• Tidak ada hasil yang ditemukan

Temuan Penelitian

Dalam dokumen SKRIPSI UMI HANIK PENUH (Halaman 120-128)

PAPARAN HASIL PENELITIAN

B. Temuan Penelitian

Beberapa temuan diperoleh pada pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut : 1. Ketuntasan belajar siswa meningkat setelah menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe TAI. Setelah diadakan wawancara terhadap hasil kerja kelompok, subyek wawancara dapat menjelasakan dengan baik. Dan siswa merasa senang dalam belajar menggunakan alat peraga.

2. Siswa sangat aktif bekerja sama dalam kelompok. Menurut siswa dengan belajar kelompok mereka dapat saling bertanya jika megalami kesulitan. Pendapat yang berbeda dalam kesimpulan yang dibuat, mendorong siswa untuk melakukan diskusi. Namun hasil diskusi kelompok yang dibawa ke diskusi kelas belum maksimal karena terbatasnya waktu, sehingga upaya bertukar argumentasi menjadi sangat terbatas.

3. Pemberian perhatian kepada siswa yang memerlukan bimbingan lebih mendalam dirasakan cukup sulit, karena peneliti dibatasi oleh waktu dan target ketercapaian materi, sehingga keaktifan siswa belum terlihat secara maksimal.

168 Irma Pujiati, Peningkatan Motivasi..., hal. 9

C. Pembahasan

Model pembelajaran kooperatif tipe TAI ini dilaksanakan di kelas VIII-D yang berjumlah 32 siswa. Tahapan pada penelitian ini meliputi enam tahap, yaitu: tes penempatan dan pembentukan kelompok, presentasi peneliti, belajar secara individu, belajar kelompok, tes, perhitungan nilai kelompok dan penghargaan bagi kelompok. Sebelum proses pembelajaran peserta didik dibagi menjadi enam kelompok dimana setiap kelompok beranggotakan 5-6 orang peserta didik. Kelompok tersebut bersifat permanen, artinya selama proses pembelajaran berlangsung peserta didik berada pada kelompok yang tetap.

Pembagian kelompok berdasarkan hasil tes penempatan yang dikerjakan peserta didik secara individu. Hal ini dilmaksudkan untuk mengetahui tingkat kemampuan dasar yang dimiliki peserta didik. Dengan demikian diharapkan dalam satu kelompok, terdapat peserta didik dengan kemampuan heterogen. Dalam pembelajaran kooperatif, peserta didik dapat saling membantu antar anggota kelompok, berdiskusi dan saling berargumentasi, saling berbagi kemampuan yang dimiliki, serta saling mengisi kekurangan masing-masing anggota kelompok dalam memahami materi yang diberikan. Dalam kelompok, siswa akan menjadi individu yang aktif, bukan individu yang pasif, dan di dalam belajar kelompok siswa tidak hanya dituntut secara individual berupaya untuk mecapai sukses atau berusaha lebih unggul dari reka mereka, melainkan dituntut dapat bekerjasama untuk mencapai hasil bersama, aspek sosial sangat menonjol dan siswa dituntut untuk bertanggung jawab terhadap keberhasilan kelompoknya.

Sebelum siswa belajar secara individual, peneliti memberikan apersepsi materi yang akan mereka pelajari. Hal ini karena, bagaimanapun peneliti tetap mempunyai peran meskipun tidak terlalu dominan dalam pembelajaran kooperatif ini. Dan dalam penelitian ini peneliti berposisi sekaligus sebagai guru yang memberikan materi.

Pada saat pembelajaran secara individu siswa menerima Lembar Kerja Siswa (LKS). Siswa memahami kegiatan yang ada pada LKS dan berusaha menyelesaikannya. Peneliti membagi LKS setelah siswa tenang dan siap mengerjakan LKS. Kemudian LKS dibagikan dan siswa mengerjakan LKS setelah mendengarkan instruksi peneliti untuk dikerjakan secara individu. Pada siklus I masih terlihat siswa yang bekerja sama dengan teman satu mejanya. Setelah mengerjakan LKS kemudian siswa berkelompok dengan anggota kelompok yang sudah terbentuk.

