• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknik Cardio-Pulmonary Resuscitation (CPR)

Dalam dokumen BUKU PEDOMAN 001 (Halaman 120-127)

(c) Arus mengakibatkan pinsan atau mati atau arus fibrilasi (d) Arus reaksi.

7.4. Sengatan Listrik

7.5.16. Teknik Cardio-Pulmonary Resuscitation (CPR)

Teknik ini hanya dapat dilakukan oleh orang yang sudah terlatih dalam memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan. Karena akan berbahaya jika dilakukan tanpa mendapatkan pelatihan.

Jika jantung korban berhenti, darah tidak akan dipompa ke otak, dan teknik penyadaran korban lewat mulut tidak akan berguna, kerusakan sel - sel otak akan terjadi dalam beberapa menit.

Tekanan eksternal pada jantung akan memeras/menekan jantung korban (tekanan antara tulang dada dan tulang punggung) yang bertindak sebagai pompa tangan yang memaksa darah mengaliri sistem sirkulasi. Jika otak terus menerima darah, jantung dapat berdetak secara spontan dan korban akan pulih tanpa menderita kerusakan otak.

Tekanan eksternal pada jantung yang digunakan bersamaan dengan hal yang menyadarkan udara terakhir (expired air resuscitation), dikenal sebagai ‘cardio- pulmonary resuscitation’ (CPR). Tetapi teknik ini dapat menjadi teknik yang berbahaya jika penekanan dilakukan ketika jantung masih berdenyut dan dapat mengakibatkan jantung berhenti berdetak (karena jantung sensitif terhadap tekanan).

Tekanan hanya dapat dilakukan oleh orang yang sudah terlatih pada pertolongan pertama pada kecelakaan, dan setelah dapat dipastikan bahwa detak jantung korban telah berhenti.

Teknik ini tidak dapat diterapkan tanpa pelatihan, dan tidak boleh dilakukan pada orang yang sehat.

Cara Memberikan CPR dengan Penolong Tunggal (a) Untuk Jalan Udara

Penolong harus dapat memastikan keselamatan dirinya dan lokasi dimana CPR dilakukan.

Jangan melakukan teknik penyadaran kecuali jika korban tidak dapat memberi respon. Periksa apakah ada luka lainnya.

Goyangkan bahunya dengan lembut dan berteriaklah “Anda baik-baik?”. Jika tidak ada respon, berteriaklah untuk mencari bantuan, dengan harapan seseorang akan mendengar dan membantu.

Jika ada orang lain yang membantu, suruh orang tersebut untuk memanggil ambulan atau tenaga medis dengan memberikan informasi dan lokasi yang lengkap dan benar.

Berlututlah pada bahu korban dan posisikan korban datar dengan bahunya pada permukaan yang kuat.

Pindahkan dia dengan lembut dan sangga/topang kepala dan lehernya, sehingga kepala, bahu dan tubuhnya berpindah bersama tanpa terpelintir. Karena kemungkinan korban juga mempunyai luka yang tidak dapat dilihat. Jangan meletakkan bantal dibawah kepala korban yang tidak sadar.

Pembukaan jalan udara dengan segera merupakan prioritas utama pada keberhasilan pertolongan.

Selama bernafas normal, jalan udara korban akan terbuka. Karena korban yang tak sadarkan diri, posisi lidahnya dapat berbalik ke arah kerongkongan sehingga menutup jalan udara korban.

Metode yang harus dilakukan adalah metode “memiringkan kepala dan mengangkat dagu”.

Letakkan tangan pada muka korban dan tekan kebelakang dengan telapak tangan. Angkat rahang ke atas dengan ujung jari dibawah tulang dagu. Mulut dipegang sedikit terbuka. Jari jangan menekan bagian lembut dibawah dagu karena dapat menghalangi jalan udara korban.

Jika ada muntahan atau benda asing dalam mulut, ambillah dengan segera. Gigi palsu hanya diambil jika terlepas.

Membuka jalan udara merupakan hal yang diperlukan untuk menyelamatkan hidup korban.

(b) Untuk Pernafasan

Satu-satunya cara untuk menentukan apakah nafas korban ada atau tidak adalah dengan melihat, mendengar dan merasakan. Jaga kepala korban tetap pada posisi miring dan dagu diangkat, turunkan kepala kearah dada korban dengan telinga secara langsung berdekatan dengan mulut korban. (i) Lihatlah naik turunnya dada

(ii) Dengarkan suara nafas korban.

(iii) Rasakan udara pada pipi Selama 3 sampai 5 detik.

(iv) Jika nafas sudah ada, gulingkan ke posisi pemulihan dan jagalah jalan udara korban.

(v) Jika pernafasan tidak ada, mulailah melakukan teknik pemulihan pernafasan.

Pertolongan pernafasan pertama dengan cara memberikan dua nafas penuh (1 - 1.5 detik per pernafasan). Jaga posisi kepala korban tetap miring, dagu diangkat dan jepit lubang hidung yang tertutup untuk menahan udara yang

mulut dan hembuskan sampai dada korban naik. Dalam setiap pernafasan, turunkan kepala anda ke dada korban dan ambil nafas lagi.

Perhatikan dada korban yang mengempis ketika menghembuskan nafas. Dengar dan rasakan hembusan udaranya. Jagalah kepala korban tetap pada posisi miring dan dagu diangkat, karena posisi ini akan mengangkat lidah sehingga jalan udara bersih dan membantu menghindari udara di perut atau muntah.

