• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PENDAHULUAN PENGEMBANGAN MODEL VALIDASI MODEL

D. Teknik Pengumpulan Data

Fokus penelitian ini tiga hal, yakni (1) studi pendahuluan guna mengetahui kondisi dan potensi yang dimiliki, peserta didik, guru, sekolah, dan lingkungan (budaya lokal) yang akan digunakan sebagai dasar pertimbangan pengembangan model awal pembelajaran untuk meningkatkan apresiasi siswa terhadap budaya lokal; (2) pengembangan model pembelajaran untuk meningkatkan apresiasi siswa terhadap budaya lokal; dan (3) uji validasi model yang telah dikembangkan.

Oleh karena itu, teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dikaitkan dengan kebutuhan berdasarkan tiga hal tersebut di atas, yakni (1) tahap penelitian

pendahuluan/pra-survei digunakan teknik pengumpulan data berupa wawancara dan kuesioner, pengamatan (observasi), serta analisis dokumen untuk responden kepala sekolah, guru, peserta didik, maupun tokoh masyarakat; (2) tahap pengembangan model digunakan teknik pengumpulan data observasi apresiasi dan aktifitas diskusi siswa dalam kelas serta tes hasil belajar; dan (3) tahap validasi model digunakan teknik pengumpulan data berupa instrumen apresiasi siswa terhadap budaya lokal dan tes hasil belajar.

Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif merupakan data informasi yang dikumpulkan melalui analisis dokumen, observasi, dan wawancara. Sementara data kuantitatif merupakan data yang dikumpulkan berupa skor apresiasi siswa terhadap budaya lokal dan tes hasil belajar yang dilaksanakan sebelum (pre-test) dan sesudah (post-test) model pembelajaran yang telah dikembangkan.

Berdasarkan pembahasan di atas, maka teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah (1) pengamatan (observasi); (2) wawancara dan kuesioner; (3) analisis dokumen; (4) instrumen apresiasi dan tes hasil belajar.

1. Pengamatan (Observasi)

Tujuan pengamatan (observasi) adalah ”untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan” (Nana Sudjana dan Ibrahim, 1989 : 109). Penelitian ini menggunakan pengamatan (observasi) pada setiap tahap penelitian. Pada tahap studi pendahuluan (pra-survei), observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang pola pembelajaran IPS SD yang selama ini dilakukan guru dan siswa di kelas,

serta fasilitas (baik sarana maupun pra-sarana) yang ada di sekolah dan bagaimana penggunaannya.

Pada tahap uji-coba, baik terbatas maupun lebih luas, observasi digunakan untuk mengumpulkan data mengenai pola perkembangan pembelajaran IPS yang dilakukan guru dan siswa, serta kemajuan perkembangan apresiasi siswa terhadap budaya lokal maupun aktifitas siswa dalam diskusi kelompok maupun kelas. Pada tahap ini, pengumpulan data melalui observasi dibantu dengan alat observasi, baik alat observasi untuk apresiasi siswa terhadap budaya lokal maupun aktifitas siswa dalam diskusi kelompok/kelas. Penggunaan alat observasi pada tahap pengembangan model pembelajaran ini dilakukan dengan pertimbangan (1) pengalaman langsung merupakan instrumen ampuh guna men-tes suatu kebenaran berdasarkan kenyataan yang sebenarnya; (2) memungkinkan diperolehnya data secara objektif; (3) terekamnya peristiwa atau kejadian penting yang bermanfaat bagi perbaikan proses pembelajaran; dan (4) memberikan pemahaman yang baik bagi peneliti mengenai situasi yang rumit dan kompleks.

2. Wawancara dan kuesioner

Penggunaan wawancara dan kuesioner dalam penelitian bertujuan ”untuk mendapatkan informasi yang berkenaan dengan pendapat, aspirasi, harapan, persepsi, keinginan, keyakinan dan lain-lain dari individu/responden melalui pertanyaan yang sengaja diajukan oleh peneliti” (Nana Sudjana dan Ibrahim, 1989 : 102). Penelitian ini menggunakan wawancara dan kuesioner pada tahap pra-survei, pengembangan model dan uji-coba.

