• Tidak ada hasil yang ditemukan

TELEVISI TELEVISION

Dalam dokumen (7.75 MB) (Halaman 110-117)

empat grup media terbesar terus menawarkan tayangan hiburan, drama dan variety/anak–anak yang populer untuk pemirsa dan tetap menarik untuk pengiklan. MNC memiliki pangsa pasar dan iklan yang besar dibandingkan keempat FTA TV media grup. Secara umum, pangsa pemirsa TV tetap kuat walau peringkat poin bruto (GRP) pada industri telah melemah di beberapa tahun terakhir dimana mata konsumer sedang tertuju pada media sosial secara khususnya.

Peraturan yang mengatur DTT tetap ambigu, dengan sedikit kejelasan tentang kapan hukum akan diteruskan. Peraturan awalnya diberlakukan pada tahun 2012 melalui keputusan menteri. Namun, tantangan saat ini adalah hukum yang ditunggangi oleh sejumlah pemain, pengadilan memutuskan bahwa peraturan harus ditulis ulang dan diberlakukan sebagai hukum, dengan persetujuan DPR.

entertainment, drama and variety/kids groups offered by the big four media groups continued to rate well with audiences and remain attractive to advertisers. MNC control the lion’s share of audiences and advertising across four FTA TV media group. In general, TV audience share is robust, though gross rating points (GRPs) for the industry have softened in recent years as eyeballs move to social media in particular.

Regulations governing DTT remain ambiguous, with little clarity on when a law will be passed. The regulations were originally enacted in 2012 via a ministerial decree. However, following legal challenges mounted by a number of players, the courts ruled that the regulations would have to re-written and enacted as a law, with parliament’s approval.

Di Indonesia, peta TV berlangganan tradisional sudah terfragmentasi. Pasar TV berlangganan resmi berdasarkan data pelanggan-pelanggan yang secara aktif “membayar” hanya mencapai angka 3,9 juta pelanggan di bulan Desember tahun 2015, dengan penetrasi sebesar 11%. Pasar ilegal (pembajakan) telah mencapai lebih dari 4 juta pelanggan, dengan penetrasi sebesar 12%. Ada pertumbuhan pembajakan kabel secara propinsi dan pasar pengguna TV satelit secara yang besar namun tidak terorganisir yang menjaring sebanyak 12 juta rumah.

Pembajakan, persaingan harga untuk pasar menengah ke bawa (low end), penurunan angka pelanggan dan melemahnya nilai rupiah telah berdampak pada pertumbuhan industri TV-berlangganan di tahun 2015, terendah sejak 2011. MPA memprediksi pelanggan TV berlangganan akan naik dari 3,9 juta di tahun 2015 menjadi 6,4 juta pada tahun 2020, dengan implementasi penetrasi di atas 11% hingga hampir 15.5%. Total keuntungan bersih TV berlangganan diperkirakan akan meningkat dari 450 juta dolar AS di tahun 2015 menjadi 720 juta dolar AS pada tahun 2020 dengan rata-rata CAGR sebesar 10%.

In Indonesia, the traditional pay-TV landscape is fragmented. The legal market for pay-TV, based on active “paying” subs comprised 3.9 million subscribers in Dec. 2015, 11% penetration. The illegal market (i.e. piracy) had more than 4 million subs, 12% penetration. There is growing provincial cable piracy and a large but unorganized freesat market with 12 million homes.

Piracy, price competition at the low end of the market, rotational subscriber churn and a weak rupiah has adversely impacted customer growth across the pay-TV industry in 2015, the softest since 2011. MPA expects pay-TV subscribers to climb from 3.9 million in 2015 to 6.4 million by 2020, implying penetration upside of 11% to 15.5%. Total pay-TV industry revenue is expected to grow from US$450 million in 2015 to US$720 million in 2020 at a CAGR of 10%.

TV-BeRlanGGanan

pay-Tv

trEn pELanggan Dan pEnEtrasi tV bErLangganan Di inDonEsia

INdoNeSIa pay-Tv SUbSCRIbeR aNd peNeTRaTIoN TReNdS

2014

2015

2016

2017

2018

2019

2020

18% 16% 14% 12% 10% 8% 6% 4% 2% 0% 7 pay-tV

subs (mil.) penetration (%)pay -tV

6 5 4 3 2 1 0

Sektor cetak di Indonesia menurun hingga 10,7% di tahun 2015, didorong oleh pemotongan anggaran iklan dan meningkatnya alokasi ke digital. Walaupun media cetak nasional telah menghadapi penghematan dalam pangsa iklan, dampaknya telah lebih terasa pada bagian regional.