Pernafasan mulut ke pernafasan hidung dapat dipergunakan jika mulut korban tidak dapat dibuka, jika ada luka dimulutnya atau korban berada didalam air. Angkat dagu untuk mendekatkan mulut dan hembuskan udara melalui hidung korban. Bila perlu buka mulut sehingga memungkinkan korban dapat menghembuskan udara.

(c) Untuk Sirkulasi

Setelah dua pernafasan pertama, periksa denyut carotid korban. Letakkan 2 - 3 jari pada leher korban. Sedangkan tangan yang lain menahan kepala korban yang miring. Lakukan dalam 5 - 10 detik untuk menemukan tempat yang benar.Nadi korban sendiri mungkin melemah, sangat lemah atau cepat,sehingga harus diperkirakan dengan tepat.

Jika nadinya ada, lanjutkan pertolongan pernafasan satu kali setiap lima detik.

Jika nadinya tidak ada, maka diperlukan penekanan pada dada dan pertolongan pernafasan.

Jika sendirian dan jika pesawat telepon tersedia hubungi ambulan dan tenaga medis dengan segera. Lakukan pertolongan pernafasan kembali. (d) Tekanan pada dada

Korban harus berbaring datar dengan punggungnya di tanah atau sesuatu yang permukaannya kokoh.

Tekanan pada dada harus melebihi ½ bagian tulang dada bagian bawah, tetapi tidak melewati ujung bawah (proses siphoid) atau tulang yang mengalami luka dalam. Penempatan tangan yang tepat adalah hal yang penting.

Gerakkan dua jari dari tulang rusuk yang lebih rendah ke sudut pertengahan dimana tulang iga bertemu tulang dada.

Dengan dua jari pada sudut, letakkan tumit tangan yang lain diatas jari tsb. Letakkan tangan yang lain di atasnya sehingga tumit kedua tangan itu parallel. Tumit kedua tangan harus berada sejajar dengan tulang dada. Jari dapat dapat digunakan saling mengunci untuk menjaga dada.

Sedangkan posisi alternatif adalah tangan yang di atas mengenggam pergelangan tangan yang berada di dada.

Dengan bahu secara langsung diatas dada. Dengan siku tangan lurus dan terkunci, tekan tulang dada korban ke bawah dengan menggunakan berat tubuh.

Tekan tulang dada 3.8 - 5 cm (1 ½ - 2 inci), jaga ritme penekanan antara tekanan dan relaksasi. Hindari tekanan yang terlalu kuat atau sentakan yang tiba - tiba. Jangan bengkokkan/tekuk siku.

Pada saat menekan, hitung “satu dan dua dan tiga dan…..seterusnya. Tekanan dilakukan rata - rata 80 - 100 per menit.

Tekanan dada bertujuan menekan jantung dan pembuluh darah besar korban. Tekanan ini menekan darah ke dalam arteri yang mengalirkan darah ke otak.

Berikan 15 tekanan dengan rata - rata 80 - 100 per menit. Setelah lima belas tekanan, berikan 2 pertolongan pernafasan.

Setelah sekitar satu menit (15.2) (menyelesaikan dua pernafasan dan setelah beberapa menit) periksa kembali denyut nadi korban. Jika belum ada denyut nadi, berikan dua pernafasan dan lanjutkan CPR.

Jika ada denyut nadi tetapi tidak bernafas, mulailah menolong pernafasannya.

Lanjutkan CPR sampai:

(a) Korban mempunyai denyut nadi dan kembali bernafas.

(b) Seorang dokter atau tenaga medis professional dating dan mengambil alih tanggungjawab anda.

(c) Anda kehabisan tenaga.

Jangan berputus asa bahkan ketika segala sesuatu tampak tidak ada harapan, sampai penolong yang terlatih datang.

Jangan pernah menghentikan CPR lebih dari 7 detik.

Jika nafasnya ada, posisikan korban pada posisi penyembuhan dan jaga jalan udara korban dengan memiringkan kepalanya.

(i) Silangkan kaki korban.

(ii) Gulingkan korban kearah penolong

(iii) Letakkan tangan korban yang atas dibawah kepala. Jaga kepala agar tetap miring.

(iv) Bengkokkan kaki atas ke arah kepala.

(v) Tarik lengan bagian bawah dibelakang punggung korban

Terdapat metode lain untuk melakukan posisi pemulihan yang fleksibel dan sesuai dengan lingkungan yang ada. Hal yang paling penting dalam semua metode pemulihan adalah tetap menjaga jalan udara korban. Pastikan jalan udara korban tetap terbuka dan pernafasan terus berlangsung. Jaga korban tetap hangat dan temani sampai pertolongan medis tiba.

PENUTUP

Dengan selesainya buku PANDUAN UMUM PEMELIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE PDKB diharapkan dapat membantu manajemen dalam mengambil keputusan dan dapat berguna bagi pelaksana untuk meleksanakan pekerjaan dengan aman dan selamat karena pelaksanaan pekerjaan dalam keadaan bertegangan mengandung resiko yang sangat tinggi.

Tim penyusun menyadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu keritik dan saran sangat diharapkan dan tidak tertutup kemungkinan dimasa yang akan datang buku ini disempunakan lagi sehingga dapat membantu perushaan lebih maju lagi.

Semoga dengan sumbangan pemikiran ini, dapat berguna bagi PELAKSANA, MANAJEMEN maupun PERUSAHAAN .

Akhir kata dengan selesainya penyusunan buku ini perkenankanlah kami Tim Penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memfasilitasi dalam penyusunan buku ini.

Wasalam

Dalam dokumen BUKU PEDOMAN 001 (Halaman 120-127)

Dokumen terkait