• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknik Ibnu Hajar dalam Penginterpretasian Kitab Syarah Hadis Fathul Bari Bari

BIOGRAFI IBNU HAJAR AL ASQOLANI

D. Teknik Ibnu Hajar dalam Penginterpretasian Kitab Syarah Hadis Fathul Bari Bari

Penulisan kitab ini menghabiskan waktu seperempat abad. Dimulai tahun 817 H dan selesai tahun 842 H. Maka tidak mengherankan bila kitab itu paling bagus, teliti dan sempurna. Selain itu, penulisannya dilakukan oleh penyusunnya dengan penuh keikhlasan. Kitab syarah ini terdiri dari 13 jilid ditambah satu jilid muqadimah. Kitab itu sudah berulangkali dicetak di India dan di Mesir. Cetakan yang terbaik di terbitkan oleh Bulaq. Demikian keterangan menurut Dr. Abu Syuhbah. Kitab ini selalu mendapatkan sambutan hangat dari para ulama, baik pada masa dulu maupun sekarang, dan selalu menjadi kitab rujukan. Al-Allamah Syaikh Muhammad bin Ali as-San‟ani asy-Syaukani, wafat tahun 1255 H, penulis kitab Nailul Authar, ketika diminta menulis kitab Syarah Shahih Bukhari, beliau mengagumi Ibnu Hajar. Beliau mengutip sebuah hadits “La hijrah ba‟dal fathi” . Beliau meminjam istilah dari hadits itu sebagai ungkapan bahwa tidak ada kitab syarah shahih Bukhari yang melebihi Fathul Bari.”

51

Perlu pula kiranya diketahui bahwa Shahih Bukhari terdiri dari beberapa kitab. Dimulai dengan bab permulaan wahyu, yang menjadi dasar utama bagi syariat Islam. Kemudian disusul dengan kitab Iman, Kitab Ilmi, Kitab Thaharah, Kitab Shalat, kitab Zakat dan seterusnya. Dalam kitab ini juga dimuat mengenai para penguasa dan para hakim. Kemudian kitab I‟tisam bil kitab was sunnah dan yang terakhir adalah kitab Tauhid, sebagai penutup kitab shahihnya yang terdiri dari 97 kitab dan 3.450 bab.52

Dalam mcnsyarah ada ketcntuan-kctentuan yang hars dilakkan oleh semua yang akan mensyarah hadis suatu hadis, baik hadis qawli maupn fi‟li yaitu:

l. Apabila hadis yang akan disyarah itu diriwiyatkan melalui jalut mud yang chih dari satu atau terdapat pada beberapa kitab, maka tidal: cukup hmya bapcgang kepada satu riwayat, tanpa mcmpcrhatikan riwayat lain lama sckali, melainkm sedapat mungkin seluruh riwayat terscbut ditclaah untuk kcmudian diwtapkan nlah satunya sebagai hadis pokok yang disyarah, lalu hadis yang lain disinggung dalam syarah sebagai data pendukung. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, yaituzpertama, apabila tema hadis-hadis tersebut sama, namun pcriwayatannya berbeda-beda, maka pada setiap sanad-sanadnya saling mcnguatkan. Ke dua, apabila tema hadis-hadis tersebut sama, namun namun kata-katanya berbeda, baik dari sisi I‟rabnya maupun sharafhya, maka kata-kata yang berbeda dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam

52

memberikan makna dan dalam mensyarahnya. Ketiga, apabila tema hadis-hadis tersebut sama, namun pada sebagian riwayat terdapat tambahan sejumlah kata atau kalimat, atau bahkan dalam sebagian riwayat digabungkan dengan tema-tema lain atau disertai sabab al wurud, maka kata-kata tambahan tersebut apabila tcrdapat pads riwayat orang-orang yang paling tsiqat, dapat diterima.53

2. Apabila perbedaan di antara riwayat-riwayat tersebut mgal jauh, hingga tidak dapat dikompromikan, maka hadis-hadis tcrsebut dinilai mukhtallif dan diselesaikan dengan tarjih, nasakh, atau cara yang lain lagi.

Dalam muqaddimahnya, lbnu Hajar mcnyebutkan langkah-Iangkah beliau dalam mensyarah Kitab Hadits Shohih Bukhori

l. Mengumpulkan hadits-hadits dalam bab-bab

2. Menyebutkan hubungan munasabat diantara keduanya meskipun samar

3. Menjelaskan keshohihan hadits baik dari scgi matan maupun sanad. Mcnjciaskm tadlis dengan mendengar dan mengikuti orang yang mendengar dari syaikh yang bercampur sebelumnya. Dengan meninjau kepada kitab-kitab musnad, jawami ', mustakhrijat, ajza‟, dan fawaid dengan memenuhi syarat keshohihan atau hasan dari apa yang didapatnya.

