G. Penelitian Terdahulu
3. Teknik Pengumpulan Data
Metode kuantitatif dan kualitatif digunakan secara bergantian pada disertasi ini. Untuk menghasilkan data kuantitatif106 penulis melakukan pengamatan dan penghitungan jumlah ayat-ayat “pseudo kekerasan” pada setiap
106 Pendekatan kuantitatif yang digunakan dalam disertasi ini terinspirasi dari tulisan Nora K. Schmid yang meneliti suku kata dalam surah-surah Makiyah. Nora K. Schmid, “Quantitative Text Analysis and Its Application to the Qur’an: Some Preliminary Considerations,” dalam Angelika Neuwirth et.al, The Qur’ān in Context Historical and Literary Investigations into the Qur’ānic Milieu (Leiden: Brill, 2010), 441–458.
surah al-Qur’an. Pengamatan awal menghasilkan empat kategori ayat “pseudo kekerasan”. Keempat kategori tersebut kemudian digunakan untuk memilah dan memilih satu per satu ayat al-Qur’an. Langkah tersebut dirancang untuk menghasilkan perkiraan hitungan jumlah ayat “pseudo kekerasan” yang ada pada setiap surah. Dari jumlah pada masing-masing surah, dapat dipetakan persentase keseluruhan ayat “pseudo kekerasan” yang ada dalam al-Qur’an. Persentase tersebut juga menunjukkan perbandingan antara ayat “pseudo kekerasan” yang terdapat dalam surah-surah Makiyah ataupun Madaniyah berdasarkan masing-masing klasifikasi.
Untuk mencapai hasil kualitatif dilakukan tiga tahap penelitian, yaitu: reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan/verifikasi.107 Untuk proses reduksi data, penulis menggunakan tiga langkah coding yang dijelaskan oleh W. Lawrence Neuman. Ketiga langkah coding tersebut adalah open coding, axial
coding, dan selective coding.108 Dalam proses open coding (penyandian terbuka),
penulis berusaha untuk mengumpulkan tafsir-tafsir yang ditulis dalam konteks wilayah konflik dan atau penulisnya mengalami peristiwa-peristiwa kekerasan dalam hidupnya. Dari pencarian awal tersebut, terkumpul empat tafsir yang ditulis oleh Muḥammad ‘Izzat Darwazah, Sayyid Quṭb, Sa‘īd Ḥawwā, dan Ḥannān Laḥḥām. Keempat tafsir tersebut secara berurutan ditulis di negara Palestina, Mesir dan Suriah. Pada tahap ini, penulis membuat kategorisasi awal tentang berbagai hal terkait masing-masing tafsir tersebut. Membaca dan melakukan
107 Mattew B. Miles dan A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru (Jakarta: UI-Press, 1992), 15–16; Robert Bogdan dan Steven J. Taylor, Kualitatif Dasar-Dasar Penelitian (Surabaya: Usaha Nasional, 1993), 30.
108 W. Lawrence Neuman, Basic of Social Research Qualitative and Quantitative Approaches (Boston: Pearson Education, 2007), 333.
analisis awal dari keempat tafsir tersebut dan berbagai buku ataupun jurnal terkait keempat tafsir merupakan cara penulis untuk memulai open coding. Sebagian data, dikumpulkan dalam buku catatan khusus, dan sebagian lainnya hanya ditandai pada sumbernya. Kenyataan bahwa setiap sumber akan menuntun pada sumber yang lain yang lebih variatif juga menguntungkan penulis dalam menentukan tema utama pada langkah axial coding.
