• Tidak ada hasil yang ditemukan

Temuan Pemeriksaan SPI Tahun 2007

Dalam dokumen ANALISIS TENTANG REKENING DANA INVESTASI (Halaman 37-44)

HASIL PEMERIKSAAN ATAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN A. Tindak Lanjut Temuan Pemeriksaan SPI Tahun 2005 dan 2006

B. Temuan Pemeriksaan SPI Tahun 2007

1. Nilai Investasi Jangka Panjang Rekening Dana Investasi dalam Neraca BA 098 Tahun 2007 Tidak Dapat Diyakini Kewajarannya

Pengelolaan pinjaman Sub Loan Agreement (SLA), Rekening Dana Investasi (RDI), dan Rekening Pembangunan Daerah (RPD), dan dilakukan oleh Direktorat Pengelolaan Penerusan Pinjaman (Direktorat P3) Departemen Keuangan. Dari hasil pemeriksaan atas kegiatan diatas diketahui hal-hal sebagai berikut:

a. Nilai saldo pinjaman SLA yang tercantum di Kartu Pinjaman tidak mencerminkan jumlah yang semestinya.

Pengadministrasian penarikan pinjaman SLA oleh Direktorat P3 didasarkan pada dokumen

Notice Of Disbursement (NOD) dari Direktorat Evaluasi, Akuntansi Setelmen Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang dan Nota Debet dari BI. Dalam upaya mempercepat penyampaian NOD antar dua instansi (Ditjen Pengelolaan Utang dan Ditjen Perbendaharaan) telah diterbitkan Perdirjen bersama tentang Tata Cara Penyampaian Dokumen Pinjaman Dan Atau Hibah Luar Negeri (Perdirjen Per-01/PU/2007; Per-74/PB/2007 tanggal 23 November 2007). Namun dalam pelaksanaannya NOD seringkali terlambat diterima oleh Direktorat P3.

Sedangkan untuk sumber pancatatan pembayaran tagihan, Direktorat P3 mendasarkan pada rekening koran BI mengingat debitur tidak mengirimkan bukti setoran pembayaran kepada Direktorat P3. Namun dari data di rekening koran BI yang menampung pembayaran pengembalian penerusan pinjaman ternyata tidak dapat diketahui rincian debitur yang melakukan pembayaran. Atas dasar kondisi tersebut, pihak Direktorat P3 tidak dapat

melaporkan dengan pasti rincian hutang masing-masing debitur. Hal ini mengingat tidak adanya bukti setoran dari debitur, sedangkan data mutasi di rekening koran BI tidak dapat menyajikan informasi debitur yang telah melakukan setoran pembayaran. Dalam tahun 2007, terdapat dana dalam rekening koran BI dari pembayaran pengembalian penerusan pinjaman yang tidak dapat ditelusuri sumbernya sebesar Rp947.073.760.958,57.

Kondisi di atas didukung juga oleh hasil pemeriksaan uji petik atas 7 (tujuh) Kartu Pinjaman, yang terdapat penarikan pinjaman dalam tahun 2007. Nilai penarikan pinjaman di Kartu Pinjaman bersumber dari data realisasi anggaran yang dilaporkan Bagian Anggaran 98 (Penerusan Pinjaman sebagai Pinjaman) dalam bentuk dokumen SP3/SP2D dari KPPN Khusus Jakarta VI. Dari hasil uji petik tersebut ditemukan penarikan pinjaman yang belum tercatat dalam kartu pinjaman dengan rincian sebagai berikut:

38|Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara - Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI

a. Perhitungan saldo pinjaman SLA yang tercantum di Kartu Pinjaman tidak sesuai dengan ketentuan di Naskah perjanjian.

Dari perhitungan ulang secara uji petik atas 8 kartu pinjaman penerusan pinjaman (SLA) dengan total nilai Rp15.684.795,21 juta (25,75% dari saldo hutang SLA,RDI,RPD di LKPP per 31 Desember 2007) ditemukan adanya selisih perhitungan sebesar Rp525.595,84 juta, dengan rincian sebagai berikut:

39|Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara - Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI Penjelasan atas terjadinya selisih perhitungan tersebut adalah sebagai berikut:

a) RDI-330

Selisih perhitungan sebesar Rp74,902.61 juta dikarenakan Direktorat P3 tidak memperhitungkan terlebih dulu adanya denda pokok dan denda biaya administrasi atas setiap pembayaran yang dilakukan Debitur.

Merujuk pada ketentuan di Naskah Perjanjian Penerusan Pinjaman telah dinyatakan dengan tegas bahwa “dalam hal terjadi tunggakan pembayaran biaya komitmen, biaya administrasi, pokok pinjaman dan denda dari masing-masing tanggal jatuh tempo, maka setiap pembayaran yang dilakukan oleh debitur terlebih dahulu akan dianggap dan BPK LHP SPI LK BA 098 Tahun 2007

40|Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara - Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI

diperhitungkan sebagai pelunasan tunggakan denda dan/atau biaya komitmen dan/atau biaya administrasi.”.

b) SLA-779

Selisih perhitungan sebesar Rp103.272,67 juta dikarenakan Direktorat P3 mengenakan denda atas tunggakan hutang pokok hanya sebesar 2% dari saldo tunggakan dan denda terhadap biaya komitmen yang tertunggak.

