METODE PENELITIAN
G. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Dalam penelitian ini peneliti melakukan observasi atau pengamatan sewaktu melaksanakan praktik pengalaman lapangan (PPL) untuk menemukan masalah yang terjadi dan harus harus diteliti, dan juga untuk mengetahui hal-hal dari responden.
2. Dokumentasi
Berdasarkan pada tujuan penelitian, dokumentasi dapat menunjang tujuan penelitian. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data mengenai subjek penelitian. Pada penelitian ini data yang dimaksud yaitu deskripsi karakteristik siswa dan data-data lain yang ada hubungannya dengan penelitian. Dokumentasi yang akan diambil dalam penelitian ini yaitu keadaan guru, visi, misi, tujuan dan rencana strategi SMP Negeri 2 Bandar Lampung.
3. Angket Prokrastinasi Akademik
Menurut Sugiyono Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur , sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif.43 Pada penelitian ini, peneliti akan menggunakan skala model likert. Keuntungan menggunakan skala model
likert ini yaitu mudah dibuat dan diterapkan. Terdapat kebebasan dalam
43
memasukkan pertanyaan-pertanyaan, asalkan sesuai dengan konteks permasalahan yang diteliti.
Tabel 5
Kisi-kisi Pengembangan instrumen penelitian
Variabel Indikator Sub indikator
No Item + - Prokrastinasi akademik Perceived time Intention-action Emotional distress Perceived a. Gagal menepati deadline b. Suka menunda-nunda pekerjaan a. Kesenjangan antara rencana dan kinerja aktual b. Kesulitan menyelesaikan sesuatu sesuai dengan batas waktu a. Perasaan cemas saat melakukan prokrastinasi b. Merasa tenang karena waktu masih banyak a. Tidak yakin 6,19 10,17 12,8 1,3,5,7 5,14 11,16,18
ability terhadap kemampuan dirinya b. Merasa takut gagal 2,4,20 15, Tabel 6
Skor Alternatif Jawaban Jenis
Pertanyaan
Alternatif Jawaban Sangat
setuju
Setuju Ragu-ragu Tidak
setuju Sangat tidak setuju Favorable (peretanyaan positif) 5 4 3 2 1 Unfavorable (Pertanyaan Negatif) 1 2 3 4 5
Skala penilaian perilaku prokrastinasi akademik dalam penelitian ini menggunakan rantang skor dari 1-5 dengan banyaknya item 2. Adapun aturan pemberian skor dan klasifikasi hasil penilaian adalah sebagai berikut:
a) Skor pernyataan positif kebalikan dari pernyataan positif.
b) Jumlah skor tertinggi ideal = jumlah pernyataan atau aspek penilaian x jumlah pilihan
c) Skor akhir = (jumlah skor yang diperoleh : skor tertinggi ideal) x jumlah kelas interval
d) Jumlah kelas interval = skala hasil penelitian. Artinya kalau penilaian menggunakan skala 5, hasil penilaian diklasifikasikan menjadi 5 kelas interval.
e) Penentuan jarak interval (Ji) diperoleh dengan rumus.
Keterangan:
t= skor tertinggi ideal dalam skala r= skor terendah ideal dalam skala Jk= Jumlah kelas interval44
Sehingga interval kriteria dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut: 1) Skor tertinggi : 5 x 20 = 100
2) Skor terendah : 1 x 20 = 20
3) Rentang : 100 – 20 = 80
4) Jarak interval : 80 : 5 = 16
Berdasarkan keterangan tersebut maka kriteria perilaku prokrastinasi akademik dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut:
44
Eko Putra Widoyo, Penelitian hasil pembelajaran di sekolah, (Yogyakarta : Pustaka pelajar,
2014) hlm.144
Tabel 7
Kriteria Perilaku Prokrastinasi akademik
Interval Kriteria Ketentuan
88-100 Sangat tinggi Dikatakan intensitas peserta didik melakukan prokrastinasi akadeik sangat tinggi dengan ketentuan: a) peserta didik gagal menepati deadline, b) tidak yakin terhadap kemampuan dirinya, c) suka menunda karena masih banyak waktu, d) terdapat kesenjangan antara rencana dan kinerja peserta didik.
71-87 Tingi Dikatakan intensitas peserta didik
melakukan prokrastinasi akademik tinggi dengan ketentuan: : a) peserta didik gagal menepati deadline, b) tidak yakin terhadap kemampuan dirinya, c) suka menunda karena masih banyak waktu, d) terdapat kesenjangan antara rencana dan kinerja peserta didik.
54-70 Sedang Peserta didik dikatakan mampu
memanajemen dirinya dengan cukup baik namun terkadang masih lalai dan melakukan prokrastinasi akademik.
