• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

4. Teknik-Teknik Supervisi

Umumnya alat/ teknik supervisi dapat dibedakan dalam dua macam alat/ teknik. (John Minor Gwyn, 1963: 326-327). Teknik yang bersifat individual, yaitu teknik yang dilaksanakan untuk seorang guru secara individual dan teknik yang bersifat kelompok, yaitu teknik yang dilakukan untuk melayani lebih dari 1 orang.

Teknik tersebut secara kongkrit dilakukan kepala sekolah melalui berbagai bentuk kegiatan, yaitu sebagai berikut:

a.Kunjungan Kelas

Kepala sekolah datang ke kelas untuk melihat cara guru mengajar di kelas. Tujuannya adalah untuk memperoleh data mengenai keadaan sebenarnya selama guru mengajar. Oleh karena sifatnya mengadakan peninjauan dan mempelajari sesuatu yang dilihat sementara guru mengajar, maka sering disebut observasi kelas.

Kunjungan kelas ini berfungsi sebagai alat untuk mendorong guru agar meningkatkan cara mengajar guru dan cara belajar siswa.

Ada tiga macam kunjungan kelas

1) Kunjungan tanpa pemberitahuan (unannounced visitation)

2) Kunjungan dengan cara memberi tahu lebih dulu (annaunced visitation)

3) Kunjungan atas undangan guru (visit upon invitation) b.Observasi Kelas

Melalui kunjungan kelas, kepala sekolah dapat mengobservasi situasi belajar-mengajar yang sebenarnya. Ada dua macam observasi kelas, yaitu

1) Observasi langsung (direct observation)

2) Observasi tidak langsung (inderect observation)

Orang yang diobservasi dibatasi oleh ruang kaca di mana murid-murid tidak mengetahuinya.

1) Untuk memperoleh data yang seobjektif mungkin sehingga bahan yang diperoleh dapat digunakan untuk menganalisis kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru-guru dalam usaha memperbaiki hal belajar-mengajar

2) Bagi guru sendiri data yang dianalisis akan dapat membantu untuk mengubah cara-cara mengajar ke arah yang lebih baik

3) Bagi murid-murid sudah tentu akan dapat menimbulkan pengaruh positif terhadap kemajuan belajar mereka.

Hal-hal yang perlu diobservasi antara lain : 1) Usaha serta kegiatan guru dan murid

2) Usaha dan kegiatan antara guru dan murid dalam hubungan dengan penggunaan bahan dan alat pelajaran

3) Usaha dan kegiatan guru dan murid dalam memperoleh pengalaman belajar

Syarat-syarat untuk memperoleh data dalam observasi adalah tergantung dari sikap dan cara si pengamat itu sendiri sewaktu mengadakan observasi antara lain :

1) Menciptakan situasi yang wajar (cara masuk kelas), mengambil tempat di dalam kelas yang tidak menjadi pusat perhatian anak-anak, tidak mencampuri guru yang sedang mengajar, sikap waktu mencatat tidak akan menimbulkan prasangka dari pihak guru

2) Harus dapat membedakan mana yang penting untuk dicatat dan mana yang kurang penting

3) Bukan melihat kelemahan, melainkan melihat bagaimana memperbaikinya

4) Harus diperhatikan kegiatan atau reaksi murid-murid tentang proses belajar

Segala sesuatu yang dikumpulkan dan dicatat haruslah :

1) Bersifat objektif, maksudnya ialah bahwa segala sesuatu yang dicatat adalah data yang sebenarnya tanpa ada pengaruh unsur subjektif dari supervisor

2) Apa yang dicatat harus dapat kena sasaran seperti apa yang dimaksud. Sering terjadi orang mencatat sesuatu bukan berdasarkan apa yang dilihatnya tetapi apa yang dipikirkan.

Untuk memperoleh data tentang situasi belajar mengajar dipergunakan beberapa alat antara lain :

1) Check-List, adalah suau alat untuk mengumpulkan data dan melengkapi keterangan-keterangan yang lebih objektif terhadap situasi belajar dan mengajar di dalam kelas. Bentuk dari check-list tersebut, merupakan suatu daftar yang berisi item-item yang sudah disediakan lebih dahulu dan si penjawab hanya tinggal mengecek tiap item tersebut.

Chek-list dapat dibedakan atas beberapa jenis, yaitu ;

a) Evaluative check-list, adalah suatu daftar yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang disusun secara berkelompok dan merupakan standar beserta skala penilaiannya.

b) Activity Check-list, adalah suatu daftar kegiatan yang dijawab oleh si penjawab dengan cara mengecek.

2) Factual record, adalah suatu catatan yang didasarkan pada kenyataan yang ada. Catatan-catatan iu hanya bersifat melengkapi sebagian dari apa yang telah dilakukan dalam observasi.

Bentuk catatan ini dapat dibedakan atas 2 macam :

a) Attention chart, adalah suatu daftar yang berbentuk gambar atau kode-kode untuk mencatat status murid-murid yang memberikan perhatiannya terhadap hal mengajarnya guru.

b) Partcipation chart, adalah suatu daftar yang digunaan untuk mencatat partisipasi murid-murid di dalam kelas.

c.Percakapan pribadi (Individual conference)

Adam dan Dickey mengatakan bahwa salah satu alat yang penting dalam supervisi adalah individual conference, sebab dalam individual conference seorang supervisor dapat bekerja secara individual dengan guru dalam memecahkan problema-problema pribadi yang berhubungan dengan jabatan mengajar (personal and professional problems) misalnya : pemilihan dan pemakaian alat-alat pelajaran tentang penentuan dan penggunaan metode mengajar dan sebagainya.