Harian Kompas (Jakarta dan nasional), Koran Sindo (nasional), Jawa Pos (Surabaya dan Jawa Timur) dan ratusan pemain lokal lainnya adalah pemain kunci dalam industri koran harian. Koran- koran besar memiliki investor yang strategis dan media online terintegrasi. Pertumbuhan iklan mulai berkurang dalam sektor majalah, seiring dengan penurunan pembacanya. Pembaca lebih condong kepada kaum wanita dan usia yang lebih muda. Iklan di kategori kecantikan masih menjadi faktor utama periklanan dalam majalah. Femina, Tempo, MRI (Cosmo) dan Kompas Gramedia adalah pemain utama dalam industri majalah.

Data MPA mengindikasikan bahwa iklan koran menurun hingga 11,1% sementara iklan majalah menurun hingga 7,6% di tahun 2015.

Indonesia’s print sector declined 10.7% in 2015, driven by cuts in advertising budgets and increasing allocations to digital. Although national print media has faced cutbacks in ad share, the impact has been more pronounced on regional titles.

Key dailies include Kompas Daily (Jakarta and national), Koran Sindo (national), Jawa Pos (Surabaya and east Java) and hundreds of other local dailies. Major newspapers have strategic investors and integrated online websites. In the magazine sector, advertising growth is slowing as readership declines. Readership is heavily female-skewed and generally young. Beauty is the key advertising category. Key magazine groups include Femina, Tempo, MRI (Cosmo) and Kompas Gramedia.

MPA data indicates that newspaper advertising declined by 11.1% while magazine advertising declined by 7.6% in 2015.

CeTaK

Indonesia memiliki sekitar 1.400 stasiun radio, dimana sekitar 180 adalah milik negara dan 1.280 adalah milik swasta. Stasiun radio dalam negeri sangat tersegmentasi, dimana program- programnya menargetkan untuk segmen pasar tertentu. Radio memungkinkan pengiklan untuk menjangkau sasaran pasar secara efektif dan dengan demikian radio menguasai sekitar 1% dari pasar iklan setiap tahun.

Indonesia has around 1,400 radio stations, of which about 180 are state-owned and 1,280 are privately owned. Domestic radio stations are highly segmented, with programs designed to target speciic audiences. Radio offers advertisers an effective targeting vehicle and as such captures approximately 1% of the advertising market every year.

RaDIO

RadIo

Iklan digital bertumbuh dengan sangat pesat, mencapai angka bersih sebesar 176 juta dolar AS di tahun 2015 dengan meningkatnya ketersediaan inventaris video (melalui YouTube) serta pertumbuhan e-commerce. MPA menargetkan segmen digital mencapai hingga 491 juta dolar AS pada akhir tahun 2020, meningkat dengan CAGR sebesar 22,8%.

Pada tahun 2015, kontribusi video online mendekati 50 juta dolar AS dengan hampir sepenuhnya didominasi oleh YouTube milik Google dan layanan video Facebook. Populasi yang didominasi oleh kaum muda mendorong konsumsi video online dan penerimaan gaya hidup digital yang menggunakan lebih dari satu layar. Sebagai akibatnya, pemain-pemain media berbasis televisi berinvestasi dalam bentuk oTT dan platform media digital milik sendiri. Platform-platform ini kemungkinan akan mendapatkan traksi aliran pendapatan setelah 2016, terutama iklan.

Infrastruktur broadband akan ditingkatkan dan secara bertahap akan menjadi lebih terukur. MPA memprediksi total pengguna

wireless broadband di tahun 2020 mencapai 150 juta atau 56% dari total populasi. Sebaliknya, pelanggan ixed broadband akan meningkat kuat dengan CAGR sebesar 12,6% pada tahun 2015- 2020, didorong oleh penyebaran kabel dan iber, serta kompetisi dari pendatang baru yang menginginkan kecepatan lebih.

