• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

E. Teknik Penentuan Informan

Secara umum, terdapat perbedaan terhadap pemahaman mengenai sampel ditinjau dari aspek penelitian kuantitatif dan kualitatif. Pengertian sampel menurut Earl Babbie cukup relevan apabila digunakan untuk penelitian kualitatif. Menurut Earl Babbie, sampling merupakan proses seleksi dalam kegiatan observasi (Earl Babbie dalam Satori dan Komariah, 2012:47). Proses seleksi tersebut, menurut Satori dan Komariah (2012):

“Proses yang dimaksud disini adalah untuk mendapatkan orang, situasi,

kegiatan/aktivitas, dokumen yang diperoleh dari sejumlah orang yang dapat mengungkapkannya atau dokumen yang banyak lalu dipilih berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, dan untuk memilih orang

bergulir sesuai permasalahan” (2012:47).

Sehubungan dengan metode kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini, maka pemahaman sampel yang digunakanpun secara garis besar mengikuti pemahaman sampel yang diutarakan oleh Earl Babbie tersebut. Sehingga, berdasarkan pemahaman Earl Babbie tersebut, maka dalam penelitian ini, istilah yang digunakan lebih tepat apabila menggunakan “Informan”.

Selanjutnya, sesuai dengan kebutuhan penelitian kualitatif, maka penentuan informanpun dilakukan dengan pendekatan Purposive dan Snowball yang bersifat non-probabilitas.

Pendekatan Purposive lebih banyak digunakan ketika berada di lapangan terutama pada tahapan observasi awal dan membangun hubungan. Pada pendekatan Purposive ini, peneliti menggunakan pertimbangan pribadi untuk memilih subjek/objek sesuai dengan kebutuhan. Dalam tahapan ini, informan yang lebih banyak dimintai keterangan adalah para kuli itu sendiri. Misalnya adalah Bapak Rohim selaku Kuli Angkut non-KTA, Ibu Sri Marini, Mbah Waginem dan Mbak Pipin selaku Kuli Angkut SPTI. Hasil dari wawancara dengan informan-informan tersebut, mengarahkan peneliti kepada narasumber lainnya yang memiliki keterkaitan dengan topik yang ditemukan oleh penulis. Sedangkan Snowball digunakan sebagai tindak lanjut penentuan informan setelah pendekatan Purposive digunakan. Pada pendekatan Snowball, informan ditentukan secara berantai. Pengambilan data semacam ini lebih banyak digunakan untuk memunculkan analisis aktor terhadap aktor-aktor yang diduga merupakan bagian dari komunitas kuli angkut. Para aktor yang menjadi informan dalam wawancara ini lebih banyak berasal dari kuli angkut itu sendiri. Pada tingkat operasionalnya, informan yang relevan di wawancara diminta untuk mengarahkan peneliti kepada informan relevan lainnya, prosedur tersebut dilakukan secara terus menerus hingga informasi yang diperoleh dari informan-informan tersebut bersifat majemuk. Sehingga pada akhirnya, informan yang terlibat pada penelitian ini adalah : Serikat Pekerja Transportasi Indonesia unit Kerja Pasar Legi, Dinas Pengelolaan Pasar, Ketua Kelompok Kerja, Pengelola SWAMITRA dan Juragan. Peneliti kemudian menyusun pertanyaan sesuai dengan para aktor dan kebutuhan pertanyaan disesuaikan dengan permasalahan yang ditemukan di lapangan.

51

F. Uji Validitas Data

Suatu penelitian harus memiliki nilai kepercayaan sehingga dapat meyakinkan kepada khalayak bahwa kebenaran hasil penelitian tersebut dapat dipertanggungjawabkan. Dalam kaitannya dengan nilai kepercayaan, maka perlu adanya suatu ke-absahan yang diamini oleh khalayak terhadap penelitian tersebut. Menurut Satori dan Komariah (2012), penelitian kualitatif dapat dinyatakan absah atau valid apabila memiliki beberapa kriteria seperti keterpercayaan atau validitas internal (credibility), keterlaihan atau validitas eksternal (transferability), kebergantungan atau reliabilitas (dependability), dan kepastian atau objektivitas (confirmability).

