BAB III METODE PENELITIAN
H. Teknik Analisis Data
1. Teknik Analisis Data Deskriptif
Menurut Nuryaman, dkk (2015: 118) analisis deskriptif adalah memberikan deskripsi mengenai karakteristik variabel penelitian yang sedang diamati serta data demografi responden, analisis deskripsi memberikan penjelasan tentang ciri-ciri yang khas dari variabel
penelitian tersebut. Statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan umum atau generalisasi terhadap populasi.
Hasil pada penelitian ini dideskripsikan dengan Penilaian Acuan Patokan tipe II (PAP II). Menurut Masidjo (1995: 157), dalam PAP tipe II ini penguasaan kompetensi minimal yang merupakan passing score adalah 56% dari total skor yang seharusnya dicapai, diberi nilai cukup. Dibandingkan dengan PAP tipe 1, maka passing score pada PAP tipe II lebih rendah. Tuntutan pada presentil minimal, karena passing score pada persentil 56 dianggap paling rendah, yang berarti bahwa tuntutan dari ketiga syarat dan keadaan belajar siswa termasuk pada tingkat yang paling rendah pula. Tingkat penguasaan kompetensi dapat dilihat pada tebel berikut:
Tabel 3.13
Tingkat Penguasaan Kompetensi
Tingkat Penguasaan Kompetensi Keterangan
81% - 100% Sangat Tinggi
66% - 80% Tinggi
56% - 65% Sedang
46% - 55% Rendah
Di bawah 46% Sangat rendah
Pada PAP tipe II biasanya digunakan untuk menghitung skor siswa dengan nilai minimal 0 sampai dengan 100, sedangkan dalam penelitian ini skor 1 menunjukkan skor minimal dan skor 5
menunjukkan skor maksimal. Untuk mengetahui kategori kecenderungan pada masing-masing variabel dapat digunakan rumus PAP tipe II yang telah dimodifikasi, yaitu : Skor terendah yang dicapai+[nilai persentil x (skor tertinggi yang mungkin dicapai −
skor terendah yang mungkin dicapai)]
Perhitungan untuk setiap variabel adalah sebagai berikut : a. Variabel Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran Aktif
Skor tertinggi yang mungkin dicapai : 5 x 25 = 125 Skor terendah yang mungkin dicapai : 1 x 25 = 25 Skor :
25 + 81% (125-25) = 106 25 + 66% (125-25) = 91 25 + 56% (125-25) = 81 25 + 46% (125-25) = 71
Berdasarkan hasil perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa kecenderungan variabel tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif adalah seperti pada tabel berikut :
Tabel 3.14
Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran Aktif
Interval Skor Kategori kecenderungan Variabel
106-125 Sangat Tinggi
91-105 Tinggi
81-90 Sedang
71-80 Rendah
b. Variabel kecerdasan Emosional
Skor tertinggi yang mungkin dicapai : 5 x 23 = 115 Skor terendah yang mungkin dicapai : 1 x 23 = 23 Skor :
23 + 81% (115-23) = 97,52 dibulatkan 98 23 + 66% (115-23) = 83,72 dibulatkan 84 23 + 56% (115-23) = 74,52 dibulatkan 75 23 + 46% (115-23) = 65,32 dibulatkan 65
Berdasarkan hasil perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa kecenderungan variabel kecerdasan emosional adalah seperti pada tabel berikut :
Tabel 3.15
Tingkat Kecerdasan Emosional
Interval Skor Kategori kecenderungan Variabel
98-115 Sangat Tinggi
84-97 Tinggi
75-83 Sedang
65-74 Rendah
23-64 Sangat Rendah
c. Variabel Keterampilan Berpikir Kreatif
Skor tertinggi yang mungkin dicapai : 5 x 23 = 115 Skor terendah yang mungkin dicapai : 1 x 23 = 23 Skor :
23 + 81% (115-23) = 97,52 dibulatkan 98 23 + 66% (115-23) = 83,72 dibulatkan 84 23 + 56% (115-23) = 74,52 dibulatkan 75 23 + 46% (115-23) = 65,32 dibulatkan 65
Berdasarkan hasil perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa kecenderungan variabel keterampilan berpikir kreatif adalah seperti pada tabel berikut :
Tabel 3.16
Tingkat Keterampilan Berpikir Kreatif
Interval Skor Kategori kecenderungan Variabel
98-115 Sangat Tinggi
84-97 Tinggi
75-83 Sedang
65-74 Rendah
23-64 Sangat Rendah
2. Pengujian Prasyarat Analisis a. Pengujian Normalitas
Pengujian normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data berdistribbusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini, pengujiannya menggunakan normalitas berdasarkan uji bivariat. Dalam melakukan pengujian menggunakan bantuan program SPSS for Windows versi 21. Kriteria yang digunakan adalah jika R square yang diperoleh dari perhitungan lebih dari 0,8, maka distribusi dikatakan normal.
