• Tidak ada hasil yang ditemukan

r = Koefisien korelasi (koefisien validitas)

E. Teknik Pengolahan Data

Data hasil tes yang diperoleh dari hasil pengumpulan data selanjutnya dianalisis melalui tahap-tahap berikut:

1. Memberikan skor jawaban siswa sesuai dengan kunci jawaban dan pedoman penskoran yang digunakan.

ternormalisasi dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dalam kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematik.

3. Mengelompokkan kemampuan awal siswa dalam kelompok tinggi, sedang, dan kurang pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Pengelompokan awal siswa didasarkan pada rerata dari tiga nilai ulangan siswa sebelumnya yang dikategorikan pada Tabel 3.6 berikut:

Tabel 3.6

Kategori Pengelompokan Tingkat Kemampuan Awal Siswa

Interval Kategori

0,5 Tinggi

0,5 0,5 Sedang

0,5 Kurang

Data hasil tes dari kedua kelompok diolah dengan menggunakan bantuan software MINITAB 15 dan SPSS 17 yang di dalamnya menggunakan statistik uji Kolmogorov-Smirnov dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Menghitung rata-rata dan simpangan baku.

2) Menguji normalitas data dengan menggunakan Kolmogrof-Smirnov dengan kriteria jika nilai P value > 0,05; maka sampel berdistribusi normal. Kemudian jika sampel berdistribusi normal maka untuk menguji homogenitas varians menggunakan uji F dengan kriteria jika P value > 0,05; sehingga disimpulkan bahwa varians kedua data homogen.

3) Uji Perbedaan Dua Rata-Rata. 4) Uji Anova Dua Jalur.

Data dan Jenis Uji Statistik yang digunakan dalam analisis data, tertera dalam Tabel 3.6.

Tabel 3.6.

Keterkaitan Permasalahan, Hipotesis, Kelompok Data dan Jenis Uji Statistik yang digunakan dalam Analisis Data

Permasalahan Hipotesis Kelompok Data Jenis Uji Statistik

Kemampuan berpikir kritis matematik

dengan PKTTW dan PCK 1

KBKri-PKTTW

KBKri-PCK Uji t

Kemampuan berpikir kritis matematik dengan PKTTW dan PCK berdasarkan kemampuan Tinggi, Sedang, dan Kurang.

2 KBKri-PKTTW

KBKri-PCK Uji Anova

Dua Jalur dan Uji Scheffe Interaksi antara Pendekatan

Pembelajaran dan TKAS dalam menghasilkan kemampuan berpikir kritis matematik

3 KBKri-PKTTW

KBKri-PCK Kemampuan berpikir kreatif

matematik dengan PKTTW dan PCK 4

KBKre-PKTTW

KBKre-PCK Uji t

Kemampuan berpikir kreatif matematik dengan PKTTW dan PCK berdasarkan kemampuan Tinggi, Sedang, dan Kurang.

5 KBKre-PKTTW

KBKre-PCK Uji Anova

Dua Jalur dan Uji Scheffe Interaksi antara Pendekatan

Pembelajaran dan TKAS dalam menghasilkan kemampuan berpikir kreatif matematik

6 KBKre-PKTTW

KBKre-PCK

Asosiasi Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematik dengan PKTTW dan PCK 7 KBKri-Kre-PKTTW KBKri-Kre-PCK Chi-Square dan Koefisien Kontingensi Keterangan: PKTTW : Pembelajaran Kooperatif TTW.

PCK : Pembelajaran Cara Konvensional.

KBKri-PKTTW : Kemampuan Berpikir Kritis Matematik dengan Pembelajaran Kooperatif TTW.

KBKre-PKTTW : Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik dengan Pembelajaran Kooperatif TTW.

KBKre-PCK : Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik dengan Pembelajaran Cara Konvensional.

KBKri-Kre-PKTTW : Kemampuan berpikir kritis dan Kreatif Matematik dengan Pembelajaran Kooperatif TTW.

KBKri-Kre-PCK : Kemampuan berpikir kritis dan Kreatif Matematik dengan Pembelajaran Cara Konvensional.

115 A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran kooperatif Think-Talk-Write (TTW) lebih baik daripada yang pembelajarannya menggunakan cara konvensional (KONV). Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pembelajaran TTW dan KONV berada dalam kualifikasi sedang.

2. Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran kooperatif Think-Talk-Write (TTW) lebih baik daripada yang pembelajarannya menggunakan cara konvensional (KONV) berdasarkan kemampuan siswa tinggi, sedang, dan kurang. Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik siswa yang memperoleh pembelajaran TTW dan KONV dari semua aspek kemampuan tinggi, sedang, dan kurang berada dalam kualifikasi sedang. 3. Tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan Tingkat

Kemampuan Awal Siswa (TKAS) dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematik siswa. Berarti secara bersamaan faktor pendekatan pembelajaran dan TKAS tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis matematik siswa.

4. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematik siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran kooperatif Think-Talk-Write (TTW) lebih baik daripada yang pembelajarannya menggunakan cara konvensional (KONV). Peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematik siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pembelajaran TTW berada dalam kualifikasi tinggi, sedangkan peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematik yang pembelajarannya dengan cara konvensional berada dalam kualifikasi sedang.

5. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematik siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran kooperatif Think-Talk-Write (TTW) lebih baik daripada yang pembelajarannya menggunakan cara konvensional (KONV) berdasarkan kemampuan siswa tinggi, sedang, dan kurang. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematik siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pembelajaran TTW pada siswa yang kemampuannya tinggi dan sedang berada dalam kualifikasi tinggi, sedangkan yang lainnya berada dalam kualifikasi sedang.

6. Tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan Tingkat Kemampuan Awal Siswa (TKAS) dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematik siswa. Berarti secara bersamaan faktor pendekatan pembelajaran dan TKAS tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan berpikir kreatif matematik siswa.

7. Terdapat asosiasi yang signifikan antara kemampuan berpikir kritis matematik dengan kemampuan berpikir kreatif matematik. Asosiasinya

termasuk kategori cukup kuat. Hal ini menunjukkan bahwa: (1) Siswa yang kemampuan berpikir kritisnya baik, kemampuan berpikir kreatifnya cenderung baik; (2) Siswa yang kemampuan berpikir kritisnya sedang, kemampuan berpikir kreatifnya cenderung baik dan sedang. Namun untuk siswa yang kemampuan kreatifnya sedang, kemampuan berpikir kritisnya cenderung sedang dan kurang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis lebih sukar bagi siswa daripada berpikir kreatif.

B. Saran

Berdasarkan pada hasil analisis data penelitian, selanjutnya dikemukakan saran-saran sebagai berikut:

1. Pembelajaran dengan kooperatif Think-Talk-Write (TTW) hendaknya dijadikan alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan guru-guru di sekolah terutama dalam pembelajaran topik-topik tertentu, yaitu topik-topik baru yang berkaitan dengan topik-topik sebelumnya yang sudah dipelajari siswa sehingga pembelajaran matematika menjadi lebih bermakna. 2. Pengetahuan awal siswa terhadap materi prasyarat memiliki peran yang besar terhadap kemampuan siswa dalam menguasai dan mengkomunikasi konsep yang dipelajarinya, maka sebelum konsep baru disajikan, hendaknya terlebih dahulu dilakukan penguatan konsep prasyarat siswa yang dapat membantu siswa memperjelas pemikirannya.

3. Untuk penelitian selanjutnya hendaknya diteliti penggunaan pendekatan pembelajaran kooperatif TTW yang diaplikasikan dengan ICT agar lebih menarik perhatian siswa.

119

Dokumen terkait