• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tembo/silsilah Depat

Dalam dokumen RENCONG TELANG (Halaman 70-72)

STRUKTUR MASYARAKAT DAN KEPEMANGKUAN ADAT

B. Luhak nan Enam Depati nan Berenam

1. Tembo/silsilah Depat

149Wawancara dengan JhT (68 thn) di Kerinci Hilir 11-03-2009, SrM (68 thn) di Kerinci Hilir 19-03-2009, dan BS (81 thn), di Jambi, 21-03-2009.

150Wawancara dengan JhT (68 thn) di Kerinci Hilir 11-03-2009, SrM (68 thn) di Kerinci Hilir 19-03-2009, dan BS (81 thn), di Jambi, 21-03-2009.

151

Wawancara dengan JhT (68 thn) di Kerinci Hilir 11-03-2009, SrM (68 thn) di Kerinci Hilir 19-03-2009, BS (81 thn), di Jambi, 21-03-2009, dan DpL (55 thn) di dekat Lempur, 20-03-2000.

Jabatan seorang depati tidak melekat selamanya pada seorang pemangkunya. Dalam suksesi kepemimpinan adat orang Rencong Telang

menerapkan sistem bergilir antar para ahli waris dalam suatu luhak. Pepatah adat menyebut hal ini dengan istilah sekao silih sandang begenti (pusaka berpindah jabatan berganti). Tetapi seseorang yang sudah pernah menjadi depatimasih bisa menjadi depati yang sama sekali lagi dengan melalui jalur silsilah yang lain. Juga tidak tertutup kemungkinan seseorang yang pernah menjadi depati tertentu di kesempatan yang lain bisa menjadi depati yang lain. Tentu saja ini tidak berlaku bila sang depati pernah jatuh di pamanjaek hanyut di parenang (jatuh di panjatan hanyut di tempat berenang) alias terpecat secara adat.152

Jika dalam satu luhakterdapat beberapa keris bersilang (ahli waris yang berhak dan menginginkan gelar depati) maka diadakan musyawarah.

Musyawarah dilaksanakan dalam Lembago Kurung di tingkat kalbuatau kaum dengan dihadiri oleh anak jantan anak betino dan para tuo tengganai tunggol pamaraih dalam luhak tersebut. Dalam hal ini kalbu bisa dari garis ibu bisa juga dari garis ayah.Meskipun kini secara silsilah para ahli waris sudah tumpang tindih, mencari garis orang yang mau dan berhak mengambil gelar depati bukan hal yang sulit. Untuk itu pertama kali dipilihanak jantan anak betino yang belum pernah menyandang gelar adat itu sebelumnya. Jika ditemukan lebih dari satu calon maka dicarilah calon yang paling dekat dari sisi silsilah.

Seiring dengan berjalannya waktu, sebagian urutan para depati dari yang pertama sampai yang terakhir sekarang ini ada yang masih jelas adan ada yang sudah kabur. Artinya tidak semua nama depati nan berenam dari yang pertama sampai yang sekarang bisa dilacak. Ini karena tidak ada pencatatan dan dokumentasi yang diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya. Pada sisi lain, pernikahan yang berlangsung bersilang antar kalbu-kaum dan bolehnya orang semendao menjadi depati juga membuat silsilah para depati itu menjadi tidak sederhana lagi. Namun demikian masyarakat masih mengingat nama-nama depati terdekat dan dari garis mana yang bersangkutan mengambilnya.

Untuk Depati Tago, dimana sebagian besar orang Pulau Sangkar berhak menjadi pewarisnya, masih diketahui nama-nama para pemangkunya. Sampai

kini diperkirakan sudah ada sekitar sepuluh kali pergantian pemangku Depati Tago. Beberapa orang yang masih diingat beberapa informan adalah Depati Tago Tulah, Depati Tago Kait, Depati Tago Ncae. Selanjutnya ada Daepati Tago Musae yang setelah meninggal diganti oleh Depati Tago Haji Muhammad Syah. Pada era 1960-an sampai 1970-an Depati Tago dipegang oleh Haji Zainuddin. Setelah itu dikenal beberapa nama yang pernah menjadi Depati Tago yaitu Haji Syarif Yakin, Harun, dan terakhir adalah Bustami Ilyas.153

Silsilah Depati Sangkar bisa ditelusuri dengan lebih jelas.Bahkan benda

pusaka, tanah basah tanah keringnya, bisa ditelusuri dengan mudah.Kuburan Depati Sangkar Mula Jadi juga masih terjaga dengan baik. Kuburan itu terletak di sebelah barat Masjid Lama Pulau Sangkar dengan nisan berbentuk batu bungkuk. Ini berbeda dengan depati lainnya yang belum terlacak dimana kuburan mereka sehingga penunjukan para pelanjut depati-depati ini lebih memerlukan banyak permusyawaratan di dalam luhak mereka masing-masing.Sedangkan Depati Sangkar

152

Wawancara dengan SrM (68 thn) di Kerinci Hilir, 19-03-2009.

153Wawancara dengan JhT (68 thn) 11-03-2009 dan dengan, SrM (68 thn) 19-03-2009 di Kerinci Hilir.

bisa diketahui dengan jelas mulai dari yang pertama sampai dengan yang ke sepuluh yang masih memangku sampai saat ini.

Depati Sangkar Satu atau Depati Sangkar Mulajadi bernama Rajo Kecik.

Dia adalah anak dari Mantikow dan mempunyai dua anak: Rajo Bujang alias Depati Pulau dan Gentosuri. Rajo Bujang kemudian dikenal sebagai Depati Sangkar II.Selanjutnya gelar Depati Sangkar dipergilirkan di antara anak keturunan Rajo Bujang dan anak keturunan Gentosuri ini. Depati Sangkar III adalah Cuntaw (keturunan pertama/anak Gentosuri), Depati Sangkar IV adalah Haji Abdullah (keturunan ke-3/cucu dari Rajo Bujang), Depati Sangkar V adalah Haji Djakfar (keturunan ke-4/puyang dari Gentosuri), Depati Sangkar VI adalah Haji Akbar (keturunan ke-4/puyang dari Rajo Bujang), Depati Sangkar VII adalah Djaitah/Haji Syarif (keturunan ke-4/puyang dari Gentosuri), Depati Sangkar VIII adalah Rahmad (keturunan ke-4/puyang dari Rajo Bujang), Depati Sangkar IX adalah Yahya Pra (keturunan ke-5 dari Gentosuri), dan Depati Sangkar X adalah Sudirman (keturunan ke-6 dari Rajo Bujang). Sudirman sampai sekarang masih memangku jabatan Depati Sangkar.154

Depati ada yang memiliki wilayah teritorial dan ada yang tidak memiliki wilayah.Depati Sangkar memiliki wilayah yang luas. Wilayah kekuasaannya bahkan

sampai ke Ombak nan Berdebur. Dari Patih Slempaong sampai Menggung di Lubuk Paku masuk ke dalam wilayah Depati Sangkar. Karena memiliki wilayah khusus itu maka Depati Sangkar memiliki keistimewaan yaitu memiliki dua nini mamak. Dua ninik mamak Depati Sangkar adalah Rajo Betuah dan Rajo kecik.Depati Tago memiliki wilayah yang meliputi Kayu Tinggi di Pondok, Riao di Muak, Tanjung Batu, Pidung, turun ke Keluru.Depati Agung yang kembangannya adalah Depati Suko Berajo memiliki wilayah yaitu daerah Temulun. Sedangkan depati lainnya yang tidak memiliki wilayah fokus pada urusan dalam negeri. Mereka yang mengatur pelaksanaan gotongroyong, memulai turun ke sawah, membangun rumah, dimana lahik rumah yang akan dibangun dan bagaimana mengatur pembangunan rumah. Sehingga jangan sampai sebuah rumah membelakangi rumah orang lain. Untuk keperluan itu para depati bisa memerintahkan ninik mamak masing-masing.

Dalam dokumen RENCONG TELANG (Halaman 70-72)