• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN

C. Temuan Penelitian

1. Metode Pembelajaran Kitab Kuning Pesantren

Berdasarkan paparan data di lapangan peneliti menemukan beberapa metode pembelajaran kitab kuning yang digunakan di Pondok Pesantren Nurul Huda Salafiyah Syafi‟iyah Mergosono Malang sebagai berikut:

a. Metode Bandongan, yang bertujuan supaya santri lebih teliti dalam menulis makna pada kitab supaya artinya jelas dan mudah dipahami.

b. Metode Diskusi atau syawir, yang bertujuan untuk meningkatkan segi kefahaman hasil belajar kitab kuning

74

Hasil wawancara bersama ustadz Zen (Mahbub Kholiduzen, S.HI), beliau sebagai pengajar kitab kuning fathul Qorib di pesantren Sabilurrosyad Gasek (di kelas 2 dan 3), Ahad, 25 Agustus 2019, kurang lebih 37 menit lebih 13 detik yaitu pkl. 21.00-21.43

santri serta mengajarkan santri untuk berlatih, membaca, mendengarkan perbedaan pendapat yang diutarakan oleh santri yang lain dengan yang lainnya. Melatih santri untuk mengutarakan pendapat didepan umum serta mengajak santri untuk berpikir kritis dalam menyelesaikan suatu masalah bersama dengan berpedoman pada kitab nya yang sesuai dengan materi yang dibahas.

c. Metode Ceramah, digunakan untuk menjelaskan isi materi yang dipelajari secara klasikal dalam satu ruang kelas. d. Metode Tanya jawab, digunakan dalam pembelajaran untuk

mengulas materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya baik klasikal atau individu.

e. Metode Sorogan, yaitu santri satu persatu secara bergiliran menghadap kyai atau ustadz dengan membawa kitab tertentu. Lalu pengajar membacakan beberapa baris dari kitab itu dan membacakan maknanya, kemudian santri mengulangi bacaan kyainya.75

f. Metode Hafalan, yaitu kegiatan belajar santri dengan cara menghafal suatu teks tertentu di bawah bimbingan dan pengawasan seorang pengajar, para siswa diberi tugas untuk menghafal bacaan-bacaan dalam waktu tertentu. Hafalan yang dimiliki siswa ini kemudian didemonstrasikan di

hadapan pengajar baik secara periodik ataupun insidental, tergantung pada keinginan pengajar.76

g. Metode Demonstrasi, digunakan untuk memperagakan, melakukan suatu kegiatan secara langsung dengan benar sebagaimana seharusnya yang dijelaskan dalam materi pembelajaran.

h. Metode Pemberian Tugas, yaitu suatu cara dalam proses belajar-mengajar bilamana guru memberi tugas tertentu dan murid mengerjakannya, kemudian tugas tersebut dipertanggungjawabkan kepada guru. Dengan cara demikian diharapkan agar murid belajar secara bebas tapi bertanggungjawab dan murid-murid akan berpengalaman mengetahui berbagai kesulitan kemudian berusaha untuk ikut mengatasi kesulitan-kesulitan itu. Pusat kegiatan metode ini berada pada murid-murid dan mereka disuguhi bermacam masalah agar mereka menyelesaikan, menanggapi dan memikirkan masalah itu.77

2. Problematika Pembelajaran Kitab Kuning Pesantren

1. Padatnya kegiatan yang menggangu konsentrasi pembelajaran santri. Santri Pondok Pesantren Nurul Huda Salafiyah Syafi‟iyah Mergosono Malang mayoritas juga mengikuti kegiatan pendidikan

76

H. Mahmud, Model-model Pembelajaran di Pesantren, (Ciputat: Media Nusantara, 2006), hlm. 72

77 Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: 1 Juli 1981), Cet. 2, hlm. 233

formal di pagi hari sampai siang hari bahkan ada beberapa yang sampai sore hari dan malam. Ada beberapa santri juga mengikuti kegiatan ekstra di sekolahnya juga ada yang mengikuti organisasi bagi santri yang sudah tingkat mahasiswa.

2. Santri belum bisa mengatur waktu sebaik mungkin. Sebagian santri berpendidikan di sekolah formal yang tidak dapat mengatur waktu sebaik mungkin terkadang mereka ketinggalan materi yang dipelajari.

3. Kurang tersedianya sarana dan prasarana yang memadai. Hal ini dapat terlihat pada saat pembelajaran berlangsung secara monoton karena kurangnya media pembelajaran.

4. Keterbatasan alokasi waktu. Alokasi waktu yang terbatas dapat menghambat proses pembelajaran hanya dengan cara transfer of

knowledge dan penerapannya sangat kurang sekali.

5. Munculnya rasa malas pada diri santri. Hal tersebut dapat terlihat pada proses belajar mengajar, santri kurang semangat dalam mengikuti pelajaran dan tidak fokus (mengantuk, ada yang bawa hp) dalam mengikuti pelajaran. Sehingga ustadz harus bekerja keras untuk membimbing dan memberikan motivasi yang membangun kepada santri.

3. Upaya Mengatasi Problematika Pembelajaran Kitab Kuning Pesantren

1. Manajemen waktu

Karena padatnya kegiatan santri, baik di pondok maupun di kampusnya masing-masing, serta waktu kegiatan juga ada yang terbatas, maka santri beserta ustadz, dan pengurus pondok harus bisa mengatur waktu yang sebaik-baiknya agar pembelajaran kitab kuning dapat berjalan sesuai dengan tujuan.

2. Ustadz mengecek kitab santri yang sudah diajarkan yang masih bolong atau belum lengkap maknanya pada setiap sebelum semesteran atau sebelum ujian. Uapaya ini dilakukan untuk menuntut santri bila mana kalau ada santri yang tidak mengikuti pembelajaran sudah otomatis kitabnya bolong. Oleh sebab itu pengajar memberi peraturan apabila kitab yang sudah diajarkan tidak penuh maknanya maka tidak diperbolehkan mengikuti ujian semester. Dari situ santri akan terus melengkapi makna gandul dari kitabnya yang sudah diajarkan.

3. Yang terakhir santri harus sadar diri dan tanggung jawab menjalankan aturan-aturan atau undang-undang pesantren yang telah berlaku, menjalankan syarat-syarat mencari ilmu bagi santri (cerdas, ada kemauan, sabar, memiliki bekal, adanya pengajar, waktu belajar yang lama).

4. Melaksanakan evaluasi

Evaluasi pembelajaran kitab kuning di Pesantren Nurul Huda Salafiyah Syafi‟iyah Mergosono dan Pondok Pesantren Sabilurrosyad Gasek Malang ditujukan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan masing-masing santri. Evaluasi di kedua pesantren ini dengan teknik penilaian tes tulis, lisan dan praktik serta melakukan evaluasi wajib dalam setahun itu dilakukan 2 kali (per enam bulan), jadi semester 1 dan semester 2. Per hari atau per minggu atau per bulan kadangkala juga ada evaluasi tetapi itu atas inisiatif asatidz sendiri untuk mengasah atau memberi nilai dan melihat apakah santri sudah benar-benar paham dan mengerti akan materi yang telah asatidz sampaikan.

Dokumen terkait