37-53 Rendah Peserta didik dikatakan hampir tidak
melakukan prilaku prokrastinasi akademik dengan ketentuan: a) selalu berhasil menepati deadline, b) peserta didik begitu yakin dengan kemampuan yang dimiliki, c) memanfaatkan waktu dengan baik, d) rencana dan kinerja peserta didik sesuai.
20-36 Sangat rendah Peserta didik dikatakan tidak melakukan prilaku prokrastinasi akademik dengan kategori: a) selalu berhasil menepati deadline, b) peserta didik begitu yakin dengan kemampuan
yang dimiliki, c) memanfaatkan waktu dengan baik, d) rencana dan kinerja peserta didik sesuai.
H. Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Sebelum suatu angket digunakan maka peneliti menguji kevalidan dan reliabel angket tersebut, untuk mengetahui kelayakan angket untuk digunakan dalam penelitian, berikut ini langkah-langkah dalm pengujian:
1. Uji Validitas Instrumen
Validitas adalah suatu ukuran untuk menguji kevalidan suatu instrumen, instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untun mendapatkan data (mengukur) itu valid.45 Suatu instrumen yang valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Analisis instrumen dilakukan dengan cara mengorelasi, apabila korelasi sebesar 0,3 keatas maka suatu butir instrumen memiliki validitas yang baik. Pengujian validitas angket dalam penelitian ini menggunakan bantuan program SPSS for windows reliase 17.
Pada penelitian ini uji validitas dilakukan dengan tahapan sebagai
berikut:
1) Menghitung koefisien korelasi product moment atau r hitung
2) Proses pengambilan keputusan dengan dasar kriteria yaitu jika r
hitung positif, dan r hitung ≥ 0,3 maka butir soal valid.
45
Menurut Masrun, item yang dipilih (valid) adalah yang memiliki tingkat
korelasi ≥ 0,3. Jadi, semakin tinggi validitas suatu alat ukur maka alat ukur
tersebut semakin mengenai sasaran atau semakin menunjukkan yang
seharusnya.46
2. Uji Reliabilitas Instrumen
Uji reliabilitas merupakan uji instrumen setelah instrumen sudah diuji validitas. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yg sama.47 Uji reabilitas instrumen pada penelitian ini menggunakan rumus
Cronbach’salpha (α) yang kemudian dihitung dengan bantuan program SPSS 16,0.
Menurut Azwar, ukuran alpha dapat di interpretasikan sebagai berikut.
a. Nilai alpha cronbach 0,00s/d 0,20 berarti kurang reliabel b. Nilai alpha cronbach 0,21 s/d 0,40 berarti agak reliabel c. Nilai alpha cronbach 0,40 s/d 0,60 berarti cukup reliabel d. Nilai alpha cronbach 0,61 s/d 0,80 berarti reliabel e. Nilai alpha cronbach 0,81 s/d 1,00 sangat reliabel
Dari uji reliabilitas menggunakan bantuan program SPSS versi 16.0 for windows, diperoleh
hasil nilai alphacronbach 0,455 dengan jumlah item 20 butir soal. Hal ini berarti instrumen
tersebut memiliki ukuran yang cukup reliabel.
I. Pemberian Treatment
Treatment/perlakuan yang diberikan adalah berupa konseling kelompok dengan teknik self-management. Pemberian treatment/perlakuan
46
Sugiyono, 2007, hlm 188-189
47
akan dilakukan dengan 4 tahap dengan waktu 45menit dapat dilihat pada tabel 3.5. dalam setiap tahapan dilakuan sebanyak 2-3 kali pertemuan untuk dapat memaksimalkan tercapainya tujuan kegiatan. Adapun tahap-tahapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 8
Rancangan penelitian
No. Pertemuan Kegiatan Jumlah
Pertemuan Waktu 1 1 Assesment dan diagnosa 2-3 kali 45 menit 45 menit 2 2 Menetapkan tujuan dengan mengetahui kebutuhan konseli 2-3 kali 3 3 Implementasi teknik self-management 2-3 kali 4 4 Evaluasi dan pengakhiran 2-3 kali Tabel 9
Rancangan treatment konseling teknik self management
No. Tahapan kegiatan Keterangan
1 Assesment
a. Mempersilahkan konseli menceritakan permasalahannya
Pada konseling ini, permasalahan yang akan dibahas adalah permasalahan peserta didik yang mengalami prokrastinasi akademik. b. Mengidentifikasi perilaku yang
bermasalah
Perilaku bermasalah tersebut sudah ditentukan sebelumnya pada saat pre-test yaitu prokrastinasi akademik. c. Mengklarifikasi perilaku yang
bermasalah
Mengklarifikasi apakah wawancara yang didapat itu sesuai dengan keadaan konseli yang sebenarnya. d. Mengidentifikasi peristiwa yang Mengidentifikasi apakah yang
mengawali dan menyertai perilaku bermasalah
mengawali terbentuknya prokrastinasi akademik pada peserta didik.
