• Tidak ada hasil yang ditemukan

Telekomunikasi Indonesia, Tbk

Dalam dokumen TA Bab 1 5 Hsl Revisi 23 Juni 07 (Halaman 33-43)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

7. Telekomunikasi Indonesia, Tbk

PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. bergerak dalam bidang telekomunikasi. Perusahaan yang berdiri pada tanggal 24 September 1991 listing di Bursa Efek Jakarta pada tanggal 14 November 1995. Pemegang sahamnya adalah Negara Replubik Indonesia seri B (66,19%) dan PT KSEI (33,60%).

8. United Tractor, Tbk.

PT United Tractor, Tbk. didirikan pada tanggal 13 Oktober 1972 dengan nama PT Inter Astra Motor Works, berdasar akta pendirian No. 69 oleh notaris Djojo Muljadi, SH. Ruang lingkup kegiatan perusahaan dan anak perusahaan meliputi penjualan dan penyewaan alat-alat berat beserta pelayanan purna jual dan kontraktor serta penambangan. Perusahaan ini

mulai beroperasi pada tahun 1973. perusahaan ini berkedudukan di Jakarta dan mempunyai 18 cabang, 11 kantor lokasi dan 11 kantor perwakilan yang terbesar di seluruh Indonesia, kantor pusatnya berlokasi di Jl. Bekasi km. 22, cakung Jakarta.

9. Unilever Indonesia, Tbk.

PT Unilever Indonesia, Tbk. didirikan pada tanggal 5 Desember 1933. pada tahun 2003 perusahaan ini mampu membukukan laba positif sebagai dampak dari stabilnya nilai tukar rupiah. Penjualan yang dilakukan perusahaan ini mengalami penurunan meskipun proporsi hutang dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Kegiatan usaha perseroan meliputi pembuatan sabun, deterjen, margarin dan makanan berinti susu, es krim, minuman dengan bahan pokok teh, dan produk-produk kosmetik.

10. Semen Cibinong, Tbk.

PT Semen Cibinong, Tbk. berdiri pada tahun 1971 yang terletak di Naragong, Cileungsi Bogor. Dengan kapasitas produksi 3 juta ton per tahun.

C Hasil Penelitian

Model Indeks Tunggal berfluktuasi searah dengan Indeks harga pasar, dan dapat diartikan jika pasar dalam keadaan baik maka harga saham juga akan meningkat, begitu juga sebaliknya jika pasar dalam keadaan lesu maka harga saham dengan sendirinya akan mengalami penurunan.

Penentuan portofolio yang optimal dengan menggunkan indeks tunggal dapat dilakukan dengan cara :

1. Menentukan saham individual yang layak masuk kedalam portofolio. Untuk menentukannya dapat dilakukan dengan cara :

a. Menghitung return saham individual (Ri)

Return saham individual dapat dihitung dengan cara mengurangi harga penutupan saham bulan ini dengan harga penutupan bulan sebelumnya dan dibagi dengan harga penutupan bulan sebelumnya. Hasil perhitungan dari return saham individual (Ri) dapat dilihat dalam lampiran 1 dan 4. Rata-rata return saham individual tertinggi dimiliki oleh ANTM dengan nilai sebesar 0,05432, sedangkan return saham individual terendah dimiliki oleh ISAT dengan nilai sebesar 0,00074. Berdasarkan hasil perhitungan diatas maka investor dapat memilih perusahaan yang memiliki tingkat pengembalian yang tinggi karena investor akan mampu memperoleh keuntungan yang maksimal. Tingkat pengembalian dari return saham individual dapat dilihat dalam tabel 4.2.