Pada kriteria validitas internal (credibility), ke-absahan penelitian dinilai dari kelengkapan data yang diperoleh dari berbagai sumber, yang menggambarkan kecocokan konsep peneliti dengan hasil penelitian (Satori dan Komariah,2012). Selanjutnya, pada kriteria validitas eksternal (transferability), ke-absahan penelitian dapat ditentukan dengan penulisan laporan penelitian yang baik agar dapat memberikan informasi secara lengkap, jelas, sistematis dan dapat dipercaya. Penulisan yang baik tersebut berupaya agar pembaca mendapatkan gambaran yang jelas dari suatu hasil penelitian yang dilakukan, dan juga dapat digunakan sebagai bahan rujukan, contoh, pelajaran lebih lanjut untuk dilakukan penelitian di tempat lain (Satori dan Komariah, 2012). Kemudian, dalam kriteria reliabilitas (dependability), Susan Stainback (1988) menuturkan bahwa kriteria reliabilitas berkenaan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data atau temuan (Susan Stainback dalam Satori dan Komariah, 2012:166). Secara lebih mudah, Satori dan Komariah

memberikan penjelasan operasional kriteria reliabilitas dengan mengaudit keseluruhan proses atau aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian, sehingga apabila peneliti tidak mempunyai atau menunjukkan aktivitas yang dilakukan dilapangan, maka reliabilitas dari penelitian tersebut dapat diragukan kebenarannya (Satori dan Komariah, 2012). Kriteria objektivitas (confirmability) merupakan kriteria ke-absahan penelitian dengan cara melacak kebenaran data yang diperoleh dan kejelasan dari informan. Dalam kriteria ini, suatu penelitian dapat dikatakan memiliki derajat objektivitas yang tinggi apabila keberadaan data dapat ditelusuri secara pasti dan hasil penelitian telah disepakati oleh banyak orang (Satori dan Komariah, 2012).

Setelah membahasa mengenai kriteria ke-absahan penelitian, maka ada perlunya pula untuk membahas mengenai tehnik-tehnik yang dapat digunakan untuk memenuhi kriteria-kriteria ke-absahan penelitian tersebut. Begitu pula dalam penelitian ini, tehnik yang digunakan untuk menguji ke-absahan data adalah Trianggulasi. Menurut Satori dan Komariah (2012), trianggulasi merupakan pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan waktu. Oleh karena itu, tehnik trianggulasi terdiri dari 3 macam, yaitu;

1. Trianggulasi Sumber

Pada trianggulasi sumber, pengujian ke-absahan data dilakukan dengan melakukan cross-check suatu data yang ditemukan dengan berbagai sumber yang berbeda. Setelah hal tersebut dilakukan, maka selanjutnya data yang diperoleh dari berbagai sumber dikumpulkan, dideskripsikan, dilakukan pengkategorian, dan dipilih berdasarkan pandangan-pandangan dari para informan. Apabila terdapat

53

pandangan yang berbeda secara minoritas, maka dapat dilakukan analisis kasus negatif guna mencari tahu letak kebenaran berada. Seperti halnya dalam penelitian ini, hasil temuan dari wawancara dengan Bapak Rohim disesuaikan dengan hasil wawancara dengan Bapak Wagiman selaku Ketua Pengurus SPTI, dan begitu pula selanjutnya hasil wawancara tersebut kembali disesuaikan dengan hasil wawancara dengan Bapak Sutris selaku Ketua Kelompok Kerja. Proses tersebut dilakukan secara berulang hingga informasi yang didapatkan mencapai keabsahan.

2. Trianggulasi Tehnik

Menurut Satori dan Komariah (2012), trianggulasi tehnik merupakan penggunaan beragam tehnik pengumpulan data yang dilakukan kepada sumber data. Menguji ke-absahan data menggunakan tehnik ini berarti mengecek data dari sumber yang sama dengan tehnik pengumpulan data yang berbeda. Seperti halnya dalam penelitian ini, informasi yang didapatkan pada proses wawancara kemudian disesuaikan dengan keadaan di lapangan dengan menggunakan tehnik Observasi.

3. Trianggulasi Waktu

Dalam teknik ini, pengecekan data dilakukan dengan menggunakan tehnik pengumpulan data yang sama, kepada sumber yang sama pula, tetapi dalam waktu atau situasi yang berbeda. Seperti halnya dalam penelitian ini, proses observasi di lapangan dilakukan berulang kali pada waktu yang berbeda. Proses tersebut

dilakukan untuk melihat konsistensi keadaan nyata yang ada di lapangan. Begitu pula dengan proses wawancara juga dilakukan dalam waktu yang berbeda. Seperti halnya proses wawancara dengan Pak Wagiman serta Mbak Pipin yang dilakukan beberapa kali dalam jangka waktu yang berbeda.

55 BAB IV

HASIL TEMUAN LAPANGAN

Dokumen terkait