• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN

2.1 Telaah Pustaka

2.1.1. Perubahan Laba

Laba menurut Muljono (1999) merupakan kelebihan hasil (revenue) dari biaya seluruh pos pendapatan dan rugi , biaya tidak termasuk bunga, pajak dan bagi hasil. Perubahan laba merupakan perbedaan antara pendapatan dalam suatu periode dan biaya yang dikeluarkan untuk mendatangkan perubahan laba. Dalam akuntansi, perbandingan tersebut memiliki 2 tahap proses pengukuran secara fundamental yaitu pengukuran pendapatan sesuai dengan prinsip realisasi dan pengukuran biaya. Perbandingan yang tepat atas pendapatan dan biaya dilakukan dalam laporan perubahan laba rugi. Penyajian informasi perubahan laba yang penting dibanding dengan pengukuran kinerja yang mendasarkan pada gambar meningkatnya/menurunnya modal usaha. Lebih lanjut informasi perubahan laba juga dapat digunakan untuk memprediksi pertumbuhan perubahan laba dimasa mendatang (Ediningsih, 2004).

Rasio keuangan adalah perbandingan antara dua elemen laporan keuangan yang menunjukkan suatu indikator kesehatan keuangan pada waktu tertentu. Dengan demikian, rasio keuangan bermanfaat untuk menentukan perubahan laba dengan fenomena ekonomi. Adanya pertumbuhan laba yang terus meningkat dari tahun ke tahun akan memberi signal positif mengenai kinerja perusahaan.

Pertumbuhan laba perusahaan yang baik mencerminkan bahwa kinerja perusahaan yang baik karena laba merupakan ukuran kinerja dari suatu perusahaan, maka semakin tinggi laba yang dicapai perusahaan, mengindikasikan semakin baik kinerja perusahaan. Dengan demikian, apabila rasio keuangan perusahaan baik maka pertumbuhan laba perusahaan juga baik (Meriawaty, 2005).

Perubahan laba dinyatakan dalam rumus :

Perubahan Laba = L(i,t) – L(it-n) ………. (1) Keterangan : Li,t = Laba periode t

Lit-n = Laba periode t-1

2.1.2. Analisis Rasio Keuangan

Analisis rasio keuangan merupakan analisis dengan jalan membandingkan satu pos dengan pos laporan keuangan lainnya baik secara individu maupun bersama-sama guna mengetahui hubungan diantara pos tertentu, baik dalam neraca maupun laporan rugi laba (Jumingan, 2006).

Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti). Rasio keuangan ini hanya menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya. Dengan penyederhanaan ini, kita dapat menilai secara cepat hubungan antara pos dan dapat membandingkannya dengan rasio lainnya sehingga dapat memperoleh informasi dan memberikan penilaian.

2.1.2.1 Net Profit Margin (NPM)

NPM menunjukkan perbandingan antara laba bersih dengan penjualan (Hanafi dan Halim, 2005). Rasio ini digunakan untuk menghitung sejauh mana kemampuan bank yang bersangkutan dalam menghasilkan laba bersih (net income) ditinjau dari sudut operating incomenya.

NPM mengacu kepada pendapatan operasional bank yang terutama berasal dari kegiatan pemberian kredit yang dalam prakteknya memiliki berbagai risiko kredit (kredit bermasalah dan kredit macet), bunga (negative spread), kurs valas (jika kredit diberikan dalam valas) dan lain-lain.

Semakin tinggi tingkat net profit margin rasio bank yang bersangkutan menunjukkan hasil yang semakin baik, demikian sebaliknya (Muljono, 1999).

Secara sistematis NPM dapat dirumuskan sebagai berikut :

NPM =

ncome OperatingI

NetIncome

……… (2)

2.1.2.2. Loan to Deposit Ratio (LDR)

LDR mencerminkan kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya, dengan kata lain seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah kredit dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit, dengan cara membandingkan jumlah kredit yang diberikan dengan total dana pihak ketiga. Besarnya LDR mengikuti perkembangan kondisi ekonomi Indonesia dan sejak akhir tahun 2001

bank dianggap sehat apabila besarnya LDR antara 80% sampai dengan 110% (Masyhud Ali, 2004).

Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar.

Rasio likuiditas diproksikan dengan LDR, yang merupakan rasio kredit yang diberikan terhadap dana pihak ketiga (Giro, Tabungan,Sertifikat Deposito, dan Deposito). LDR ini dimaksudkan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi pembayaran kembali deposito yang telah jatuh tempo kepada deposannya serta dapat memenuhi permohonan kredit yang diajukan tanpa terjadi penangguhan.

Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (SE BI No 3/30DPNP tgl 14 Desember 2001):

Total Kredit

LDR =

Total Dana Pihak Ketiga .…………... (3)

2.1.2.3. Non Performing Loan (NPL)

Bank dalam memberikan kredit harus melakukan analisis terhadap kemampuan debitur untuk membayar kembali kewajibannya. Setelah kredit diberikan, bank wajib melakukan pemantauan terhadap penggunaan kredit serta kemampuan dan kepatuhan debitur dalam memenuhi kewajibannya. Bank melakukan peninjauan, penilaian dan pengikatan terhadap agunan untuk memperkecil resiko kredit (Masyud Ali,2004).

NPL merupakan rasio yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menyanggah resiko kegagalan pengembalian kredit oleh debitur (Komang Darmawan,2004).

Rasio Kredit diproksikan dengan Non Performing Loan (NPL), yang merupakan perbandingan antara total kredit bermasalah terhadap total kredit yang diberikan. Credit Risk adalah risiko yang dihadapi bank karena menyalurkan dananya dalam bentuk pinjaman kepada masyarakat (Masyud Ali, 2006). Karena berbagai sebab, debitur mungkin saja menjadi tidak memenuhi kewajibannya kepada bank seperti pembayaran pokok pinjaman, pembayaran bunga dll.

Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (SE BI No 6/73/INTERN DPNP tgl 24 Desember 2004) :

Total Kredit Bermasalah NPL =

Total Kredit ………..………... (4)

2.1.2.4. Biaya Operasi Terhadap Pendapatan Operasi (BOPO)

Rasio Biaya Operasi terhadap Pendapatan Operasi (BOPO) atau yang sering disebut rasio efisiensi digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasi terhadap pendapatan operasional. Biaya operasi merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam rangka menjalankan aktivitas usaha pokoknya (seperti biaya bunga, biaya tenaga kerja, biaya pemasaran dan biaya operasi lainnya). Pendapatan operasi merupakan pendapatan utama bank, yaitu pendapatan bunga yang diperoleh dari penempatan dana dalam bentuk kredit dan pendapatan operasi lainnya.

Semakin kecil BOPO menunjukkan semakin efisien bank dalam menjalankan aktifitas usahanya atau dengan kata lain semakin tinggi rasio BOPO maka kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin besar. Bank yang sehat rasio BOPO nya kurang dari 1, sebaliknya bank yang kurang sehat rasio BOPO nya lebih dari 1. Dengan kata lain, BOPO berhubungan negatif dengan kinerja bank sehingga diprediksikan juga berpengaruh negatif terhadap perubahan laba. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (SE BI No 6/73/INTERN DPNP tgl 24 Desember 2004) :

Total Beban Operasional BOPO =

Total Pendapatan Operasional ..………... (5)

Dokumen terkait