53

4. Menyambung sanad-sanad yang terputus

5. Menjelaskan makna lafadh-Iafadh yang sulit dipahami.

6. Menjelaskan hasil-hasil istinbath para imam dari hadits baik berupa hukumhukum flkih, mauidhoh zuhud, adab yang terjaga, seraya hanya mengambil pendapat yang rojih.

7. Menjelaskan hikmah diulanginya hadits dalam berbagai bab jika terdapat pengulangan matan.54

Adapun metode tehknik interpretasi kitab Syarah Fathul Baari memakai metode tahlily. Yaitu menjelaskan hadis-hadis Nabi dengan memaparkan segala aspek yang tcrkandung di dalam hadis tersebut serta menerangkan makna-makna yang tencakup di dalamnya sesuai dengan kecendrungan dan keahlian pensyarah. Model pensyarahan hadis dengan metode Tahlili, seorang pensyarah hadis mengkuti sistematika hadis sesuai dengan urutan hadis yang terdapat dalam sebuah kitab hadis yang dikenal dari aI-Kutub aI-Sittah termasuk Ibnu Hajar yang mengikuti Bukhori dalam al-jami‟as-Shohihnya. Pensyarah hadis memulai penjelasannya kalimat demi kalimat, hadis demi hadis secara berurutan. Uraian tersebut menyangkut berbagai aspek yang dikandung hadis, seperti kosa kata, konotasi kalimatnya latar belakang turunnya hadis (bila ditemukan), kaitannya dengan hadis lain

54

Al Imam al-Hafizh Abul Fadhl Ahmad bin Ali bin Hajar al „Asqolani, Hadyu as-Saari: Muqoddimah Fath al-Baari bi Syarh Shihih al-Bukhari, Kairo: Darul Hadis, 1998, hal 6-7.

dan pendapat pendapat yang beredar di sekitar pemahaman hadis tersebut, baik yang berasal dari sahabat, para tabi‟in maupun para ulama hadis.

Ada dua bentuk pensyarahan dengan menggunakan metode tahlili, Pertama, berbentuk ma ‟sur (riwayat). Syarah yang berbentuk ma ‟3er ini ditandai dengan banyaknya dominasi riwayat-riwayat yang datang dari sahabat, tabi‟in, tabi‟al-tabi‟in atau ulama‟ hadis dalam penjelasan terhadap hadis yang disyarahi. Kedua, ra‟y (pemikiran Rasional). Pensyarahan ini banyak didominasi pemikiran pengsyarahnya.55

Jika kitab-kitab syarah yang menggunakan metode tahlilz‟, baik yang berbcntuk ma ‟tsur atau ra ‟y di cermati dapat diketahui ciri-ciri pensyarahan yang dilakukan mengikuti pola menjelaskan makna yang terkandung dalam hadis secara komprehensif dan menyeluruh yakni mengunakan metode sebagai berikut:

1. Hadist dijelaskan kata demi kata

2. Hadist dijelaskan kalimat demi kalimat secara bemntun

3. Menerangkan sabab al-wurud (latar belakang turunnya sebuah hadis) hadis yang

55

dipahami jika hadist tersebut memiliki sabab al-wurud.

4. Diuraikan pemahaman-pemahaman yang pemah disampaikan oleh sahabat, tabi‟ tabi al-tabi ‟in, dan para ahli syarah hadist lainnya dari berbagai displin ilmu.

5. Dijelaskan munasabah (hubuangan) hadist satu dengan hadist yang lainnya. 6. Kadangkala pengsyarahan di warnai kecenderungan terhadap madzhab tertentu.56

Atas pemyataan diatas Model pendekatan yang digunakan dalam syarh Fathul Baari dari uraian tersebut berarti menggunakan model pendekatan linguistik, multi disipliner, dan historis. Dengan menggunakan syarh Tahlili, Fath al-Baari memiliki kelebihan dibanding metode syarh lainnya, kelebihan yang dimiliki metode ini antara lain:

l. Ruang lingkup pembahasan metode tahlili sangat luas, karena dapat mencakup berbagai aspek: kata, frasa, kalmat, asbab aI-wurud, mumsabah, dan Iain sebagainya yang dapat digunakan dalam bentuk yang ma ‟tshur.

2. Metode ini memberikan kesempatan yang sangat longgar kepada pensyarh untuk menuangkan sebanyak mungkin ide atau gagasan yang pemah dikemukakan oleh para ulama.57

56

Dokumen terkait