Padahal dalam ketentuan Naskah Perjanjian Penerusan Pinjaman dinyatakan bahwa tunggakan hutang pokok semestinya dikenakan denda sebesar 2% per tahun diatas tingkat bunga. Sedangkan denda untuk tunggakan biaya komitmen tidak diatur dalam naskah perjanjian.

c) SLA-775

Selisih perhitungan sebesar Rp303.465,03 juta dikarenakan Direktorat P3 mengenakan denda atas tunggakan hutang pokok hanya sebesar 2%. Berdasarkan ketentuan Perjanjian Penerusan Pinjaman, denda tunggakan pokok semestinya adalah sebesar 2% per tahun diatas tingkat bunga.

d) SLA-828

Selisih perhitungan sebesar Rp3.079,92 juta disebabkan Direktorat P3 belum mengenakan denda biaya komitmen sebesar 2% per tahun diatas tingkat bunga seperti yang diatur di Naskah Perjanjian

Penerusan Pinjaman.

b. Terdapat perbedaan saldo pinjaman yang tercantum di Kartu Pinjaman yang tidak dapat direkonsiliasi dengan data dari Debitur dan atau bank penatausaha

Berdasarkan telaahan/review atas hasil rekonsiliasi saldo pinjaman yang dilakukan Direktorat P3 didapati kondisi bahwa tidak seluruh pinjaman telah dilakukan proses rekonsiliasi baik dengan pihak debitur maupun pihak bank penatausaha. Dari total keseluruhan 1.145 pinjaman, Dirktorat P3 ternyata hanya melakukan rekonsiliasi atas 165 pinjaman (14,41%) saja, terdiri dari 162 pinjaman BUMN dan 3 pinjaman Pemerintah Daerah.

Dari perbandingan laporan posisi RDI per 31 Desember 2007 dengan hasil konfirmasi saldo RDI/SLA per 31 Desember 2007 kepada BUMN-BUMN yang dilakukan oleh Tim Audit Laporan Keuangan Kementerian Negara BUMN masih ditemukan perbedaan saldo.

Dari uji petik atas 219 pinjaman yang dilakukan konfirmasi kepada BUMN, 87 pinjaman mempunyai saldo yang berbeda dengan laporan posisi RDI,SLA per 31 Desember 2007 sebesar Rp913.778,03 juta. Dan dari 87 pinjaman yang mempunyai saldo berbeda tersebut, 37 pinjaman diantaranya telah dilakukan rekonsiliasi dengan debitur dan bank penata usaha dalam tahun 2007. Perbedaan saldo 37 pinjaman tersebut antara laporan posisi RDI dengan hasil konfirmasi kepada BUMN adalah sebesar Rp97.880,96 juta.

Seharusnya nilai Investasi Jangka Panjang RDI/RPD yang disajikan di Laporan Keuangan BA 098 tahun 2007 mencerminkan jumlah yang semestinya.

Hal tersebut mengakibatkan saldo nilai investasi jangka panjang RDI/RPD dalam Neraca BA 098 per 31 Desember 2007 sebesar Rp62.029.407.490.699,00 tidak dapat diyakini kewajarannya. BPK LHP SPI LK BA 098 Tahun 2007 6

41|Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara - Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI

Hal tersebut disebabkan penatausahaan dan pencatatan pinjaman (investasi non permanen) Pemerintah oleh Direktorat P3 tidak didukung oleh Standard Operating Procedures (SOP) serta sistem pengendalian dan pemantauan yang memadai.

Atas masalah tersebut, pemerintah menanggapi:

1. Pada dasarnya Ditjen Pengelolaan Utang dan Ditjen Perbendaharaan telah berupaya untuk mempercepat NOD yang telah diterbitkan oleh pemberi pinjaman. Namun demikian mengingat NOD tersebut diterbitkan langsung oleh pemberi pinjaman maka ada faktor ketergantungan yang cukup tinggi dari pemberi pinjaman dalam memperoleh NOD tersebut.

Dalam hal rekening koran RDI yang diterbitkan oleh BI yang tidak memberikan informasi yang jelas mengenai debitur, Dit. PPP telah menciptakan sebuah sistem untuk memantau mutasi transaksi RDI yang berasal dari berbagai debitur. Namun karena sistem tersebut baru berjalan bulan November 2007 maka untuk transaksi tahun 2007 belum sepenuhnya dapat dipantau.

2. Untuk penerapan perhitungan saldo pinjaman yang berbeda dengan naskah perjanjian, harus

dilakukan perbaikan naskah dengan cara mengirimkan Side Letter yang menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan kepada debitur (untuk SLA yang masih berlaku).

