• Tidak ada hasil yang ditemukan

Petunjuk Teknis ini dimaksudkan sebagai petunjuk bagi pelaksanaan, pengusulan, dan penilaian jabatan peneliti dan angka kreditnya agar diperoleh satu pemahaman dengan tetap mengacu pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: KEP/128/M.PAN/9/2004 tentang Jabatan Fungsional Peneliti dan Angka Kreditnya, Keputusan Bersama Kepala LIPI dan Kepala BKN Nomor 3719/D/2004 dan Nomor 60 Tahun 2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Peneliti dan Angka Kreditnya, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bersama Kepala LIPI dan Kepala BKN Nomor 412/D/2009 dan Nomor 12 Tahun 2009 serta perkembangan kekinian yang disepakati.

Draf Juknis ini telah melalui proses yang panjang diantaranya Pembahasan oleh Tim Penilai Peneliti Pusat (TP3); Pembahasan dengan Panitia Penilai Majalah Ilmiah;

Prasosialisasi dengan mengundang pejabat dan perwakilan peneliti dari

53 kekhususan Juknis JFP ini, masih diperlukan pembahasan lebih lanjut di tahun 2014 agar peraturan ini sesuai dengan hasil evaluasi dan perkembangan iptek, penelitian dan peneliti.

01 2345 3 67898 :634; <34= > 6 :4? 4 ? 8 :8 =@ A@3 BC/E/2005 TENTANG PEDOMAN PEMILIHAN/PENENTUAN BIDANG PENELITIAN DAN ATAU KEPAKARAN PENELITI

Perkembangan nomenklatur instansi pemerintah dan perkembangan kekinian ilmu pengetahuan dan teknologi ini menuntut LIPI untuk melaksanakan revisi Peraturan Kepala LIPI Nomor 03/E/2005 tentang bidang kepakaran peneliti. Revisi bidang kepakaran peneliti ini mempertimbangkan tugas pokok dan fungsi unit kerja penelitian dan pengembangan Kementerian/Lembaga. Acuan tambahan dalam revisi ini adalah standar dari UNESCO,Australian Standard Research Classification(ASRC) tahun 1998 dan

Australian and New Zealand Standard Research Classification(ANZSRC) tahun 2008.

Tahapan yang dilakukan dalam proses revisi adalah dengan membentuk Tim yang berasal dari perwakilan Peneliti Kementerian/LPNK. Tahapan selanjutnya adalah melakukan pengiriman surat meminta kepada Lembaga Litbang Kementerian/LPNK tentang daftar Kepakaran peeliti yang ada saaat ini (existing) dan daftar kepakaran peneliti yang diusulkan.

Tahun 2013 telah dilakukan beberapa kali pembahasan tingkat kedeputian di lingkungan LIPI. Masing-masing satuan kerja/eselon II mengirimkan perwakilan penelitinya untuk membahas revisi bidang kepakaran peneliti. Tahun 2013 masih berupa draf karena masih banyak penyesuaian dan tahapan yang harus dilakukan di tahun 2014.

e. DRAF REVISI PERATURAN KEPALA LIPI NOMOR 04/H/2008 TENTANG PEDOMAN DIKLAT JFP BERJENJANG

Diklat Jabatan Fungsional Peneliti Tingkat Pertama dimaksudkan untuk memberi bekal bagi peneliti yang akan memasuki Jenjang JFP sehingga dapat menjalankan tugasnya secara profesional, di samping sebagai prasyarat dalam pemenuhan kompetensi. Pedoman Diklat JFP Tingkat Pertama disusun sejak tahun 1997 dan telah dilakukan revisi berulang kali mengikuti perkembangan iptek, penelitian dan peneliti. Berdasarkan masukan dari Lembaga Administrasi Negara (LAN), tahun 2006 dilakukan revisi dengan mengubah Panduan Diklat Jabatan Fungsional Peneliti Tingkat I menjadi Pedoman Diklat Jabatan Fungsional Peneliti Tingkat Pertama .

Diklat JFP Tingkat Lanjutan selain dimaksudkan sebagai pemenuhan kompetensi juga bertujuan untuk memberi bekal bagi peneliti yang akan memasuki Jenjang Jabatan Peneliti Madya atau Peneliti Utama sehingga mereka dapat menjalankan tugas lebih profesional.

54 Pada tahun 1998 telah tercetus tentang Diklat Jabatan Fungsional Peneliti Tingkat Lanjutan tetapi baru pada tahun 2004 mulai disusun Garis-garis Besar Program Pembelajaran (GBPP) Diklat Jabatan Fungsional Peneliti Tingkat Lanjutan. Tahun 2007 dilakukan Focussed Group Discussion (FGD) untuk materi yang akan diberikan sehingga lebih tepat.

