Titik suntik terletak pada lipatan mukolabial sedikit mesial dari gigi kaninus, Arahkan jarum keapeks kaninus, anastetikum dideponir perlahan ke atas apeks akar gigi tersebut (Robinson, 2005)
Injeksi yang dilakukan pada kedua kaninus biasanya bisa menganastesi keenam gigi anterior. Injeksi N.Alvolaris Superrior Anterior biasanya sudah cukup untuk prosedur operatif. Untuk ekstraksi atau bedah, diperlukan juga tambahan injeksi palatinal pada region kaninus atau foramen incisivum(Robinson, 2005)
b. Blok Nervus Alveolaris Superior Posterior
Blok syaraf alveolaris superior posterior diperoleh dengan menempatkan jarum didistal molar terakhir, ke atas dan medial, bersudut 45º, memungkinkan deposisi larutan 1,5 ke permukaan disto bukkal maxilla (Robinson, 2005)
Komplikasi umum dari teknik ini adalah bila beberapa pembuluh darah plexus vena pterigoid pecah, menimbulkan haematoma. Karena obat-obat analgesia lokal, teknik infiltrasi meliputi deposisi hanya 1 ml larutan digunakan (Robinson, 2005)
Daerah yang teranestesi:
• Gigi-gigi molar kecuali akar molar satu
• Processus alveolaris bagian bukkal dari gigi molar termasuk periosteum.
• Jaringan ikat dan membran mukosa • Lipatan zygomatikus pada maxilla • Processus zygomatikus pada maxilla • Tuberositas maxilla
• Bagian anterior dan processus coronoideus dari ramus mandibula.
Teknik(Robinson, 2005):
Bila anestesi adalah nervus alveolaris superior posterior dexter • Operator berdiri sebelah kanan depan
• Masukkan jari telunjuk kiri kita ke vestibulum oris sebelah kanan penderita, kemudian jari telunjuk pada daerah lipatan mukobukkal di sebelah posterior gigi premolar dua sampai teraba proccesus zygomaticus
• Lengan kita turun kebawah sehingga jari telunjuk membuat sudut 90º terhadap oklusal plane gigi rahang atas, dan membentuk sudut 45º bidang sagital penderita. Hal ini dapat dilakukan bilamana penderita dalam keadaan setengah tutup mulut, sehingga bibir dan pipi dapat ditarik kelateral posterior
• Jari telunjuk disisi merupakan pedoman tempat penusukan jarum
• Ambil spoit yang telah disiapkan, dan sebelumnya tempat yang akan disuntik harus dilakukan desinfeksi terlebih dahulu
• Arah jarum harus sejajar dengan jari kita, penusukan jarum sedalam ½-¾ inch
• Aspirasi, jika tidak darah yang masuk, keluarkan larutan secara perlahan-lahan sebanyak 1,5 cc.
c. Blok Nervus Intra Orbital
Blok infraorbital paling sering digunakan. Pinggir intra orbital dapat teraba dengan menggunakan ujung jari pertama, noktah infraorbital dapat diidentifikasi. Dengan ujung jari tetap pada posisi ini, ibu jari dapat digunakan untuk menarik bibir atas. Ujung jarum dimasukkan jauh ke dalam sulkus di atas apeks premolar kedua dan meluas segaris dengan sumbu panjang gigi sampai sedalam 1,5-2 cm baru larutan analgesic didepositkan . pembengkakan jaringan dapat diraba dibalik jari pertama bila letak ujung jarum, tepat. Biarkan keadaan ini selama 3 menit, untuk memastikan diperolehnya analgesia yang memadai (Robinson, 2005)
Saraf yang teranestesi :
• Nervus alveolaris superior, anterior dan medium • Nervus infra orbital
• Nervus palpebra inferior • Nervus nasalis lateralis
• Nervus labialis superior (Robinson, 2005) Daerah yang teranestesi :
• Gigi incisivus sampai premolar • Akar mesio bukkal dari molar satu • Jaringan pendukung dari gigi tersebut • Bibir atas dan kelopak atas
• Sebagian hidung pada sisi yang sama (Robinson, 2005)
Teknik:
a) Intra oral approach
• Dudukkan penderita, kemudian buka mulut sampai dataran oklusal gigi rahang atas membentuk 45º dengan garis horizontal, dan penderita disuruh melihat ke arah depan
• Kita menggambarkan suatu garis khayal yang lurus, berjalan vertikal melalui pupil mata ke infra orbital dan gigi premolar dua rahang atas
• Bila sudah menemukan infra orbital notch, maka jari telunjuk yang kita pakai palpasi, kita gerakkan ke bawah kira-kira ½ cm, disinilah akan kita temukan suatu cekungan dimana letaknya foramen infra orbital
• Setelah ditemukan foramen infra orbital, maka jari telunjuk tetap diletakkan pada tempat foramen infra orbitalis untuk mencegah tembusnya jarum mengenai bola mata
• Lakukan desinfeksi pada muko bukkal regio premolar dua rahang atas
• Pergunakan jarum 27 gauge dan 1 5/8 inch
• Jarum suntikan tersebut ditusukkan pada lipatan muko bukal regio premolar dua rahang atas, mengikuti arah garis khayalan yang telah dibuat. Untuk mengurangi rasa sakit, pada saat jarum menembus mukosa, injeksikan beberapa strip larutan, kemudian jarum tersebut diteruskan secara perlahan-lahan, hingga mencapai foramen intra orbitalis, maka dapat dirasakan oleh jari yang kita letakkan pada foramen tersebut.