Tabel 4.2. Rata-rata Tingkat Pengembalian Saham

No Kode E(Ri) 1 ANTM 0,05432 2 UNTR 0,05342 3 INTP 0,03297 4 SMCB 0,02103 5 INDF 0,01881 6 UNVR 0,01806 7 TLKM 0,0149 8 GJTL 0,00526 9 MEDC 0,031 10 ISAT 0,00074

b. Menghitung Return Pasar (Rm)

Return pasar dihitung dengan cara mengurangi indeks harga saham Jakarta Islamic Index bulan ini dengan indeks harga saham Jakarta IslamicIndex bulan sebelumnya dan dibagi dengan indeks harga saham bulan sebelumnya. Rata-rata return pasar dari periode 2004 –2006 untuk seluruh perusahaan yang menjadi sampel penelitian dapat dilihat dalam lampiran 3 dan 4. Hasil perhitungan dari return pasar (Rm) dalam lampiran 3 dan 4 diperoleh hasil sebesar 0,02679. Return pasar pada saham-saham Jakarta Islamic Index bersifat positif yang dapat diartikan bahwa investasi pada saham-saham Jakarta Islamic Index cukup menjanjikan dalam memberikan keuntungan.

2. Mengukur Risiko

Risiko portofolio dibagi menjadi dua yaitu :

a. Risiko Sistematis

Risiko sistematis atau risiko pasar merupakan bagian dari sekuritas yang tidak dapat dihilangkan dengan membentuk portofolio. Risiko sistematis terjadi karena adanya perubahan tingkat inflasi, naiknya tingkat suku bunga Bank. Risiko sistematis terdiri

dari beta ( ) dan varian pasar ( 2

M

 ). Perhitungan dari beta dapat dilihat pada lampiran 4, beta masing-masing sekuritas dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3. Beta ( ) Masing-masing Sekuritas No Kode β 1 ANTM 1,341 2 UNTR 1,091 3 INTP 1,9 4 SMCB 1,533 5 INDF 1,087 6 UNVR 0,618 7 TLKM 0,841 8 GJTL 1,355 9 MEDC 0,765 10 ISAT 1,478

Sumber : Lampiran 4 (data diolah)

Berdasarkan tabel 4.3. diatas dapat dilihat bahwa dari 10 perusahaan yang menjadi sampel penelitian semuanya menghasilkan beta () positif. Beta tertinggi dimiliki oleh ISAT dengan nilai sebesar 1,478, dan beta terendah dimiliki oleh UNVR dengan nilai

sebesar 0,618. Varian pasar ( 2

M

 ) merupakan risiko pasar. Varian pasar pada saham-saham Jakarta Islamic Index yang menjadi sampel penelitian sebesar 0,110.

b. Risiko Non Sistematis.

Risiko non sistematis merupakan risiko yang dapat dihilangkan dengan jalan deversifikasi yaitu dengan jalan membentuk portofolio. Risiko ini bersifat unik bagi perusahaan, karena apabila terjadi hal buruk pada suatu perusahaan maka akan diimbangi dengan hal baik yang terjadi di perusahaan lain. Risiko non sistematis tertinggi dimiliki oleh perusahaan UNVR dengan nilai

sebesar 5,55262, sedangkan risiko non sistematis terendah dimiliki oleh perusahaan ISAT dengan nilai 0,12817376. Hasil perhitungan dari risiko non sistematis dapat dilihat dalam tabel 4.4.

Tabel 4.4. Perhitungan Risiko Non Sistematis

No Kode β σim σei2 Total risiko

1 ANTM 1,341 0,147 0,42334 0,46521 2 UNTR 1,091 0,12 0,72565 0,17977 3 INTP 1,9 0,208 0,40091 0,98691 4 SMCB 1,533 0,168 0,49972 0,51558 5 INDF 1,087 0,119 0,13866 0,93443 6 UNVR 0,618 0,068 0,00753 5,55262 7 TLKM 0,841 0,092 0,08023 0,96686 8 GJTL 1,355 0,148 1,18583 0,16955 9 MEDC 0,765 0,084 0,14374 0,44581 10 ISAT 1,478 0,162 1,86771 0,12817376

Sumber : Lampiran 4 (data diolah) 3. Portofolio Optimal

Investor dalam memutuskan untuk berinvestasi mereka selalu mengharapkan tingkat pengembalian yang maksimal dengan risiko yang minimal. Pengambilan keputusan seperti itu dapat dilakukan dengan menggunakan analisis portofolio, karena dalam analisis tersebut memberikan tingkat pengembalian terbesar dengan risiko yang sama atau memberikan risiko yang kecil dengan tingkat pengembalian yang sama. Pembentukan portofolio yang optimal dengan menggunakan indeks tunggal didasarkan pada sebuah angka yang dapat digunakan untuk menentukan apakah saham tersebut dapat dimasukkan dalam portofolio optimal. Angka yang dimaksud dalam hal ini adalah ekses return dengan

beta (ERB). ERB menunjukkan dua faktor yang menentukan investasi, yaitu return dan risiko.