Pedoman, kurikulum, dan aspek lainnya dari penyelenggaraan Diklat JFP Berjenjang disusun berdasarkan uraian tugas peneliti, standar kompetensi serta mengakomodasi kebutuhan lembaga litbang maupun perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Berdasarkan hasil evaluasi penyelenggaraan Diklat JFP baik Tingkat Pertama maupun Tingkat Lanjutan serta untuk penyesuaian dengan peraturan JFP dan perkembangan iptek terkini, maka perlu dilakukanrDvisi terhadap Peraturan Kepala LIPI Nomor 04/H/2008 tentang Pedoman Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Fungsional Peneliti Berjenjang ini. Pada tahun 2013, revisi ini masih dalam pembahasan Tim dan akan dilanjutkan pada tahun 2014.

f. RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN TENTANG PENELITI

Berbagai latar belakang yang melandasi untuk diaturnya peneliti dengan Pearturan Presiden, diantaranya perbedaan antara aturan Peneliti dan Dosen. Padahal, dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, mempunyai kedudukan yang sama yakni sebagai salah satu unsur sumber daya pada kelembagaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Akan tetapi, kedudukan, fungsi, dan tujuan serta hak dan kewajiban Dosen sudah diatur oleh peraturan perundang-undangan yang tertinggi, yaitu Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, serta Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Sedangkan kedudukan Peneliti hanya diatur oleh keputusan setingkat Menteri yaitu Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (MENPAN) Nomor KEP/128/M.PAN/9/2004 tentang Jabatan Fungsional Peneliti dan Angka Kreditnya.

Selain itu juga, profesi peneliti tidak hanya terdapat di instansi pemerintah yang berstatus PNS, namun juga terdapat di lembaga swasta lain. Padahal tujuan utama kegiatan penelitian adalah sama yaitu memajukan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Maka, perlu diatur keseragaman, baik jenjang maupun aturan lain agar hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, baik swasta maupun PNS dapat sejalan demi kemajuan bangsa.

Rancangan Perpres yang disusun oleh Pusbindiklat dan BKPI LIPI ini telah melalui proses harmonisasi dengan mengundang Kementerian/LPNK yang terkait yaitu melalui pembahasan tanggal 10 April 2013 yang dihadiri oleh Kementerian Ristek, Sekretaris

55 Kabinet, BKN dan beberapa pejabat di lingkungan LIPI. Masih diperlukan beberapa kali pembahasan untuk harmonisasi dan penyempurnaan rancangan Perpres yang rencananya akan dilaksanakan pada tahun 2014.

EF G HIJKJLHIJMN OPN QLRS HQT JOMR QHQMNQN KJL JJQU V QNIJ H(T J OMN QJ QU V)

Organisasi peneliti merupakan forum komunikasi para peneliti yang diharapkan dapat mewadahi seluruh aspirasi dan kepentingan para peneliti Indonesia, yang secara terus menerus harus ditingkatkan kemampuannya dalam menghasilkan invensi, inovasi, paten, kebijakan, serta hak kekayaan intelektual lainnya. Dengan adanya wadah ini diharapkan jumlah paten dan karya tulis ilmiah yang dipublikasikan dalam jurnal internasional, jumlah kebijakan pemerintah yang berdasarkan penelitian meningkat, sehingga dapat mensejajarkan kualitas peneliti Indonesia dengan peneliti di negara-negara maju.

Untuk mewujudkan pokok-pokok pikiran di atas, berbagai potensi peneliti yang ada di Indonesia perlu dihimpun dalam suatu wadah organisasi profesi peneliti. Oleh karena itu LIPI, Kementerian Pertanian dan Kementerian Keuangan menginisiasi pembentukan organisasi profesi peneliti Indonesia. Pembentukan organisasi profesi peneliti ini diawali dengan FGD tanggal 6 September 2012 di Borobudur. Selain itu juga melalui diskusi atau rapat-rapat dengan Tim yang dilaksanakan sepanjang tahun 2013.

Pusbindiklat Peneliti-LIPI bekerjasama dengan Badan Kajian Fiskal telah melaksanakan kongres pertama Himpenindo yang dilaksankan pada tanggal 17 Oktober 2013 di Hotel Borobudur. Dalam kongres ini dipilih Ketua, pengurus inti dan dewan pakar Himpenindo periode tahun 2013-2018. Kongres dihadiri oleh peneliti perwakilan Kementerian dan LPNK, perguruan tinggi, NGO dan peneliti swasta lainnya.

Pusbindiklat Peneliti LIPI juga memfasilitasi pelantikan pengurus pusat dan pengukuhan dewan pakar Himpenindo pada tanggal 13 Desember 2013. Acara pelantikan dan pengukuhan tersebut diawali dengan kegiatan debat calon presiden RI tahun 2014 yang dihadiri oleh Dr. Wiranto, SH., MM. dan Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra dengan tema debat Penelitian dan Iptek untuk meningkatkan Daya Saing, Kemajuan dan Kesejahteraan Bangsa

WF XNYJ IJOV URKU JSKHLZHP HL HQGRQ[IJ V QHKMNQN KJL JL JQ[S HLMNXLHO H

Penulisan modul Diklat JFP Tingkat Pertama dirintis sejak tahun 2004. Rintisan dimulai dengan diselenggarakannyaFocused Group Discussion(FGD) tentang isi dan materi yang akan disampaikan. Berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan Diklat JFP Tingkat Pertama serta penyesuaian dengan peraturan JFP terkini dan perkembangan iptek terkini, maka perlu dilakukan revisi terhadap modul yang ada.Pada tahun 2011 dan 2012 telah

56 dilakukan revisi terhadap beberapa modul diklat JFP Tingkat Pertama. Sedangkan pada tahun 2013 dilakukan revisi modul materi:

1. Konsep Iptek

2. Pengembangan Potensi Individu 3. Dinamika Kelompok

4. Hak Kekayaan Intelektual

Revisi modul diklat dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu penyusunan revisi, seminar terbatas, editing bahasa, legalitas dan pendaftaran ISBN.