Pada tahap pra-survei, wawancara dan kuesioner digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai kondisi objektif proses pembelajaran IPS saat sebelum penelitian dilaksanakan. Informasi ini, berkenaan dengan persepsi guru mengenai hakikat pelajaran IPS, pola mengajar guru, pola belajar siswa, ketersediaan fasilitas, maupun kondisi psikologis sekolah, serta pandangan berbagai pihak mengenai pengintegrasian budaya lokal dalam proses pembelajaran di sekolah.

Pada tahap pengembangan dan uji-coba model, wawancara dan kuesioner digunakan untuk mendapatkan informasi dalam upaya perbaikan dan penyempurnaan model pembelajaran yang sedang dikembangkan. Wawancara pada tahap ini adalah wawancara yang tidak berstruktur dengan maksud agar sumber data dapat mengemukakan pandangan dan pendapatnya secara lebih bebas sesuai dengan kondisi apa yang dialami dan diinginkannya. Sedangkan kuesioner disusun bervariasi dengan maksud agar responden memiliki keleluasaan dalam menjawab pertanyaan sesuai dengan pendapatnya, melalui beberapa alternatif jawaban yang disediakan serta juga opsi dimana responden dapat mengemukakan pendapat yang dianggapnya lebih sesuai.

3. Analisis Dokumen

Analisis dokumen dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan berbagai informasi, khususnya melengkapi data, dalam rangka studi pendahuluan (pra-survei) yang berkenaan dengan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran IPS yang selama ini berlangsung. Oleh karena itu, dokumen yang dikaji berhubungan dengan (1) kurikulum dan silabus pembelajaran IPS SD yang berlaku saat penelitian ini dilaksanakan; (2) buku sumber atau bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran IPS SD; (3) dokumen-

dokumen maupun sumber yang berhubungan dengan budaya lokal Bengkulu (Tabot); dan (4) program pembelajaran yang telah dibuat guru yang terpilih sebagai subjek penelitian.

Informasi yang terkumpul dianalisis sebagai dasar praksis pengembangan draft awal model pembelajaran yang akan dikembangkan.

4. Instrumen Apresiasi dan Tes

Instrumen untuk mengukur apresiasi siswa terhadap budaya lokal digunakan untuk mengukur efektifitas hasil implementasi model pembelajaran yang telah dikembangkan bila dibandingkan dengan model pembelajaran yang selama ini digunakan guru dalam pembelajaran IPS. Oleh karena tujuannya yang demikian, maka instrumen ini akan digunakan pada tahap uji validasi model.

Di samping itu, ada juga instrumen tes hasil belajar siswa dalam pelajaran IPS yang akan digunakan pada tahap uji-coba model yang lebih luas dan uji validasi model. Pada uji-coba model lebih luas, instrumen tes hasil belajar ini akan digunakan untuk melihat perkembangan hasil belajar siswa pada setiap putaran implementasi model. Sedangkan pada tahap uji validasi model, instrumen tes hasil belajar ini akan digunakan untuk melihat apakah model pembelajaran yang dikembangkan selain efektif untuk meningkatkan apresiasi siswa terhadap budaya lokal, juga berdampak positif dan efektif untuk meningkatkan penguasaan materi IPS bila dibandingkan model pembelajaran yang selama ini digunakan guru.

Instrumen pengukur yang digunakan dalam penelitian ini, baik instrumen apresiasi maupun tes hasil belajar, bukanlah instrumen baku atau standar. Namun instrumen yang disusun sendiri oleh peneliti dengan bantuan pertimbangan ahli untuk instrumen apresiasi, serta kerjasama dengan guru untuk tes hasil belajar. Hal ini

berdasarkan pertimbangan bahwa instrumen yang disusun sendiri sesuai dengan tujuan penelitian, akan lebih dapat mengungkapkan keberhasilan model pembelajaran. Nana Sudjana dan Ibrahim (1989 : 101) mengenai hal ini mengemukakan bahwa dalam penelitian pendidikan, penyusunan tes prestasi belajar buatan peneliti sebagai alat pengumpul data jauh lebih baik dari pada tes baku atau sekedar mengumpulkan data sekundair dari dokumen hasil belajar yang telah ada, sebab instrumen yang dihasilkan dapat dipandang sebagai hasil penelitian itu sendiri.

Dokumen terkait