3. Pada prinsipnya terhadap semua perjanjian pinjaman yang bersumber dari RDI/RPD maupun Penerusan Perjanjian Pinjaman (SLA) dilaksanakan rekonsiliasi pada saat menjelang jatuh tempo pembayaran. Namun mengingat keterbatasan sumber daya dan dana maka rekonsiliasi dilaksanakan dalam hal terdapat selisih perhitungan antara debitur dan Dit.PPP serta kebutuhan dalam rangka menyusun laporan yang pelaksanaannya dilakukan secara sampling.

BPK menyarankan Pemerintah agar menetapkan SOP penatausahaan dan pencatatan pinjaman jangka panjang dari RDI dan RPD serta SLA.

BPK menemukan ketidakpatuhan kepada ketentuan peraturan perundang-undangan sebagai berikut: Laporan Keuangan Bagian Anggaran 098 (Penerusan Pinjaman sebagai Pinjaman) Departemen Keuangan Tahun 2007 Tidak Dilengkapi Dengan Pernyataan Telah Direviu oleh Aparat Pengawas Internal

Pemerintah

Berdasarkan kelemahan tersebut, BPK menyarankan Menteri Keuangan agar melakukan tindakan aktif dalam menindaklanjuti hasil pemeriksaan Itjen.

Permasalahan dan saran perbaikan secara rinci dapat dilihat dalam laporan ini.

Atas pemeriksaan tersebut, selain Laporan Hasil Pemeriksaan atas Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-undangan, BPK telah menerbitkan Laporan Hasil Pemeriksaan Keuangan atas Bagian Anggaran 098 tahun 2007 yang memuat opini tidak menyatakan pendapat dengan nomor 24a/LHP/XV/04/2008 tanggal 30 April 2008, dan Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern dengan nomor 24b/LHP/XV/04/2008 tanggal 30 April 2008.

42|Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara - Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI

1.ANALISIS

Disisi lain pemerintah memberikan kelonggaran kepada bumn, bumd dan pemerintah daerah yang melakukan hutang/pinjaman kepada pemerintah melalui RDI/RPD/SLA sehingga ada moral hazard bagi para debitur untuk melakukan tunggakan atau tidak mencicil terhadap kewajiban mereka untuk melunasi hutang-hutangnya. Hal ini ditandai dimana Pemerintah seing mengeluarkan PMK yang meringkan hutang-hutang debitur, antara lain :

1. Penyelesaian restrukturisasi PDAM didasarkan pada PMK 120/PMK.05/2008 tentang Penyelesaian Piutang Negara Yang Bersumber Dari Penerusan Pinjaman Luar Negeri, Rekening Dana Investasi dan Rekening Pembangunan Daerah pada PDAM. Dalam PMK ini penyelesaian piutang pada PDAM didasarkan pada kinerja PDAM dan dilakukan dengan cara :

a) penghapusan atas seluruh tunggakan non pokok atau kombinasi antara penghapusan atas sebagian tunggakan non pokok dan penghapusan melalui mekanisme debt swap to investment.

b) penjadwalan kembali atas seluruh tunggakan non pokok Penyelesaian restrukturisasi Pemerintah Daerah didasarkan pada PMK 153/PMK.05/2008 tentang Penyelesaian Piutang Negara Yang Bersumber Dari Penerusan

43|Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara - Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI

Pinjaman Luar Negeri, Rekening Dana Investasi dan Rekening Pembangunan Daerah pada Pemerintah Daerah. Dalam PMK ini, restrukturisasi dilakukan dengan cara penjadwalan kembali terhadap tunggakan pokok yang disertai dengan :

a) penghapusan atas seluruh tunggakan non pokok atau

b) kombinasi antara penghapusan atas sebagian tunggakan non pokok dan

debt swap.

2. Untuk pelaksanaan restrukturisasi BUMN telah diterbitkan Peraturan Menteri Keuangan No.17/ PMK.05/2007 tanggal 19 Pebruari 2007 dengan tahapan penjadwalan ulang, perubahan persyaratan, penyertaan modal negara dan penghapusan dan Peraturan Dirjen Perbendaharaan No. 31/PB/2007 tentang Petunjuk Teknis Penyelesaian Piutang Negara yang Bersumber dari Naskah Perjanjian Penerusan Pinjaman dan Perjanjian Pinjaman Rekening Dana Investasi pada Badan Usaha Milik Negara/Perseroan Terbatas.

Beberapa penyelesaian Piutang Negara diselesaikan tersendiri, yaitu pertama, berkoordinasi dengan Tim Kerja eks BBO/BBKU dalam penyelesaian permasalahan BBKO dan BBKU; kedua, menunggu penyelesaian masalah hukum terkait likuidasi PT.Bank Dagang Bali (PT.BDB); ketiga, Utang Pemerintah Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) diselesaikan dengan cara Debt Swap untuk pembangunan pendidikan, kesehatan dan infrastruktur di NAD.

Realisasi Pembiayaan per 31 Desember 2007 sebesar Rp2.817.327.350.699,00. Besarnya Realisasi Pembiayaan dapat dirinci dalam tabel sebagai berikut:

44|Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara - Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI

2.KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam dokumen ANALISIS TENTANG REKENING DANA INVESTASI (Halaman 37-44)

Dokumen terkait