Portofolio optimal dengan indeks tunggal dapat ditentukan dengan beberapa cara. Pertama, mengurutkan sekuritas berdasarkan nilai ERB terbesar ke nilai ERB terkecil. Sekuritas yang memiliki nilai ERB terbesar adalah sekuritas yang menjadi kandidat portofolio optimal. Pada tabel 5.5 dibawah ini dapat dilihat sekuritas yang memiliki nilai ERB terbesar sampai nilai ERB terkecil. ERB terbesar dimiliki oleh perusahaan UNTR dengan nilai ERB 0,0093 dan nilai ERB terkecil dimiliki oleh perusahaan INTP dengan nilai ERB –0,0054.

Tabel 4.5. Nilai ERB dari Masing-masing Sekuritas

No Kode ERB 1 UNTR 0,0093 2 ANTM 0,0082 3 UNVR -0,0408 4 TLKM -0,0338 5 ISAT -0,0288 6 GJTL -0,0281 7 INDF -0,0225 8 MEDC -0,0161 9 SMCB -0,0145 10 INTP -0,0054

Sumber : Lampiran 2 dan 5 (data diolah)

Kedua, menentukan nilai Ai, Bi, Aj, Bj dari masing-masing sekuritas. Ketiga, menentukan nilai Ci. Keempat, menentukan nilai dari Cut Off Point (C*). Besarnya nilai C* adalah nilai Ci dimana nilai ERB terakhir kali masih lebih besar dari nilai Ci. Pada tabel 6.6 dibawah ini dapat dilihat perhitungan dari langkah kedua sampai langkah keempat.

Tabel 4.6. Perhitungan Nilai Ai, Bi, Aj, Bj, dan Ci No Kode Ai Bi Aj Bj Ci 1 UNTR 0,0152 1,6403 -0,6311 39,0190 0,0006 2 ANTM 0,0349 4,2478 0,0349 4,2478 0,0013 3 UNVR -2,0715 50,72032 -2,70262 89,7393 -0,0280633 4 TLKM -0,2977 8,815667 -0,64634 37,37869 -0,0093292 5 ISAT -0,0337 1,169605 -0,28318 24,4916 -0,001388 6 GJTL -0,0435 1,548304 -0,00856 5,796145 -0,0017639 7 INDF -0,192 8,52134 -0,20054 14,31748 -0,0060724 8 MEDC -0,0655 4,071414 -0,34864 28,56302 -0,0024097 9 SMCB -0,0683 4,702812 -2,77093 94,44211 -0,0024577 10 INTP -0,049 9,004515 -0,2495 23,322 -0,0015252

Sumber : Lampiran 4 dan 5 (data diolah)

Kelima, membentuk portofolio optimal. Sekuritas yang mempunyai nilai ERB lebih besar atau sama dengan nilai ERB di titik Ci dimasukkan kedalam kandidat portofolio optimal, sedangkan nilai ERB terkecil dari nilai ERB di titik Ci tidak dimasukkan kedalam kandidat portofolio optimal. Pada tabel 7.7 dibawah ini dapat dilihat sekuritas-sekuritas yang menjadi kandidat portofolio optimal.

Tabel 4.7. Kandidat Portofolio Optimal

No Kode ERB Ci Keterangan

1 UNTR 0,0093 0,0006 Optimal

2 ANTM 0,0082 0,0013 Optimal

3 UNVR -0,0408 -0,02806 Tidak optimal

4 TLKM -0,0338 -0,00933 Tidak optimal

5 ISAT -0,0288 -0,00139 Tidak optimal

6 GJTL -0,0281 -0,00176 Tidak optimal

7 INDF -0,0225 -0,00607 Tidak optimal

8 MEDC -0,0161 -0,00241 Tidak optimal

9 SMCB -0,0145 -0,00246 Tidak optimal

10 INTP -0,0054 -0,00153 Tidak optimal

Sumber : Lampiran 5 (data diolah) 4. Menentukan Proporsi Sekuritass

Setelah sekuritas yang membentuk portofolio optimal ditentukan, maka dihitung juga berapa besar proporsi masing-masing sekuritas didalam portofolio optimal. Besarnya proporsi masing-masing sekuritas dapat dilihat dalam tabel 8.8.