Pertumbuhan wireless broadband di masa depan akan berlabuh sesuai meningkatnya penyebaran jaringan 3G dan meningkatnya investasi pada 4G. Di tahun 2015, telah ada sekitar 10 juta pelanggan 4G, dan diperkirakan akan meningkat hingga 60 juta pada tahun 2020.

Digital/online advertising is growing rapidly, reaching US$176 million in net terms in 2015 with the increasing availability of video inventory (via YouTube) as well as growth in e-commerce. MPA projects the digital segment to reach US$491 million in 2020, growing at a CAGR of 22.8%.

In 2015, online video contributed close to US$50 million almost entirely dominated by Google’s YouTube and Facebook’s video services. A predominantly young population is driving both online video consumption and the acceptance of a digital lifestyle, anchored to multiple screens. As a result, leading TV- based players are investing in oTT and digital media platforms of their own. These platforms will likely gain traction in 2016 with revenue streams, especially advertising.

Broadband infrastructure will improve and gradually become more scalable. By 2020, MPA expects total wireless broadband subs to reach 150 million or 56% of the total population. In contrast, ixed broadband subscribers will grow at a robust CAGR of 12.6% over 2015-20, driven by cable and iber deployments, as well as competition from new entrants as the demand curve for higher speeds grows.

Future wireless broadband growth will be anchored to the increasing deployment of 3G networks and increasing investment in 4G. In 2015, there were approximately 10 million 4G subscribers, expected to increase to 60 million by 2020.

OnlIne

In 2015, PT Global Mediacom Tbk (‘BMTR’ or ‘the Company’) completed another year of encouraging achievements despite challenging macroeconomics and industry environment.

Revenues stable at Rp10.57 trillion in 2015 from Rp10.66 trillion in 2014. eBITDA margin at to 32.19%. Net income totaled Rp52.18 billion.

As a holding company, BMTR earns its revenues from the business activities of its subsidiaries, mainly from advertising based media business under PT Media Nusantara Citra Tbk (MNC), subscriber based media business PT MNC Sky Vision (MSKY) and online based media.

The content and advertising-based media business line remains the largest contributor to the Company’s income, accounting for 58% of revenues. Subscription-based media, through MSKY, accounts for 31%. The remaining proportion of Company revenues are contributed by online based media and other business as much as 11%.

In 2015 BMTR conducted additional inancial investments in PT MNC Kabel Mediacom (MKM), which offers high speed internet access and interactive cable tv. Targeting both retail and SoHo (Small ofice/Home ofice) users, MKM utilizes iber optic technology to provide ultra-fast internet access in major cities across Indonesia.

TInjaUan OPeRasIOnal

opeRaTIoNal oveRvIeW

Pada tahun 2015, PT Global Mediacom Tbk (BMTR atau Perseroan) kembali membukukan pencapaian kinerja yang baik, meskipun kondisi emonomi dan industri yang menantang.

Pendapatan usaha stabil sebesar Rp10,57 triliun pada tahun 2015 dari Rp10,66 triliun pada tahun 2014. Marjin eBITDA sebesar 32,19% dan laba bersih menjadi Rp52,18 miliar.

Sebagai Perseroan induk, BMTR memperoleh pendapatannya dari kegiatan operasional anak-anak perseroan, terutama dari bisnis media berbasis iklan dan konten melalui PT Media Nusantara Citra Tbk (MNC), media berbasis pelanggan melalui PT MNC Sky Vision (MSKY) dan media berbasis online.

Bidang Media berbasis Konten dan Iklan masih menjadi kontributor terbesar bagi pendapatan Perseroan melalui MNC sebesar 58%, diikuti oleh Media berbasis Pelanggan melalui MSKY sebesar 31%. Sementara itu, kontribusi pendapatan dari Media berbasis online serta bisnis lainnya sebesar 11%.

Pada tahun 2015, BMTR terus menambah investasi keuangan di PT MNC Kabel Mediakom (MKM) yang menawarkan akses internet berkecepatan tinggi dan tv kabel interaktif. Menargetkan konsumen ritel maupun SoHo (Small ofice/Home ofice), MKM mengandalkan teknologi iber optik untuk menyediakan akses internet super cepat di seluruh kota-kota besar Indonesia.

TInjaUan KeUanGan

Dalam dokumen (7.75 MB) (Halaman 110-117)

Dokumen terkait