Tujuannya adalah :

1) Memupuk dan mengembangkan hal mengajar yang lebih baik lagi 2) Memperbaiki kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan

tugasnya di sekolah, misalnya: malas membuat persiapan, kurang membaca buku-buku yang terbaru, malas mengoreksi dan mengembalikan kertas ulangan murid-murid, dan lain-lain

3) Menghilangkan dan menghindari segala prasangka yang bukan-bukan

Jenis-jenis percakapan pribadi menurut George Kyte adalah : 1) Percakapan pribadi setelah kunjungan kelas (formal)

2) Percakapan pribadi melalui percakapan biasa sehari-hari (informal) Menurut Mildred E. Swearingen, jenis percakapan pribadi diantaranya :

1) Classroom-conference, yaitu percakapan pada saat murid-murid tidak ada lagi di kelas, misalnya pada waktu murid-murid beristirahat atau mereka sudah pulang, jadi pelaksanaannya di dalam kelas

2) Office conference, yaitu percakapan yang dilaksanakan di ruang kepala sekolah atau ruang guru, dimana lingkungan fisiknya penuh dengan alat-alat pelajaran yang cukup, misalnya ada gambar-gambar untuk menjelaskan sesuatu, data hasil penyelidikan dan lain-lain. 3) Causal conference, yaitu percakapan yang dilaksanakan secara

kebetulan, yang tidak diharapkan misalnya kepala sekolah kebetulan bertemu dengan seorang guru yang baru selesai mengajar dan sambil berjalan, guru mengemukakakn suatu problema yang dialami dan terjadilah percakapan sambil berjalan.

4) Observational Visitation, yaitu seorang kepala sekolah mengunjungi kelas dimana guru sedang mengajar

B. Konsep Dasar Sekolah Kategori Mandiri (SKM) 1. Pengertian

Menurut penjelasan PP RI No. 19 Tahun 2005 pasal 11 ayat 2 menyebutkan bahwa Sekolah Kategori Mandiri (SKM) adalah sekolah yang hampir atau sudah memenuhi standar nasional pendidikan. Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Standar Nasional Pendidikan terdiri dari delapan standar yaitu standar isi, standar kompetensi lulusan, standar proses, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.

2. Karakteristik

Berdasarkan penjelasan PP No. 19 Tahun 2005 Pasal 11 ayat (2) bahwa ciri Sekolah Kategori Mandiri/ Standar Nasional adalah terpenuhinya standar nasional pendidikan dan mampu menjalankan sistem kredit semester.

Dari ciri tersebut Sekolah Kategori Mandiri/ Sekolah Standar Nasional memiliki profil sebagai persyaratan minimal yang meliputi : a. Dukungan Internal, yang meliputi :

1) Kinerja Sekolah indikator terakreditasi A, rerata nilai UN tiga tahun terakhir minimum 7,00, persentase kelulusan UN ≥ 90 %

untuk tiga tahun terakhir, animo tiga tahun terakhir > daya tampung, prestasi akademik dan non akademik yang diraih, melaksanakan manajemen berbasis sekolah, jumlah siswa per kelas maksimal 32 orang, ada pertemuan rutin pimpinan dengan guru, ada pertemuan rutin sekolah dengan orang tua.

2) Kurikulum, dengan indikator memiliki kurikulum Sekolah Kategori Mandiri, beban studi dinyatakan dengan satuan kredit semester, mata pelajaran yang ditawarkan ada yang wajib dan pilihan, panduan/ dokumen penyelenggaraan, memiliki pedoman pembelajaran, memiliki pedoman pemilihan mata pelajaran sesuai dengan potensi dan minat, memiliki panduan menjajagi potensi peserta didik dan memiliki pedoman penilaian.

3) Kesiapan sekolah, dengan indikator Sekolah menyatakan bersedia melaksanakan Sistem Kredit Semester, Persentase guru yang menyatakan ingin melaksanakan SKS ≥ 90%, Pernyataan staf administrasi akademik bersedia melaksanakan SKS, Kemampuan staf administrasi akademik dalam menggunakan komputer.

4) Sumber Daya Manusia, dengan indikator persentase guru memenuhi kualifikasi akademik ≥ 75%, relevansi guru setiap mata pelajaran dengan latar belakang pendidikan (90 %), rasio guru dan siswa, jumlah tenaga administrasi akademik memadai, tersedia guru bimbingan konseling/ karir.

5) Fasilitas di sekolah, dengan indiktor memiliki ruang kepala Sekolah, ruang wakil kepala sekolah, ruang guru, ruang bimbingan, ruang Unit Kesehatan, tempat Olah Raga, tempat ibadah, lapangan bermain, komputer untuk administrasi, memiliki laboratorium: Bahasa, Teknologi informasi/ komputer, Fisika, Kimia, Biologi, Multimedia, IPS, Perpustakaan yang memiliki koleksi buku setiap mata pelajaran, memberikan Layananan bimbingan karir.

b. Dukungan Eksternal untuk menyelenggarakan SKM (Sekolah Kategori Mandiri) berasal dari dukungan komite sekolah, orang tua peserta didik, dukungan dari Dinas Pendidikan Kabupaten/ Kota, dukungan dari tenaga pendamping pelaksanaan SKS.

C. SMKN Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI)