• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III ANALISIS DATA PENELITIAN

2. Temuan Penelitian

a. Penanaman Budaya Berbahasa Jawa Krama di MI Tegalwaton

Temuan data penelitian di lapangan menunjukkan bahwa semua pihak MI Tegalwaton mendukung adanya penanaman budaya berbahasa Jawa

krama. Hal itu dilakukan melalui perencanaan yang baik dan matang. Perencanaan tersebut dimulai dengan disusunnya program penanaman budaya berbahasa Jawa krama.

Seperti yang dikatakan As, penanaman budaya berbahasa Jawa krama

di MI Tegalwaton terlebih dahulu dimulai dengan menganalisis beberapa program madrasah yang mendukung lestarinya budaya lokal dan karakter bangsa.

Menurut penuturannya. ”saya selaku pihak madrasah mengharapkan setiap guru harus sudah mempersiapkan bagaimana menanamkan budaya berbahasa Jawa krama sebelum pelaksanaan proses belajar mengajar”.

(W/KM/AS/27-02-2019/09:10).

Dalam program penanaman budaya berbahasa Jawa krama di MI Tegalwaton, peneliti memberikan pertanyaan kepada As, untuk mengetahui tentang program tersebut. Bagaimana tanggapan Bapak tentang adanya program penanaman budaya berbahasa Jawa di MI Tegalwaton, “Tentang adanya program budaya berbahasa Jawa krama

29

tanggapan saya baik, tidak hanya pada konteks umum yaitu di masyarakat tetapi juga pada konteks khusus termasuk aspek amaliyahnya yaitu dengan adanya pembiasaan - pembiasaan yang harus dilakukan peserta didik di madrasah”, (W/KM/AS/27-02-2018/09:13)

Memperjelas tentang program budaya berbahasa Jawa krama di MI Tegalwaton maka peneliti melontarkan pertanyaan, tentang hasil yang didapat dari program tersebut. Tj menjawab, “Hasilnya adalah berupa muatan-muatan yang menjadi titik fokus yang dapat diterapkan dan dirasakan serta dipraktekkan dimana saja”. Tegas Tj ketika memberikan

keterangan. (W/WK/TJ/27-02-2018/09:15).

Peneliti memberikan pertanyaan kepada informan saat wawancara berlangsung, tentang bagaimana proses penanaman budaya berbahasa Jawa krama di MI Tegalwaton, “Pelaksanaan proses penanaman budaya berbahasa Jawa krama adalah dengan adanya pembiasaan-pembiasaan yang dilakukan peserta didik seperti 4S (senyum,sapa,salam,santun) di pagi hari dan di dalam kelas”, jelas Nr dalam menjawab pertanyaan dari peneliti. (W/G/NR/28-02-2018/09:10).

Selanjutnya, Rs menambahkan penjelasan mengenai proses penanaman budaya berbahasa Jawa krama, “Pelaksanaannya dilakukan peserta didik sebagai salah satu contoh pembiasannya adalah di dalam kelas peserta didik menggunakan bahasa Jawa krama saat bertanya atau menjawab pertanyaan dari guru saat pelajaran. (W/G/RS/28-02- 2018/09:15).

30

Peneliti bertanya kepada Sl tentang langkah-langkah apa yang diambil

oleh pihak madrasah. Sl menjawab, “Dalam menanamkan budaya

berbahasa Jawa krama di madrasah yaitu dalam kegiatan pembelajaran oleh semua mata pelajaran dan dengan program madrasah yang lainnya guru dan kepala madrasah harus terbiasa dalam berbahasa Jawa krama, sehingga itu akan memudahkan anak dalam meniru”. Jelas Sl ketika

memberikan keterangan mengenai langkah-langkah yang diambil oleh pihak madrasah. (W/G/NK/28-02-2018/09:20).

Terkait kendala penanaman budaya berbahasa Jawa krama maka peneliti memberikan pertanyaan kepada Rz selaku guru kelas, tentang kendala dalam penanaman budaya berbahasa Jawa krama di MI Tegalwaton, “Kendala, bagi peserta didik adalah kemampuan berbahasa Jawa krama yang masih rendah. Oleh karena itu mengajarkannya harus sabar dan sering – sering diingatkan jika terjadi kekeliruan.” Tegas Rz saat menjawab pertanyaan. (W/G/RZ/28-02-2018/09:25).

Peneliti juga bertanya kepada siswa, apakah Saudara mengalami kesulitan dalam berbahasa Jawa krama di madrasah. Hb menjawab,”ada, kesulitan itu terkadang saya bingung mau ngomong bahasa kramanya,

tetapi ketika saya salah, Ibu guru sering membenarkan”. Tegas Hb ketika memberikan keterangan mengenai kesulitan. (W/S/HB/28-02-2018/09:30).