e. Mengidentifikasi intensitas prokrastinasi akademik
Mengidentifikasi sesering apa peserta didik melakukan prokrastinasi akademik. f. Mengidentifikasi perasaan peserta
didik saat melakukan prokrastinasi akademik
Mengidentifikasi perasaan apakah yang dirasakan oleh peserta didik saat melakukan prokrastinasi akademik, apakah itu senang, gelisah dan sebagainya.
g. Menentukan inti masalah Menemukan inti masalah
mengapa ia melakukan prokrastinasi akademik. h. Mengidentifikasi hal-hal yang menarik
dalam kehidupan peserta didik
Memberikan gambaran tentang masa depan dan apa saja yang akan diraih peserta didik tanpa adanya perilaku prokrastinasi.
i. Memberikan motivasi pada peserta didik
Memberikan motivasi pada peserta didik bahwa dia mampu mengurangi perilaku prokrastinasi dan
meningkatkan prestasi belajarnya.
2. Goal setting
a. Menentukan tujuan konseling Tujuan dalam konseling ini adalah untuk mengurangi perilaku prokrastinasi akademik.
b. Mempertegas tujuan yang ingin dicapai
Mempertegas bahwa tujuan dalam konseling ini adalah untuk mengurangi perilaku prokrastinasi akademik. c. Memberikan kepercayaan dan
meyakinkan peserta didik bahwa praktikan ingin membantu peserta didik untuk mencapai tujuan dari konseling
Memberikan kepercayaan dan meyakinkan peserta didik bahwa praktikan ingin
membantu peserta didik untuk mencapai mengurangi
akademik d. Membantu peserta didik memandang
masalahnya dengan memperhatikan hambatan yang dihadapi
Hambatan yang akan dihadapi adalah peserta didik harus mampu mengendalikan keinginan-keinginan yang dapat merusak tujuan awal konseling.
e. Merinci tujuan menjadi sub tujuan yang berurutan dan oprasional
Sub tujuan: a. Mengurangi perilaku prokrastinasi akademik b. Dapat mempertahankan perilaku baru yang dibentuk sampai di luar sesi konseling. 3. Technique implementation
a. Memnetukan teknik konseling Teknik yang akan digunaka adalah teknik self
management. b. Menyusun prosedur treatment sesuai
dengan teknik yang diterapkan
Prosedur melakukan teknik: a. Menjelaskan rasional
teknik
b. Mengajarkan peserta didik bagaimana mengisi lembar self management
c. Meminta peserta didik agar mengisinya sesuai dengan apa yang menjadi tujuan konseling.
d. Meminta peserta didik untuk melakukan apa yang telah ia tulis dalam lembar tersebut. c. Melaksanakan prosedur teknik yang
diterapkan
Melaksanakan prosedur self management sesuai dengan
Sumber: Tahapan konseling behavioral48
48
Tersedia di: http://ppb.jurnal.unesa.ac.id/130 891. diakses pada tanggal 9 November 2016
jam 10.31
apa yang direncanakan sebelumnya.
4. Evaluation-Termination a. Menanyakan dan
mengevaluasi apa yang
dilakukan peserta didik setelah diberikan treatment
Menanyakan peserta didik tentang apa yang telah dipahami, bagaimana perasaannya, dan apa yang akan dilakukannya setelah mengikuti konseling.
b. Membantu peserta didik mentransfer apa yang
dipelajari dalam konseling ke dalam tingkah laku peserta didik
Meminta peserta didik untuk benar-benar melakukan apa yang ia tulis dalam lembar self management meski di luar sesi konseling.
c. Mengeksplorasi kemungkinan kebutuhan konseling
tambahan
Membuat kesepakatan dengan peserta didik jika kemungkinan untuk
diadakan konseling pertemuan berikutnya.
d. Menyimpulkan apa yang telah dilakukan dan dikatakan peserta didik
Menyimpulkan tentang apa yang telah didapatkan selama proses konseling dari awal hingga akhir.
e. Membahas tugas-tugas yang harus dilakukan pada
pertemuan selanjutnya
Memberikan tugas kepada peserta didik untuk selalu melaporkan lembar
self management kepada praktikan. f. Mengakhiri proses konseling Ucapan terimakasih pada peserta
didik dan mengakhiri proses konseling.