Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara memberikan tes tertulis berupa tes kemampuan koneksi matematis. Data kuantitatif diperoleh dari tes kemampuan koneksi matematis yang sebelumnya dilakukan penskoran menggunakan Analytic Scoring Scale (Anen, 2012: 37) sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.4 berikut:
Tabel 3.4
Analytic Scoring Scale
Aspek Skor Uraian
Pemahaman Soal
0 Tidak ada usaha memahami soal
1 Salah interpretasi soal secara keseluruhan 2 Salah interpretasi soal pada sebagain besar soal 3 Salah interpretasi soal pada sebagain kecil soal 4 Interpretasi soal benar seluruhnya
Penyelesaian Soal
0 Tidak ada usaha
1 Perencanaan penyelesaian yang tidak sesuai
2 Sebagian prosedur benar, tetapi kebanyakan salah
3 Prosedur subtansial benar, tetapi masih terdapat
kesalahan
4 Prosedur penyelesaian tepat, tanpa ada kesalahan
aritmetika Menjawab
Soal
0 Tanpa jawaban atau jawaban salah akibat prosedur
penyelesaian yang tidak tepat
1 Salah komputasi, tidak ada pernyataan jawaban,
pelabelan salah
2 Penyelesaian benar
Analisis data menggunakan uji statistik perbedaan dua rata-rata. Analisis data tes dilakukan terhadap skor pretes, skor postes, dan indeks gain. Analisis data-data tersebut dilakukan untuk mengetahui kemampuan koneksi matematis siswa awal, kemampuan koneksi matematis siswa setelah perlakukan pembelajaran, dan peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa kedua kelas. Kemudian, data analisis diperlukan untuk menentukan apakah peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan Problem-Based Learning lebih baik atau tidak daripada peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang menggunakan metode ekspositori.
29
Analisis data hasil tes kemampuan koneksi matematis siswa dilakukan secara kuantitatif dengan bantuan software IBM SPSS Statistics 17. Langkah-langkah uji perbedaan dua rata-rata adalah sebagai berikut:
a. Uji normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk menentukan apakah data yang diperoleh berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Normalitas data diperlukan sebagai syarat uji-uji statistik berikutnya, dalam hal ini untuk menentukan pengujian perbedaan dua rata-rata yang akan diselidiki. Uji normalitas dilakukan dengan uji Shapiro-Wilk dengan taraf signifikansi 5% jika sampel lebih dari 30 siswa. Hipotesis yang diuji adalah:
H0 : Data berdistribusi normal H1 : Data berdistribusi tidak normal
Kriteria pengambilan keputusan adalah jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak artinya bahwa data berdistribusi tidak normal, sebaliknya jika nilai signifikansi lebih besar atau sama dengan 0,05, maka H0 diterima artinya data berdistribusi normal.
Apabila data berdistribusi normal, maka selanjutnya akan dilakukan uji homogenitas, sedangkan apabila salah satu atau keduanya berdistribusi tidak normal, maka dilakukan uji ranking rata-rata menggunakan uji statistik non-parametrik, yaitu dengan uji Mann-whitney.
b. Uji homogenitas
Uji homogenitas dilakukan jika data berdistribusi normal. Uji homogenitas dilakukan untuk melihat apakah varians data homogen atau tidak. Untuk uji homogenitas, digunakan uji Levene dengan taraf signifikansi 5%. Uji homogenitas dilakukan terhadap skor kelas eksperimen ( ) dan skor kelas kontrol ( ). Hipotesis ujinya sebagai berikut:
H0 : Varians data kedua kelompok homogen ( )
H1 : Varians data kedua kelompok tidak homogen ( )
Kriteria pengambilan keputusan adalah jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak artinya bahwa data tidak homogen, sebaliknya jika nilai
30
signifikansi lebih besar atau sama dengan 0,05, maka H0 diterima artinya data homogen.
Apabila data berdistribusi normal dan homogen, uji perbedaan dua rata-rata akan dilakukan dengan uji t (equal variances assumed), sedangkan apabila data berdistribusi normal, tetapi tidak homogen, uji perbedaan dua rata-rata akan dilakukan dengan uji t’ (equal variances not assumed)
c. Uji perbedaan dua rata-rata
Uji perbedaan dua rata-rata untuk data pretes, postes, atau indeks gain yang normal dan homogen dilakukan dengan menggunakan uji t dengan taraf signifikansi 5%. Uji perbedaan dua rata-rata untuk data pretes, postes, atau indeks gain yang normal dan tidak homogen dilakukan dengan menggunakan uji dengan taraf signifikansi 5%. Sementara, untuk data pretes, postes, atau indeks gain yang tidak normal dilakukan uji ranking rata-rata menggunakan uji Mann-Whitney dengan taraf signifikansi 5%.
Hipotesis uji untuk uji perbedaan rata-rata skor pretes kelas eksperimen
( ) dan rata-rata skor pretes kelas kontrol ( ) sebagai berikut: H0 : Tidak terdapat perbedaan antara rata-rata skor pretes kelas
eksperimen dan kelas kontrol
H1 : Terdapat perbedaan antara rata-rata skor pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol
Kriteria pengambilan keputusan adalah jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak artinya bahwa terdapat perbedaan signifikan antara rata-rata skor pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol, sebaliknya jika nilai signifikansi lebih besar atau sama dengan 0,05, maka H0
diterima artinya bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara rata-rata skor pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol.
31
Hipotesis uji untuk uji perbedaan rata-rata skor postes kelas eksperimen
( ) dan rata-rata skor postes kelas kontrol ( ) sebagai berikut: H0 : Kemampuan koneksi matematis siswa yang pembelajarannya
menggunakan Problem-Based Learning sama dengan kemampuan koneksi matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan metode ekspositori
.
H1 : Kemampuan koneksi matematis siswa yang pembelajarannya
menggunakan Problem-Based Learning lebih baik daripada kemampuan koneksi matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan metode ekspositori .
Kriteria pengambilan keputusan adalah jika , maka H0 ditolak artinya kemampuan koneksi matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan Problem-Based Learning lebih baik daripada kemampuan koneksi matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan metode ekspositori. Sebaliknya, jika , maka H0 diterima artinya kemampuan koneksi matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan Problem-Based Learning sama dengan kemampuan koneksi matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan metode ekspositori.
Hipotesis uji untuk uji perbedaan rata-rata indeks gain kelas eksperimen
( ) dan rata-rata indeks gain kelas kontrol ( ) sebagai berikut:
H0 : Peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan Problem-Based Learning sama dengan peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan metode ekspositori .
H1 : Peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan Problem-Based Learning lebih baik daripada peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan metode ekspositori .
32
Kriteria pengambilan keputusan adalah jika , maka H0 ditolak artinya peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan Problem-Based Learning lebih baik daripada peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan metode ekspositori, sebaliknya jika , maka H0 diterima artinya peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang pembelajarannya melalui Problem-Based Learning sama dengan peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan metode ekspositori.
Adapun skor peningkatan kemampuan koneksi matematis (indeks gain) diperoleh dengan rumusan menurut Meltzer (Anen, 2012: 41) sebagai berikut:
Kategori menurut Hake (Anen, 2012 : 42) sebagai berikut:
g < 0,3 Rendah 0,30  g < 0,7 Sedang g  0,7 Tinggi
Visualisasi resume pengolahan data pretes, postes, dan juga indeks gain disajikan dalam bagan 3.2.
33
Bagan 3.2