Mi menambahkan jawaban,”ada, kesulitannya saya ngomong bahasa

krama, tetapi saya campur dengan bahasa Indonesia”. Tegas Mi ketika memberikan keterangan mengenai kesulitan. (W/S/HB/28-02-2018/09:35).

31

b. Penanaman Budaya Berbahasa Jawa Krama di MI Al Islam Bonomerto Temuan data penelitian di MI Al Islam Bonomerto bahwa penanaman

budaya berbahasa Jawa krama dapat dilihat dari perangkat pembelajaran guru. Untuk lebih mengetahui secara mendalam tentang penanaman budaya berbahasa Jawa krama maka peneliti memberikan pertanyaan untuk informan pada saat wawancara berlangsung, tentang bagaimana proses penanaman budaya berbahasa Jawa krama di MI Al Islam Bonomerto, “Proses penanaman budaya berbahasa Jawa krama yaitu guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP. Selanjutnya, pada pembiasaan berbahasa Jawa krama yang dilakukan peserta didik setiap hari di kelas dengan guru kelas atau kepala madrasah selama pembelajaran berlangsung. Jadi kami sering menggunakan dua bahasa dalam penyampaian materi”, jelas Mr dalam menjawab pertanyaan dari peneliti. (W/KM/MR/5-03-2018/09:00).

Kemudian Bn menambahkan bahwa hasil dari penanaman budaya berbahasa Jawa krama di MI Al Islam Bonomerto, menurutnya ”Hasil dari penanaman budaya berbahasa Jawa krama yaitu berisi nilai-nilai yang ingin diharapkan yaitu nilai tata krama dan nilai kesopanan”.

(W/WK/BN/5-03-2018/09:10).

Pengakuan Bn tersebut dikuatkan oleh Sw, yang juga merasakan pentingnya berbahasa Jawa krama. Menurut penuturannya, ”Budaya berbahasa Jawa krama diimplementasikan melalui kegiatan pembelajaran di kelas dan praktek dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting.”

32 (W/G/SW/5-03-2018/09:15).

Memperjelas gambaran mengenai penanaman budaya berbahasa Jawa

krama maka peneliti melontarkan pertanyaan kepada Rr selaku guru kelas, tentang kendala dalam penanaman budaya berbahasa Jawa krama di MI Al Islam Bonomerto, “Ada kendala, bagi peserta didik yang belum mampu berbahasa Jawa krama karena mengajarkannya harus sabar dan sering , disini seorang guru harus menjadi contoh yang baik bagi peserta didiknya. Agar peserta didik memperoleh contoh nyata dari guru – guru dalam belajar berbahasa Jawa krama”. Tegas Rr ketika memberikan keterangan mengenai kendala yang dihadapi. (W/G/RR/6-03-2018/09:10). Peneliti juga bertanya kepada siswa, apakah saudara mengalami

kesulitan dalam berbahasa Jawa krama di madrasah. Tw menjawab,”Ada kesulitan, karena terkadang saya bersikap acuh dan bingung mau tanya apa pada saat pelajarannya sulit”. Tegas Tw ketika memberikan keterangan mengenai kesulitan. (W/S/TW/6-03-2018/09:15). Kemudian Ss memberikan tanggapan,”Ada, kadang lupa bahasa krama pas mau matur sama pak guru”. Tegas Ss ketika memberikan keterangan mengenai kesulitan. (W/S/SS/6-03-2018/09:20).

Selanjutnya pertanyaan peneliti berkaitan dengan solusi yang dipilih untuk mengatasi kesulitan penanaman budaya berbahasa Jawa krama.Solusi yang dipilih yaitu madrasah memberikan suatu peraturan kedisiplinan yang wajib ditaati oleh seluruh peserta didik yang ada

33

memberikan keterangan mengenai solusi yang dipilih untuk mengatasi kesulitan dalam penanaman budaya berbahasa Jawa krama. (W/G/MA/6- 03-2018/09:20).

Kemudian, Un menambahkan bahwa dalam realitas kehidupan di MI Al Islam Bonomerto sering kali ditemui berbagai pelanggaran yang dilakukan oleh peserta didik. Un juga menceritakan mengenai solusi yang digunakan dalam mencegah pelanggaran yang biasa terjadi pada peserta didik, menurutnya ”Apabila terdapat peserta didik yang melanggar peraturan kedisplinan madrasah maka harus ada sanksi yang mendidik supaya peserta didik jera dan tidak akan mengulangi pelanggaran tersebut”. (W/G/UN/6-03-2018/09:25). Lebih lanjut Mr menuturkan,

“biasanya madrasah memberikan hukuman kepada siswa berupa

menghafal kosa kata bahasa Jawa krama yang semestinya digunakan

peserta didik saat melanggar kebijakan madrasah”. (W/KM/MR/6-03- 2018/09:35).

34

Dokumen terkait