\] ^ _` ab _c d e_^f _gh `b a gd g _i bd jh k_gh l_m _^ _n h ^l h _n j _c ` dcod^ a ^ __c

l_m_^_nh^lh_nWIDYARISET.

a) Evaluasi proses akreditasi majalah ilmiah

Evaluasi terhadap proses akreditasi majalah ini menjadi salah satu rangkaian proses penerapan sistem manajemen mutu yang dipersyaratkan. Di samping itu, evaluasi dilakukan juga untuk mengontrol pelaksanaan proses akreditasi majalah ilmiah apakah sesuai dengan pedoman maupun harapan stakeholders. Evaluasi ini menggunakan instrumen kuesioner Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) sesuai dengan amanat Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara melalui Keputusan Men.PAN Nomor: 63/KEP/M.PAN/7/2003.

Berdasarkan hasil evaluasi dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

a. Dari sepuluh indikator, terdapat satu indikator yaitu Aksesibilitas Akreditasi Majalah Ilmiah secara online dengan kategori tidak baik. Indikator pelayanan yang tidak baik ini patut dijadikan prioritas dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan;

b. Pengukuran IKM secara keseluruhan dari proses akreditasi periode I, II dan III menunjukkan hal yang positif dan dikategorikan dalam kondisi yang baik atau bagus. Kinerja yang baik ini perlu dipertahankan maupun ditingkatkan di masa mendatang;

b) Evaluasi Pengelolaan Majalah Ilmiah Widyariset

Sama seperti halnya dengan pelayanan akreditasi majalah ilmiah, evaluasi terhadap pengelolaan majalah ilmiah Widyariset ini juga menggunakan instrumen kuesioner yang diadopsi dari Keputusan MenPAN Nomor: 63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik.

Berdasarkan hasil evaluasi terhadap penulis Widyariset Volume 15 Nomor 1 dan 2, dijelaskan bahwa secara umum proses pengelolaan majalah ilmiah Widyariset menunjukkan hal yang positif dan dikategorikan dalam kondisi yang baik atau bagus.

57 Dari seluruh item pertanyaan pada kuesioner penilaian terhadap unsur pelayanan, unsur respon petugas dalam memberikan informasi mendapatkan nilai tertinggi. Sedangkan unsur kejelasan informasi prosedur pelayanan mendapatkan nilai terendah. Indikator pelayanan yang tidak baik ini patut dijadikan prioritas dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan di masa mendatang.

j. pqr st usvss v s wx yz yvz q{vsr x s v SURVEILENCE AUDIT uy uzq| | s vs }q| qv |wzwy u~€€ :2008.

Penerapan ISO 9001:2008 di Pusbindiklat Peneliti-LIPI bagi kegiatan Proses Akreditasi Majalah Ilmiah dan Pengelolaan Majalah Ilmiah Widyariset merupakan bagian dari upaya memberikan pelayanan maksimal bagi stakeholder . Pada tahun 2013, sebagai upaya kontrol dari penerapan ISO tersebut yang telah dimulai sejak tahun 2011, telah dilakukan pelaksanaan audit internal sebanyak satu kali dan pelaksanaansurveilence auditsebanyak satu kali. Dengan upaya ini, proses yang telah berjalan, maupun hal-hal yang masih perlu ditingkatkan menjadi perhatian bagi pengelola akreditasi majalah ilmiah dan pengelola majalah ilmiah Widyariset.

k. PENYUSUNAN PEDOMAN DIKLAT TEKNIS BESERTA BUKU AJARNYA

Berbagai masukan dan permintaan akan peningkatan kompetensi SDM dilingkungan Litbang mengarahkan Pusbindiklat Peneliti-LIPI untuk berinisiatif menyusun hal yang terkait dengan pembinaan peneliti nasional, salah satunya dengan mengupayakan penyusunan pedoman diklat teknis beserta buku ajarnya.

Pada tahun 2013, Pusbindiklat telah menyusun empat draf pedoman diklat beserta buku ajarnya, yaitu:

a) Pedoman Diklat Teknis Penyusunan Proposal;

b) Pedoman Diklat Teknis Penelitian dan Pengolahan Data Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan (IPSK);

c) Pedoman Diklat Teknis Penelitian dan Pengolahan Data Bidang Ilmu Pengetahuan Alam dan Teknik (IPA/IPT);

d) Pedoman Diklat Teknis Penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI).

l. PENYUSUNAN DRAF PEDOMAN PEMBERIAN KEWENANGAN PENYELENGGRAAN

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PENELITI TINGKAT

Dokumen terkait