IPA. Jakarta: Bumi Aksara.
Asri Widowati, Sabar Nurrohman & Putri Anjarsari. (2015). Pengembangan
Bahan Ajar IPA Berpendekatan Authentic Inquiry Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Problem Solving dan Sikap Ilmiah Peserta Didik SMP. Yogyakarta: UNY.
Bulu, Badjo. (1993). Menulis dan Menerapkan LKS. Ujung Pandang: Depdikbud Sulsel.
Blank, W.E. & Harwell, S. (Eds). (1997). Promising Practices for Connecting
High School to the Real World. (Report No. CE 074 042). Tampa, FL:
University of South Florida.
BSNP. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Badan Standar Nasional
Pendidikan.
Carin, A.A. & R.B. Sund. (1970). Teaching Science Through Discovery. Columbus: Charles E. Merrill Publishing Company.
Carin, A.A. & Sund, R.B. (1993). Teaching Modern Science. Ohio: Charles E. Merill Publishing Co.
Collete & Chiappetta. (1994). Science Instruction in the Middle and Secondary
Schools. USA: Macmillan Publising Company.
146 Depdiknas. (2008). Panduan Pengembangan Bahan Ajar SMA. Jakarta:
Depdiknas.
Depdiknas. (2006). Panduan Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu. Jakarta: Pusat Kurikulum, Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional.
Dick, W. and Carey, L. (2009). The Systematic Design of Instryction (2nd Ed).
Glecview, Illionis: Scot, Foresman and Company.
Djohar. (2006). Pengembangan Pendidikan Nasional Menyongsong Masa Depan. Yogyakarta: CV. Grafika Indah.
Donovan, M. S, Bransford, J. D, dan Pellegrino, J. W. (Eds.). (1999). How people learn: Bridging Research and Practice. Washington, DC: National Academy. Eko Putro Widoyoko. (2009). Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Eli Rohaeti, Endang Widjajanti LFX,dan Regina Tutik Padmaningrum. (2009).
PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) MATA PELAJARAN SAINS KIMIA UNTUK SMP KELAS VII, VIII, dan IX 1. Artikel Penelitian.
Yogyakarta:FMIPA UNY.
Ergul, R., et.al. (2011). The Effect of Inquiry Based Science Teaching on Elementary School Students Science Process Skills and Science Attitudes (versi elektronik). Bulgarian Journal of Science and Education Policy (BJSEP), Volume 5, Number 1. Diunduh dari http://bjsep.org/getfile.php?id=88, pada tanggal 11 November 2015. P..48.
Hanny Wijaya C., dan Noryawati, Mulyono. (2010). Bahan Tambahan Pangan;
Pewarna Spesifikas, Regulasi, dan Aplikasi Praktis. Bogor: IPB Press.
Hake, Richard R. (1999). Analyzing Change/Gain Score. Diunduh dari www.physics.indiana.edu.
Hendro Darmojo dan Jenny R.E. Kaligis. (1991). Pendidikan IPA. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyak Pembinaan Tenaga Kependidikan.
Harlen, Wynne. (2002). Teaching, Learning and Assessing Science 5-1. London: Paul Chapman Publishing Ltd.
Kemendikbud. (2014). Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
147 Lombardi, M. (2007). Authentic Learning for 21 st Century: An Overview.
Diakses dari http://net.educause.edu.
Muulyani Sumantri & Johar Permana. (2001). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya
Munif, Chatib. (2011). Gurunya Manusia. Bandung: Kaifa.
National Research Council. (1996). National Science Education Standards. Washington: National Academy Press.
Ngalim Purwanto. (2002). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Rosdakarya.
Paidi. (2010). Model Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Biologi di SMA.
Prosiding seminar nasional penelitian, pendidikan, dan Penerapan MIPA.
Yogyakarta: FMIPA UNY.
Patta Bundu. (2006). Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah dalam
Pembelajaran Sains – SD. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan.
Regina, Tutuk, Padmaningrum. (2009). Makalah Program Pengabdian pada Masyarakat Materi Bahan Aditif dalam Makanan. Makalah Disampaikan pada Kegiatan“Pendidikan dan Pelatihan Kesalahan Konsep dalam Materi IPA Terpadu bagi Guru IPA SMP di Kabupaten Bantul” pada tanggal 24 dan 31 Oktober 2009 di SMP Negeri 4 Pandak Bantul. Diakses tanggal 23 Oktober 2015 pukul 20:10 WIB dari http://staff.uny.ac.id.
Rusman. (2010). Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Jakarta: Rajawali Press.
Sherman, Sharon J. & Robert s. Sherman. (2004). Science and science teaching. Boston: Houghton Mifflin Company.
Slamet, Paidi, dan Insih. (2011). Lembar Kerja Siswa. Yogyakarta: UNY.
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sitiatava Rizema Putra. (2013). Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains. Yogyakarta: Diva Press.
Sudiarta, P. (2006). Pengembangan Model Pembelajaran Berorientasi
Pemecahan Masalah Open-Ended berbantuan LKM. Singaraja: UNDIKSHA.
148 Suharsimi Arikunto. (2008). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Supli Effendi. (2012). Teknologi Pengolahan dan Pengawetan Pangan. Bandung : Alfabeta.
Trianto. (2010). Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Trianto. (2012). Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan
Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Jakarta: Bumi Aksara.
Trowbridge & Bybee. (1986). Becoming a Secondary School Science Teacher. Third Edition. Ohio: A Bell & Howel Company.
W. Gulo. (2002). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Grasindo
W. Gulo. (2008). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Webster, Roger. (1998). Studying Literary, An Introduction. London: Edward Arold.
Wina Sanjaya. (2009). Stategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses