• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

B. Teknik Modeling

1. Pengertian Teknik Modeling

Modeling merupakan teknik yang dipilih peneliti dalam konseling kelompok. Peneliti memilih teknik modeling untuk meningkatkan kemandirian belajar peserta didik dengan alasan karena teknik ini bertujuan untuk membantu konseli dalam menirukan atau mengulangi apa yang dilakukan model tetapi dengan melibatkan penambahan atau pengurangan tingkah laku yang teramati dalam mencapai perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik. Yaitu konseli belajar perilaku baru, mengeliminasi perilaku maladaptif dan memperkuat perilaku yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan ialah peserta didik dapat meningkatkan kemandirian belajarnya dengan baik.

Menurut Alwisol, teknik modeling bukan sekedar menirukan atau mengulangi apa yang dilakukan orang model (orang lain), tetapi modeling

melibatkan penambahan dan atau pengurangan tingkah laku yang teramati, menggenalisir berbagai pengamatan sekaligus dan melibatkan proses kognitif.

Menurut Corey, dalam percontohan individu mengamati seorang model kemudian diperkuat untuk mencontoh tingkah laku sang model. Titik perhatian bagi konseli yaitu suatu model yang akan disediakan oleh konselor dengan tujuan konseli dapat mencontoh tingkah laku yang ada didalam diri model sebagai perubahan perilaku konseli.25

Penggunaan teknik modeling (penokohan) telah dimulai pada akhir tahun 50-an, meliputi tokoh nyata, tokoh melalui flim, tokoh imajinasi

25Sofwan Adiputra, “Penggunaan Teknik Modeling Terhadap Perencanaan Karir Siswa”,

Bimbingan dan Konseling, STKIP Muhammadiyah Pringsewu, di akses melalui

http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus, (diunduh pada 25 Maret 2017 pukul 13.30 WIB), h.51

(imajiner). Terdapat beberapa tipe modeling, yaitu : modeling tingkah laku baru yang dilakukan melalui observasi terhadap model tingkah laku yang diterima secara sosial, dan individu memperoleh tingkah laku baru.

Penokohan (modeling) adalah istilah yang menunjukkan terjadinya proses belajar yang melalui pengamatan (observational learning) terhadap orang lain dan perubahan terjadi melalui peniruan. Peniruan (imitation) menunjukkan bahwa perilaku orang lain yang diamati. Proses belajar melalui pengamatan menunjukkan terjadinya proses belajar setelah mengamati perilaku pada orang lain.26

Teknik modeling ini dapat digunakan untuk membentuk tingkah laku baru pada konseli, dan dapat memperkuat tingkah laku yang sudah terbentuk. Dalam hal ini konselor menunjukkan pada konseli tentang tingkah laku model, dapat menggunakan model audio, model fisik, model hidup atau lainnya yang teramati dan dipahami jenis tingkah laku yang hendak dicontoh.27

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan modeling terjadi dari proses belajar yang melalui pengamatan terhadap orang lain dan perubahan terjadi melalui peniruan, bukan hanya sekedar meniru tetapi juga melibatkan penambahan atau pengurangan tingkah laku.

26Gantina Komalasari, dkk, Teori dan Teknik Konseling, (Jakarta Barat: Indeks Penerbit, 2014), hlm. 176.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik modeling dengan alasan pada anak usia remaja, mereka cenderung lebih dekat dengan teman-temannya dibandingkan dengan orang tuanya, oleh karena itu dalam penelitian ini menggunakan live modeling yang berasal dari teman sebaya yang memiliki karakterisktik mengenai kemandirian belajar yang patut dicontoh oleh teman-temannya.

2. Tujuan Modeling

Penggunaan teknik disesuaikan dengan kebutuhan ataupun permasalahan klien. Tujuan digunakannya teknik ini beberapa diantaranya yaitu: a. Membantu individu mengatasi fobia, penderita ketergantungan atau

kecanduan obat-obatan atau alkohol.

b. Membantu menghadapi penderita gangguan kepribadian yang berat seperti psikosis.

c. Untuk perolehan tingkah laku sosial yang lebih adaptif.

d. Agar konseli bisa belajar sendiri menunjukkan perbuatan yang dikehendaki tanpa harus belajar lewat trial and error.

e. Membantu konseli unytuk merespon hal-hal baru.

f. Melaksanakan tekun respon-respon yang semula terhambat/terhalang. g. Mengurangi respon-respon yang tidak layak.28

Menurut Willis, tujuan modeling yaitu : a. Menghilangkan perilaku tertentu.

b. Membentuk perilaku baru.29

28Ayu Sri Juniarisih, dkk, “Penerepan Konseling Behavioral dengan Teknik Modeling untukn

Meningkatkan Emotional Intelligence Siswa Pada Kelas X AP1 SMK Negeri 1 Seririt Kabupaten

Buleleng”, (Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha, 2012), diunduh 23 Maret 2017, pukul 11.30 WIB.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik modeling bertujuan untuk menghilangkan perilaku negatif, seperti tidak percaya diri dalam belajar, tidak memiliki tanggung jawab dalam belajar, tidak memiliki inisiatif dalam belajar dan tidak memiliki kedisiplinan dalam belajar, yang kemudian membentuk perilaku baru yang positif.

3. Manfaat Modeling

Manfaat dari teknik modeling, antara lain :

a. Agar memperoleh keterampilan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

b. Memberikan pengalaman belajar yang bisa dicontoh oleh konseli. c. Menghapus hasil belajar yang tidak adaptif.

d. Memperoleh tingkah laku yang lebih efektif.

e. Mengatasi gangguan-gangguan keterampilan sosial, gangguan reaksi emosional dan pengendalian diri.30

4. Macam-Macam Penokohan (Modeling)

Terdapat beberapa macam-macam modeling yaitu :

1) Penokohan nyata (live model) seperti : terapis, guru, anggota keluarga, atau penokohan yang dikagumi dijadikan model oleh konseli.

2) Penokohan simbolik (symbolic model) seperti : tokoh yang dilihat melalui film, video atau media lain.

3) Penokohan ganda (multiple model) seperti : terjadi dalam kelompok, seorang anggota mengubah sikap dan mempelajari sikap baru setelah mengamati anggota lain bagaimana anggota-anggota lain dalam kelompoknya bersikap. Ini adalah salah satu dari efek yang diperoleh secara tidak langsung pada seseorang yang mengikuti terapi kelompok.31

Menurut Rochyatun Dwi Astuti, ada tiga tipe-tipe modeling yaitu : 1) Modeling tingkah laku baru yang dilakukan melalui observasi terhadap

model tingkah laku yang diterima secara social individu memperoleh

30

Ayu Sri Juniarisih, dkk, Ibid 31Ibid, h. 179

tingkah laku baru. Modeling mengubah tingkah laku lama yaitu dengan meniru tingkah laku model yang tidak diterima sosial akan memperkuat memperlemah tingkah laku tergantung tingkah laku model itu diganjar atau dihukum.

2) Modeling simbolik yaitu modeling melalui film dan televis yang menyajikan contoh tingkah laku, berpotensi sebagai sumber model tingkah laku.

3) Model kondisioning banyak dipakai untuk mempelajari respon emosional yang mendapat penguatan. Muncul respon emosional yang sama dan ditunjukkan ke obyek yang ada didekatnya saat ia mengamati model.32

Dalam penelitain ini, peneliti menggunakan penokohan nyata (live modeling) yaitu teman sebaya yang dianggap pantas dan menyenangkan bagi peserat didik.