b. Rumusan Hipotesis. 1) Hipotesis Pertama
Ho1: tidak ada hubungan positif antara tingkat
keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi dengan kecerdasan emosional.
Ha1: ada hubungan positif antara tingkat keterlaksanaan
pembelajaran aktif pada materi akuntansi dengan kecerdasan emosional
2) Hipotesis Kedua
Ho2: tidak ada hubungan positif antara tingkat
keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi dengan keterampilan berpikir kreatif
Ha2: ada hubungan positif antara tingkat keterlaksanaan
pembelajaran aktif pada materi akuntansi dengan keterampilan berpikir kreatif.
c. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis pertama dan kedua pada penelitian ini menggunakan rumus korelasi product moment pearson. Jika pengamatan dari 2 variabel, X dan Y adalah dalam bentuk skala ordinal, maka drajat korelasi dicari dengan product moment pearson (Arikunto, 1989: 137-138).
Rumusnya sebagai berikut:
ℎ = ( ) − ( )( )
[n(ΣX ) − (ΣX) ][n(∑ X ) − (∑ Y) ]
Dimana :
n : jumlah responden
X : skor variabel (jawaban responden) Y : skor total dari variabel
Menurut Nuryaman, dkk (2015: 164), secara relatif semakin besar koefisien korelasi, makin tinggi pula derajat hubungan antara kedua variabel. Sebaliknya, secara relatif makin kecil koefisien korelasi, makin rendah pula derajat hubungan antara kedua variabel. Menurut Siregar (2013: 337) koefisien korelasi adalah bilangan yang menyatakan kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih, juga dapat menentukan arah hubungan dari kedua variabel. Nilai korelasi (r) = (-1≤ 0 ≤ 1)
Untuk kekuatan hubungan, nilai koefisien korelasi berada di antara -1 sampai 1, sedangkan untuk arah hubungannya dinyatakan dalam bentuk positif (+) dan negatif (-).
Misalnya:
1). Apabila r = -1 korelasi negatif sempurna, artinya terjadi hubungan bertolak belakang antara variabel X dan variabel Y. Jika variabel X naik, maka variabel Y turun.
2). Apabila r = 1 korelasi positif sempurna, artinya terjadi hubungan searah variabel X dan variabel Y. Jika variabel X naik, maka variabel Y naik.
Berikut disajikan tabel mengenai korelasi dan kekuatan hubungan menurut Arikunto (1989: 209):
Tabel 3.17
Tingkat Korelasi dan Kekuatan Hubungan
No Nilai Korelasi r Tingkat Hubugan
1 0,00–0,199 Sangat lemah
No Nilai Korelasi r Tingkat Hubugan
3 0,40–0,599 Cukup
4 0,60–0,799 Kuat
5 0,80–0,100 Sangat kuat
d. Penarikan Kesimpulan
1) Jika nilai Sig. (1-tailed)< = 0,05, maka Ho1 ditolak dan Ha1
diterima. Artinya, ada hubungan positif antara keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi dengan kecerdasan emosional. Sebaliknya, jika nilai Sig. (1-tailed)> = 0,05, maka Ho1 diterima dan Ha1 ditolak. Artinya, tidak ada
hubungan positif antara tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi dengan kecerdasan emosional. 2) Jika nilai Sig. (1-tailed)< = 0,05, maka Ho2 ditolak dan Ha2
diterima. Artinya, ada hubungan positif antara keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi dengan keterampilan berpikir kreatif. Sebaliknya, jika nilai Sig. (1-tailed)> = 0,05, maka Ho1 diterima dan Ha1 ditolak. Artinya, tidak ada
hubungan positif antara tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi dengan keterampilan berpikir kreatif.
59