• Aspirasi, kemudian keluarkan anestetikum sebanyak 1-1½ cc (jumlah larutan tersebut tergantung dari kebutuhan) (Robinson, 2005)
b) Extra oral approach
Indikasi : bila intra oral approach tidak dapat dilakukan, misalnya ada peradangan.
Teknik:
• Tentukan letak foramen intra orbital (sama dengan teknik pada intra oral approach)
• Pada waktu akan di tusuk jarum, penderita dianjurkan menutup mata untuk mencegah kemungkinan bahaya untuk mata
• Titik insersi jarum kira-kira 1 cm di bawah foramen infra orbital, kita memasukkan jarum dengan membuat sudut 45º, dan jarum tersebut diluncurkan sesuai dengan arah garis khayalan sejajar 1
cm, kemudian keluarkan secara perlahan-lahan larutan anestetik. Ujung jarum dimasukkan melalui papila nasopalatina sampai ke lubang masuk kanalis insisivus. Bila tulang berkontak dengan jarum, jarum harus ditarik kira-kira 0,5-1 mm. Kira-kira 0,1-0,2 ml larutan didepositkan, larutan tidak boleh dikeluarkan terlalu cepat karena dapat menimbulkan rasa tidak enak. Jaringan akan memucat, dan timbulnya analgesia cukup cepat (Robinson, 2005)
d. Blok Nervus Naso Palatinus
Nervus naso palatinus keluar dari foramen incisivus. Daerah yang teranestesi adalah bagian bukkal dari palatum durum sampai gigi caninus kiri dan kanan (Robinson, 2005)
Tekniknya :
• Incisivus papilla ini sangat sensitif, eleh karena itu pada penusukan jarum yang pertama harus disuntikkan beberapa tetes anestetikum. Kemudian jarum tersebut diluncurkan dalam arah paralel dengan longaxis gigi incisivus, dan tetap dalam garis median.
• Jarum tersebut diluncurkan kira-kira 2 mm kemudian larutan anestesi dikeluarkan secara perlahan-lahan sebanyak 0,5 cc.
• Jarum yang digunakan adalah jarum yang pendek
• Analgesia palatum pada salah satu sisi sampai kekaninus dapat diperoleh dengan mendepositkan 0,5-0,75 ml larutan pada syaraf palatina besar ketika syaraf keluar dari foramen palatina besar. • Secara klinis, jarum dimasukkan 0,5 cm. Suntikan diberikan
ludah dari kelenjar ludah minor dapat dikeluarkan (Robinson, 2005)
e. Blok Nervus Palatinus Anterior
Syaraf ini keluar dari foramen palatinus major. Daerah yang teranestesi adalah bagian posterior dari palatum durum mulai dari premolar (Robinson, 2005)
Indikasi :
• Untuk anestesi daerah palatum dari premolar satu sampai molar tiga
• Untuk operasi daerah posterior dari palatum durum (Robinson, 2005)
Teknik:
• Nervus palatinus anterior keluar dari foramen palatinus mayor yang terletak antara molar dua, molar tiga dan 1/3 bagian dari gingiva molar menuju garis median
• Jika tempat tersebut telah ditentukan, tusuklah jarum dari posisi berlawanan mulut (bila di suntikkan pada sebelah kanan, maka arah jarum dari kiri menuju kanan)
• Sehingga membentuk sudut 90º dengan curve tulang palatinal • Jarum tersebut ditusukkan perlahan-lahan hingga kontak dengan
tulang kemudian kita semprotkan anestetikum sebanyak 0,25-0,5 cc (Robinson, 2005)