5. Prinsip-Prinsip Modeling

Ada beberapa prinsip dalam meneladani diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Belajar bisa diperoleh melalui pengalaman langsung dan tidak langsung dengan mengamati tingkah laku orang lain berikut konsekuensinya.

b. Kecakapan sosial tertentu bisa dihapus dengan mengamati orang lain yang mendekati obyek atau situasi yang ditakuti tanpa mengalami akibat menakutkan dengan tindakan yang dilakukan

c. Pengendalian diri dipelajari melalui pengamatan atas model yang dikenai hukuman.

d. Status kehormatan model sangat berarti.

e. Inidividu mengamati seorang model dan dikuatkan untuk mencontoh tingkah laku model.

f. Model dapat dilakukan dengan model simbol melalui film dan alat visual lain.

g. Pada konseling kelompok terjadi model ganda karena peserta bebas meniru perilaku pemimpin kelompok atau peserta lain.

h. Prosedur modeling dapat menggunakan berbagai teknik dasar modifikasi perilaku.33

32Rochyatun D. A, “Teknik Modeling Dalam Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatkan

Kemandirian Belajar Siswa Sman 3 Yogyakarta”, (Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2015), h. 15

6. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Penerapan Penokohan (Modeling)

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika menerapkan teknik

modeling, diantaranya adalah :

a. Ciri model seperti, usia, status sosial, jenis kelamin, keramahan, dan kemampuan, penting dalam meningkatkan imitasi.

b. Anak lebih senang meniru model seusianya dari pada model dewasa. c. Anak cenderung meniru model yang standar prestasinya dalam

jangkauannya.

d. Anak cenderung mengimitasi orang tuanya yang hangat dan terbuka. Gadis lebih mengimitasi ibunya.34

7. Hal yang Perlu Diperhatikan agar Proses Modeling Berhasil

Menurut teori kognitif sosial Bandura terdapat empat kondisi yang dibutuhkan sebelum seorang peserta didik mampu belajar dengan sukses dari mengamati perilaku model, beberapa hal yang perlu diperhatikan agar proses

modeling berhasil, diantaranya yaitu sebagai berikut :

1) Atensi, yaitu pembelajar harus menaruh perhatian pada model dan secara khusus, pada aspek-aspek yang paling penting dari perilaku yang ditiru. 2) Retensi, setelah menaruh perhatian, pembelajar harus mengingat apa yang

dilakukan oleh model.

3) Reproduksi motorik, selain atensi mengingat, pembelajar harus secara fisik mampu memproduksi perilaku model.

4) Motivasi, akhirnya pembelajar harus termotivasi untuk memperagakan perilaku model.35

34Gantina Komalasari, dkk, Op. Cit, h. 177

35Cucu Arumsari, “Konseling Individual dengan Teknik Modeling Simbolis Terhadap Peningkatan Kemampuan Kontrol Diri”, (Tasikmalaya: Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya, 2016), diunduh 23 Maret 2017, pukul 11.30 WIB.

8. Prosedur Pelaksanaan Teknik Modeling

Jika konselor ingin melaksanakan konseling dengan teknik modeling

langsung (live modeling), maka langkah-langkah yang hendaknya diambil antara lain :

a. Meminta konseli untuk memperhatikan apa yang harus ia pelajari sebelum model didemonstrasikan.

b. Memilih model yang serupa dengan konseli dan memilih siapa yang bisa mendemonstrasikan tingkah laku yang menjadi tujuan dalam bentuk tiruan. c. Menyajikan demonstrasi model tersebut dalam urutan scenario yang

memperkecil strees bagi konseli. Konseli bisa terlibat dalam demonstrasi perilaku ini.

d. Meminta konseli menyimpulkan apa yang ia lihat setalah demonstrasi tersebut.

e. Adegan yang dilakukan bisa jadi lebih dari satu. Sesudah model ditampilkan, konseli dapat diminta untuk meniru memperagakan tingkah laku model itu yang paling baik konselor daapt menekankan bagian-bagian mana dari perbuatan tersebut yang penting, dan kemudian mengulang tingkah laku yang diharapkan untuk dilakukan selanjutnya. Konseli didorong untuk melakukan kembali tingkah laku tersebut. Dalam hal ini konselor memberikan balikan dengan segera dalam bentuk komentar atau saran.36

9. Langkah-Langkah Modeling

Ada beberapa langkah yang dilaksanakan dalam proses modeling

diantaranya adalah :

a. Menetapkan bentuk penokohan (live model, symbolic model, multiple model)

b. Pada live model, pilih model yang bersahabat atau teman sebaya konseli yang memiliki kesamaan seperti : usia, status ekonomi, dan penampilan fisik. Hal ini penting terutama bagi anak-anak.

c. Bila mungkin gunakan lebih dari satu model.

d. Kompleksitas perilaku yang dimodelkan harus sesuai dengan tingkat perilaku konseli.

e. Kombinasikan modeling dengan aturan, instruksi, behavioral rehearsal, dan penguatan.

