• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4.3 Tembakau Kasturi (Voor – Oogst)

4.3.1 Keadaan Tembakau Kasturi di Desa Sumberpinang

Komoditas perkebunan yang diusahakan di Desa Sumberpinang Kecamatan Pakusari yaitu tembakau, kelapa, dan tebu. Tanaman tembakau lebih banyak diusahakan petani di Desa Sumberpinang daripada tanaman perkebunan lainnya seperti kelapa dan tebu. Petani di Desa Sumberpinang berusahatani tembakau kasturi secara perorangan. Tembakau yang diusahakan petani yaitu tembakau

Voor – Oogst atau petani biasa menyebut tembakau kasturi karena selain agroklimat yang cocok untuk ditanam tembakau kasturi, petani juga sudah berusahatani tembakau kasturi secara turun – temurun dari generasi sebelumnya.

Menurut APTK (2014) varietas tembakau kasturi bermacam – macam, antara lain varietas merakot, jemamut, baleno, kastures, somporis, sompor, jepon tarnyak, mawar, penang pendek, dan kasturi putih. Tembakau kasturi yang menjadi favorit petani Desa Sumberpinang untuk ditanam adalah varietas

jemamut, merakot, mawar, dan jepon tarnyak karena memiliki beberapa keunggulan tersendiri dibandingkan varietas – varietas yang lain.

1. Varietas merakot merupakan varietas tembakau kasturi yang memiliki ciri khas berdaun sempit namun tebal dan memanjang. Varietas merakot memiliki ketahanan yang tinggi terhadap penyakit.

2. Varietas jemamut merupakan varietas tembakau yang memiliki ketahanan tinggi terhadap penyakit. Namun ketahanan yang dimiliki tidak lebih tinggi dari varietas merakot. Varietas jemamut memiliki ciri fisik yang sama dengan varietas merakot.

3. Varietas mawar merupakan varietas yang mempunyai produktivitas yang tinggi. Varietas mawar mempunyai tinggi 100 cm, bentuk lonjong, dan ujung daun meruncing.

4. Varietas jepon tarnyak memiliki kualitas yang baik dibandingkan dengan varietas kasturi lainnya. Daun varietas jepon tarnyak memiliki ketebalan yang hampir sama dengan panjang daun sehingga berbentuk persegi.

Tembakau kasturi adalah tembakau yang ditanam pada waktu musim penghujan dan dipanen pada waktu musim kemarau. Kualitas tembakau yang dihasilkan yaitu hang, durbung, ekspor, semilokal, dan lokal. Kualitas durbung biasanya dijadikan satu kriteria oleh petani yaitu hang.

Gambar 4.1 Tanaman Tembakau Kasturi, Tembakau Untingan, dan Setengah Kering

Lahan sawah yang digunakan petani Desa Sumberpinang untuk berusahatani tembakau merupakan lahan milik sendiri dan sewa. Petani banyak yang berusahatani tembakau walaupun harga sewa lahan di Desa Sumberpinang cukup mahal. Namun, petani tetap mengusahakan tanam tembakau karena dengan

berusahatani tembakau kasturi maka petani dapat membayar sewa lahan dan juga memperoleh keuntungan yang besar dari usahatani tembakau kasturi.

Tanaman tembakau kasturi yang diusahakan oleh petani Desa Sumberpinang mengalami panen sebanyak 4 sampai 5 kali petik. Ciri tembakau kasturi yang siap panen adalah daun tembakau berubah warna menadi hijau kekuningan atau ujung daun menguning (buri’ tabuan = bahasa Madura). Jarak antar petik selama 7 sampai 10 hari setelahnya dapat dilakukan pemetikan kembali. Sekali petik daun yang diambil 4 sampai 5 lembar. Tembakau kasturi memiliki kualitas dibagi menjadi dua yang diketahui oleh petani yaitu kusiran dan pucutan. Daun tembakau yang dipetik keseluruhan dalam satu pohon baik kusiran sampai pucutan yaitu 16 sampai 17 lembar. Keadaan cuaca yang tidak menentu, penggunaan pupuk, obat – obatan yang berlebihan, dan adanya penyakit tanaman, serta pengairan yang tidak menentu menyebabkan kualitas tembakau kasturi yang dihasilkan kurang baik

4.3.2 Pemasaran Tembakau Kasturi

Tembakau kasturi yang dihasilkan petani Desa Sumberpinang umumnya dipasarkan melalui lembaga pemasaran. Lembaga pemasaran yang terlibat dalam memasarkan tembakau kasturi yaitu blandang kecil, blandang besar, dan pedagang pengumpul (spikulan). Menurut Asosiasi Petani Tembakau dalam Widarin (2010) blandang kecil adalah blandang atau pedagang tradisional dengan modal yang terbatas, melakukan pekerjaannya tanpa ijin dan dapat bergerak bebas. Untuk memperoleh keuntungan, sering menempuh jalan pintas, dimana akan merusak kualitas tembakau yang diperdagangkan antara lain melakukan rekondisi dengan membasahi daun tembakau atau melakukan pencampuran kualitas. Blandang besar adalah blandang / pedagang dengan modal terbatas, mempunyai ijin sebagai penimbang yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah yang berfungsi sebagai pembantu eksportir atau menjembatani petani dengan eksportir. Blandang ini tidak melakukan pengolahan tetapi kadang kala melakukan penimbunan sementara dengan tujuan untuk memisahkan kualitas dan berperan dalam pembentukan harga local tembakau. Pengumpul (spikulan) adalah

suatu lembaga yang mempunyai surat ijin usaha, mengolah tembakau dan mempunyai modal yang cukup, tidak melakukan pembinaan kepada petani, mempunyai kebebasan membeli tanpa ikatan baik jumlah, kualitas, maupun harga. Biasanya melakukan pembelian lebih awal dan sangat berpengaruh dalam pembentukan harga local pasaran tembakau.

Gambar 4.2 Aktivitas Penjualan Tembakau Kasturi di Gudang Pembelian Konsumen akhir tembakau kasturi pada penelitian ini adalah gudang pembelian perusahaan rokok. Data pemasaran hanya sampai pada lembaga pemasaran pedagang pengumpul. Gudang pembelian dalam saluran pemasaran tembakau kasturi yaitu gudang PT. Djarum, PT. Gudang Garam, dan Pandu Sata Utama. Semua gudang pembelian membeli tembakau kasturi baik dari petani, blandang, dan juga pedagang pengumpul. Tidak adanya ikatan antara petani dan pedagang membuat petani dapat melakukan penjualan kepada pedagang siapa saja. Petani yang menjual langsung tembakau kasturi ke gudang pembelian umumnya pernah menjalin kerjasama dan mengenal pihak gudang serta mempunyai kartu anggota atau ikut keanggotaan dari gudang pembelian tembakau.

Petani menjual tembakau kasturi dalam bentuk yang beragam, antara lain secara tebasan ( menjual tanaman di lahan), kerosok (setengah kering / ngotok), dan untingan. Petani yang menjual secara tebasan adalah petani yang menjual tanaman tembakau kasturi dengan cara ditebas (dihargai) pedagang pohon tembakaunya di lahan. Petani yang menjual tembakau secara kerosok adalah petani yang telah melakukan proses pemanenan dan pengeringan selama 2-3 hari kemudian langsung dijual ke pedagang. Petani yang menjual secara untingan

adalah petani yang melakukan proses lanjut dari proses kerosok sampai tembakau kering dan menyortasi tembakau dari kualitas jelek sampai bagus kemudian dibangkel (proses pengepakan) sebelum dijual ke pedagang atau gudang. Pedagang atau blandang yang membeli tembakau secara tebasan dan kerosok mengeluarkan biaya yang lebih karena perlu dilakukan proses lanjut sampai tembakau siap untuk dijual ke gudang, selain biaya transportasi yaitu biaya pemanenan, biaya pengeringan, biaya sortasi dan pengepakan.

Gambar 4.3 Proses Pengeringan dan Sortasi Tembakau Kasturi

Petani menjual tembakau secara tebasan dijual dengan di taksir perpohon oleh pedagang, petani yang menjual tembakau secara kerosok dan untingan dijual persatuan berat baik oleh pedagang maupun gudang. Petani menjual secara tebasan kareana kualitas tembakau yang dihasilkan jelek, terbentur kepentingan tertentu, atau ingin cepat mendapatkan keuntungan sehingga petani tidak melakukan proses lanjut saat panen tembakau tiba. Petani menjual tembakau kerosok juga memiliki alasan yang sama dengan petani yang menjual tembakau secara tebasan, alasan lain karena petani sudah turun – temurun menjual kepada pedagang dan juga tidak ada kemampuan untuk menyortasi tembakau sehingga membuat petani malas untuk melakukan sortasi tembakau. Penentuan harga tembakau baik oleh pedagang maupun gudang berdasarkan kualitas dan jenis tembakau kasturi yang dijual.

60

Dokumen terkait