Pada tahap axial coding, penulis mulai cenderung untuk mengerucutkan tema disertasi hanya pada topik tafsir Laḥḥām dengan berbagai pertimbangan berdasarkan data awal pada open coding. Selain dari tafsir yang ditulis oleh Laḥḥām dan sumber-sumber lain yang membahas tentang Laḥḥām dan tafsirnya, penulis juga melakukan wawancara tertulis (korespondensi) untuk memperkuat data.109 Wilayah Suriah yang dilanda konflik tidak memungkinkan penulis untuk menemui Laḥḥām secara langsung. Sebagai gantinya, wawancara dengan Laḥḥām penulis lakukan dengan cara tertulis yang dilakukan berulang kali melalui program messanger, sebuah aplikasi turunan dari Facebook. Keramahan, kesediaan untuk meluangkan waktu, dan fakta bahwa tokoh yang penulis kaji mengikuti perkembangan teknologi memberikan keuntungan tersendiri bagi penulis. Untuk metode observasi, penulis lakukan dengan mengamati video-video yang merekam Laḥḥām dalam berbagai kesempatan berbeda dan status-status pada dinding Facebook dari akun Laḥḥām yang konsisten membicarakan tentang tafsir dan gerakan anti-kekerasan. Setelah mempelajari semua hal tersebut, penulis mulai menentukan ayat-ayat “pseudo kekerasan” sebagai tema utama.
109
Ketika seorang tokoh masih hidup, metode wawancara dan observasi menjadi sumber efektif dalam memperoleh data pada penelitian studi tokoh. Arief Furchan dan Agus Maimun, Studi Tokoh Metode Penelitian Mengenai Tokoh (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), 51.
Untuk menentukan ayat-ayat “pseudo kekerasan”, penulis melakukan kategorisasi berdasarkan makna dan kata secara bersamaan. Satu per satu ayat al-Qur’an dibaca dan dipertimbangkan untuk diklasifikasi ke dalam ayat “pseudo kekerasan” atau bukan. Ayat-ayat yang masuk dalam kategori “pseudo kekerasan” dipertimbangkan lagi untuk dikategorikan pada salah satu dari empat klasifikasi yang didapatkan pada penelitian pendahuluan. Empat kategori tersebut adalah eksplisit destruktif, eksplisit restoratif, implisit destruktif, dan implisit restoratif. Pada sisi lain, tawaran Laḥḥām untuk menafsirkan ayat-ayat “pseudo kekerasan” dengan perspektif harmonis di tengah atmosfer konflik dan kekerasan yang melingkupinya mendorong penulis untuk mempertanyakan alasan mengapa Laḥḥām menafsirkan demikian, siapa yang mempengaruhinya, dan bagaimana dia melakukannya.
Mendalami data berupa tafsir, hasil korespondensi, pengamatan dan merekonstruksi sejarah kehidupan Laḥḥām membantu penulis untuk melihat “isi laten” dari tafsir Laḥḥām sebagai sebuah usaha terapi interpretasi atas penyakit psikologis yang diderita umat Islam. Berdasarkan hal tersebut, penulis memutuskan untuk mengkaji terapi interpretasi dalam tafsir ayat-ayat “pseudo kekerasan” yang ditawarkan oleh Laḥḥām.
Tahap berikutnya dalam pengumpulan data adalah selective coding. Langkah ini penulis mulai dengan mempelajari sumber-sumber tentang psikoterapi, langkah-langkah untuk melakukannya, perilaku-perilaku menyimpang yang berhubungan dengan tindak kekerasan ataupun pemaknaan teks-teks suci dengan nuansa kekerasan dan juga teori-teori yang digunakan dalam psikoterapi
lalu mengaitkannya dengan tafsir yang ditawarkan oleh Laḥḥām. Mendialogkan sumber-sumber tersebut memandu proses pencarian penulis tentang penyimpangan psikologis yang melatarbelakangi lahirnya tafsir dengan nuansa kekerasan, dan bagaimana Laḥḥām secara tidak langsung melakukan reframing terhadap kognisi dan emosi pembaca tafsirnya hingga dapat melihat ayat dengan cara baru: cara harmonis. Setelah data dikumpulkan, penulis menyajikan data tersebut beserta analisis atasnya untuk menarik kesimpulan di akhir disertasi.