36Ayu Sri Juniarisih, dkk, Op. Cit

f. Pada saat konseli memperhatikan penampilan tokoh berikan penguatan alamiah.

g. Bila mungkin buat desain pelatihan untuk konseli menirukan model secara tepat, sehingga akan mengarahkan konseli pada penguatan alamiah. Bila tidak maka buat perencanaan pemberian penguatan untuk setiap peniruan tingkah laku yang tepat.

h. Bila perilaku bersifat kompleks, maka episode modeling dilakukan mulai dari yang paling mudah ke yang lebih sukar.

i. Skenario modeling harus dibuat realistik.

j. Melakukan pemodelan di mana tokoh menunjukkan perilaku yang menimbulkan rasa takut bagi konseli (dengan sikap manis, perhatian, bahasa yang lembut, dan perilaku yang menyenangkan konseli).37

10.Praktek Teknik Modeling

Praktek teknik modeling yang sering digunakan konselor dapat berupa sebagai berikut :

1) Proses mediasi, yaitu proses terapeutik yang memungkinkan penyimpanan dan recall asosiasi antara stimulis dan respon daalm ingatan. Dalam prosesnya, mediasi melibatkan empat aspek yaitu atensi, retensi, reproduksi motorik, dan insentif.

2) Live model dan symbolic model, yaitu model hidup yang diperoleh klien dari konselor atau orang lain dalam bentuk tingkah laku yang sesuai, pengaruh sikap, dan nilai-nilai keahlian kemasyarakatan. Keberadaan konselor pun dalam keseluruhan proses konseling akan membawa pengaruh langsung (live model) baik dalam sikap yang hangat maupun dalam sikap yang dingin. Sedangkan symbolic model dapat ditunjukkan melalui film, video, dan media rekaman lainnya.

3) Behavior rehearsal, yaitu latihan tingkah laku dalam bentuk gladi dengan cara melakukan atau menampilkan perilaku yang mirip dengan keadaan sebenarnya. Bagi klien teknik ini sekaligus dapat dijadikan refleksi, koreksi, dan balikan ang ia peroleh dari konselor dalam upaya mengetahui apa yang seharusnya ia lakukan dan iakatakan.

4) Cognitive Restructuring, yaitu proses menemukan dan menilai kognisi seseorang, memahami dampak negative pemikiran yang lebih realistic dan lebih cocok. Teknik ini dapat dilakukan dengan memberikan informasi yang korektif, belajar mengendalikan pemikiran sendiri, menghilangkan pemikiran irrasional, dan menandai kembali diri sendiri.

37

5) Covert reinforcement, yaitu teknik yang memakai imajinasi untuk menghadiahi diri sendiri. Teknik ini dapat dilangsungkan dengan cara meminta klien untuk memasangkan antara tingkah laku yang tidak dikehendaki dengan sesuatu yang sangat negative, dan memasangkan imaji sesuatu yang dikehendaki dengan imaji sesuatu yang ekstrim positif.38

11.Kelebihan dan Kekurangan Teknik Modeling

Berikut ini merupakan kelebihan dan kekurangan teknik modeling:

a. Kelebihan

1) Konseli bisa mengamati secara langsung seseorang yang dijadikan model baik dalam bentuk live model ataupun symbolic model

2) Mudah memahami perilaku yang ingin diubah 3) Dapat didemonstrasikan

4) Adanya penekanan perhatian pada perilaku positif b. Kekurangan

1) Keberhasilan teknik modeling tergantung pada persepsi konseli terhadap model. Jika konseli tidak menaruh kepercayaan pada model, maka konseli akan kurang mencontoh tingkah laku model tersebut.

2) Jika model kurang bisa memerankan tingkah laku yang diharapkan, maka tujuan tingkah laku yang didapat konseli bisa jadi kurang tepat.39