• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.2 Cooperative Learning

2.2.5 Teknik – teknik dalam Metode Cooperative Learning

Walaupun prinsip dasar cooperative learning tidak berubah, terdapat beberapa teknik dari metode ini. Teknik-teknik ini antara lain :

1. Teknik Student Teams Achievement Division (STAD)

Tipe ini dikembangkan Slavin, dan merupakan salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Pada proses pembelajarannya, belajar kooperatif tipe STAD melalui lima tahapan menurut Slavin (dalam Trianto, 2013: 72) yang meliputi:

a. Tahap penyajian materi : guru memulai dengan menyampaikan indikator yang harus dicapai hari itu dan memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang materi yang akan dipelajari.

b. Tahap kegiatan kelompok : pada tahap ini setiap siswa diberi lembar tugas sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok siswa saling

berbagi tugas, saling membantu memberikan penyelesaian agar semua anggota kelompok dapat memahami materi yang dibahas, dan satu lembar dikumpulkan sebagai hasil kerja kelompok, pada tahap ini guru berperan sebagai fasilitator dan motivator kegiatan tiap kelompok.

c. Tahap tes individual : yaitu untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar yang telah dicapai, diadakan tes secara individual, mengenai materi yang telah dibahas.

d. Tahap penghitungan skor perkembangan individu : dihitung berdasarkan skor awal. Penghitungan perkembangan skor individu dimaksudkan agar siswa terpacu untuk memperoleh prestasi terbaik sesuai dengan kemampuannya. e. Tahap pemberian penghargaan kelompok : perhitungan ini dilakukan dengan

cara menjumlahkan masing – masing perkembangan skor individu dan hasilnya dibagi sesuai jumlah anggota kelompok.

Trianto (2013: 73) menjelaskan dari tinjauan tentang pembelajaran kooperatif tipe STAD ini menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang cukup sederhana. Dikatakan demikian karena kegiatan pembelajaran yang dilakukan masih dekat kaitannya dengan pembelajaran konvensional. Hal ini dapat dilihat pada fase 2 dari fase – fase pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu adanya penyajian informasi atau materi pelajaran. Perbedaan model ini dengan model konvensional terletak pada adanya pemberian penghargaan pada kelompok.

2. Teknik JIGSAW

Metode Jigsaw pertama kali dikembangkan oleh Aronson (dalam Huda, 2011: 120). Dalam metode Jigsaw, siswa ditempatkan dalam kelompok – kelompok kecil yang terdiri 5 – 6 anggota. Setiap kelompok diberi informasi yang membahas salah satu topik dari materi pelajaran mereka saat itu. Dari informasi yang diberikan pada setiap kelompok ini, masing – masing anggota harus mempelajari bagian – bagian yang berbeda dari informasi tersebut.

Setelah mempelajari informasi tersebut dalam kelompoknya masing – masing, setiap anggota yang mempelajari bagian – bagian ini berkumpul dengan anggota – anggota dari kelompok – kelompok lain yang juga menerima bagian – bagian materi yang sama. Jika anggota 1 dalam kelompok A mendapatkan tugas mempelajari alur, maka ia harus berkumpul dengan siswa 2 dalam kelompok B dan siswa 3 dalam kelompok C (begitu seterusnya) yang juga mendapatkan tugas mempelajari alur. Perkumpulan siswa yang memiliki bagian informasi yang sama

ini dikenal dengan istilah “kelompok ahli” (expert group). Dalam kelompok ahli

ini masing – masing siswa saling berdiskusi dan mencari cara terbaik bagaimana menjelaskan bagian informasi itu kepada teman – teman satu kelompoknya yang semula. Setelah diskusi selesai, semua siswa dalam kelompok ahli ini kembali ke kelompoknya yang semula, dan masing – masing dari mereka mulai menjelaskan bagian informasi tersebut kepada teman – teman satu kelompok (Huda, 2011: 121).

Jadi, dalam metode cooperative learning teknik Jigsaw, siswa bekerja kelompok selama dua kali, yakni dalam kelompok mereka sendiri dan dalam

kelompok ahli. Setelah masing – masing anggota menjelaskan bagiannya masing

– masing kepada teman – teman satu kelompoknya, mereka mulai bersiap untuk diuji.

Metode cooperative learning teknik Jigsaw mempunyai karakteristik yaitu: mengembangkan rasa tanggung jawab, mengembangkan komunikasi antarpribadi, mengembangkan rasa percaya diri, mengembangkan kemampuan menganalisis masalah, mengembangkan kerja sama dan mengembangkan sikap suportif.

Metode cooperative learning teknik Jigsaw Mempunyai keunggulan yaitu: cocok untuk semua kelas/tingkatan, bisa digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, atau berbicara. Juga dapat digunakan dalam beberapa mata pelajaran, belajar dalam suasana gotong-royong mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

Berikut adalah ilustrasi pembelajaran Jigsaw menurut Arends (http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/31/cooperative-learning-teknik-

Kelompok Asal

Kelompok Ahli

Gambar 2.1 Ilustrasi kelompok Jigsaw 3. Teknik Numbered Head Together (NHT)

NHT atau penomeran berfikir bersama merupakan teknik dari metode cooperative learning yang dirancang untuk mempengarui pola interaksi siswa dan sebagai alternatif struktur kelas tradisional. NHT pertama kali dikembangkan oleh Spenser Kagen (dalam Trianto, 2013: 82) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Saat mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat fase sebagai NHT :

a. Fase 1 : Penomeran, dalam fase ini guru membagi siswa ke dalam kelompok tiga sampai lima siswa dan setiap anggota kelompok diberi nomor antara satu sampai lima.

b. Fase 2 : Mengajukan Pertanyaan, guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi, dapat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya.

c. Fase 3 : Berfikir Bersama, siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim.

d. Fase 4 : Menjawab, guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengajungkan tangan dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.

Dari beberapa uraian teknik-teknik cooperative learning diatas dapat disimpulkan bahwa semua teknik-teknik diatas mempunyai tujuan yang hampir sama antara satu dengan yang lainnya yaitu untuk meningkatkan prestasi secara akademik, meningkatkan hubungan dan interaksi antara sesama teman, dan untuk melatih anak supaya lebih aktif, kretif dan mandiri.

Dokumen terkait