Tabel 4.8. Proporsi Sekuritas Yang Terpilih

No Kode Xi Wi

1 ANTM 0,0219 1,0

2 UNTR 0,0131 1,0

Sumber : Lampiran 5 (data diolah)

Berdasarkan tabel diatas ternyata proporsi portofolio optimal tertinggi dimiliki oleh saham ANTM dengan proporsi sekuritas sebesar 0,0219 atau 2,19 % dan untuk proporsi portofolio terendah dimiliki oleh saham UNTR dengan proporsi sekuritas sebesar 0,0131 atau 1,31 %. 5. Menentukan Risiko Portofolio

Risiko dari portofolio adalah seberapa besar risiko yang akan dialami oleh investor setiap kenaikan tingkat pengembalian. Semakin tinggi risiko maka akan semakin tinggi tingkat pengembalian. Perhitungan dari risiko portofolio dapat dilihat dalam tabel 9.9. Risiko portofolio tertinggi dimiliki oleh UNTR dengan nilai risiko sebesar 682,594 dan nilai risiko terendah dimiliki oleh ANTM dengan nilai 232,455.

Tabel 4.9. Perhitungan Risiko Portofolio

No Kode β σei σM2 Wi σp2

1 ANTM 1,3410 15,240 0,11 1 232,455 2 UNTR 1,0910 26,124 0,11 1 682,594

Sumber : Lampiran 5 (data diolah) 6. Pembahasan Hasil Analisa Data

Sekuritas masuk dalam portofolio optimal apabila nilai ERB lebih besar atau sama dengan nilai ERB di titik Ci, sedangkan sekuritas yang tidak termasuk portofolio optimal jika nilai ERB lebih kecil dari ERB di titik Ci. Metode indeks tunggal yang digunakan untuk menganalisa data menghasilkan 2 sekuritas yang optimal yaitu pertama, ANTM dengan nilai ERBi sebesar 0,0082 dan nilai Ci sebesar 0,0013, kedua, UNTR dengan nilai ERBi sebesar 0,0093 dan nilai Ci sebesar 0,0006. Kedua sekuritas tersebut mempunyai nilai ERBi lebih besar dengan nilai ERB di titik Ci sehingga layak masuk dalam kategori portofolio optimal. Sedangkan 8 sekuritas yang lainnya yaitu UNVR, TLKM, ISAT, GJTL, INDF, MEDC, SMCB, INTP menghasilkan portofolio tidak optimal, karena nilai ERBi lebih kecil dengan nilai ERB di titik Ci. Saham yang masuk dalam portofolio optimal kemudian dihitung proporsi dan besarnya risiko saham. Perhitungan dari proporsi dan risiko saham dapat dilihat pada tabel 4.10.

Tabel 4.10. Proporsi Dan Risiko

No Kode β σei σei2 ERBi Ci σM2 Xi Wi σp2

1 ANTM 1,341 15,240 0,423 0,0082 0,0013 0,110 0,022 1,0 232,455 2 UNTR 1,091 26,124 0,726 0,0093 0,0006 0,110 0,013 1,0 682,594 Sumber : Lampiran 5 (data diolah)

Berdasarkan hasil analisa pada tabel 4.10 menghasilkan besarnya proporsi untuk ANTM sebesar 0,022 dengan risiko sebesar 232,455 dan untuk UNTR menghasilkan proporsi sebesar 0,013 dengan risiko sebesar 682,594. Tingkat pengembalian yang diharapkan dari kedua sekuritas tersebut untuk ANTM sebesar 0,0543 dan untuk UNTR sebesar 0,0534.

BAB V

Dalam dokumen TA Bab 1 5 Hsl Revisi 23 Juni 07 (Halaman 33-43)

Dokumen terkait