Pada saat belajar kelompok, setiap anggota kelompok saling menukar LKS dan mengecek hasil pekerjaan temannya lalu mendiskusikan dengan anggota kelompok yang lain. Dan menginstuksikan untuk menulis hasil diskusi pada buku catatan masing-masing tanpa menganti jawaban secara individu yang ada pada LKS dengan maksud agar mereka tahu perbedaan hasil pekerjaan mereka. Selama belajar kelompok, peneliti dan observer berkeliling kelas memantau jalannya diskusi dan membantu kelompok yang mengalami kesulitan. Peneliti memberi motivasi agar siswa aktif diskusi karena hasil pemikiran beberapa siswa lebih baik dari pada pemikiran satu siswa saja.

Setelah diskusi selesai, kelompok yang selesai terlebih dahulu diminta menuliskan jawaban di papan tulis dan mempresentasikannya di depan kelas. Karena keterbatasan waktu, ada beberapa kelompok yang tidak menuliskan jawabannya di papan tulis dan mempresentasikannya. Hal ini yang membuat beberapa siswa terlihat kecewa tidak mendapat giliran mempresentasikan jawaban kelompok mereka. Pada saat pembelajaran berlangsung, peneliti selalu mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang dipelajari agar dapat meningkatkan keaktifan siswa dan suasana kelas lebih hidup.

Pada akhir pertemuan peneliti dan siswa menyimpulkan bersama-sama pembelajaran yang telah dilakukan. Kemudian peneliti menginformasikan tentang sedikit rencana materi yang akan disampaikan pada pertemuan berikutnya.

Berdasarkan hasil observasi dan catatan lapangan yang dilakukan oleh peneliti dan observer, aktifitas siswa, hasil belajar dan ketuntasan belajar klasikalnya mengalami peningkatan dengan diterapkannya pembelajaran kooperatif tipe TAI. Berikut penjabarannya:

1. Sesuai taraf keberhasilannya aktifitas siswa meningkat, pada siklus I dari 83,1% dengan kategori baik menjadi 93,3% dengan kategori sangat baik. 2. Hasil rata-rata nilai tes siswa mengalami peningkatan, pada saat tes

penempetan adalah 74,06, tes akhir siklus I adalah 78,03, dan tes akhir siklus II adalah 81,5. Serta pada LKS I adalah 85,6 dan pada LKS 2 menjadi 91,9.

3. Hasil ketuntasan belajar klasikal mengalami peningkatan, pada saat tes penempetan adalah 68,75%, tes akhir siklus I adalah 78,13%, dan tes akhir siklus II adalah 90,63%.

Berdasarkan hasil angket respon siswa, prosentase respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe TAI masuk dalam kategori tinggi. Dan didukung dengan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan tiga orang siswa berkemampuan heterogen pada akhir siklus II, bahwa siswa merasa senang dengan pembelajaran kooperatif tipe TAI. Alasan yang dikemukakan siswa adalah siswa dapat memahami pelajaran dengan lebih mudah karena dapat menanyakan pada teman dalam satu kelompoknya jika mengalami kesulitan. Dan mereka pun juga sangat senang pada nilainya yang mengalami peningkatan, ini semua berkat mereka lebih merasa termotivasi untuk rajin belajar karena mereka malu dan takut mengecewakan kepercayaan yang telah diberikan teman satu kelompoknya pada dirinya.

Dan perjuangan mereka berbuah manis dengan hadiah yang diberikan sebagai penghargaan kelompok. Walau ada beberapa siswa yang merasa kecewa karena tidak mendapat hadiah, namun sebentar saja sudah teratasi dengan motivasi dan penguatan teman satu kelompoknya, bahwa mereka sangat senang dengan peningkatan ketuntasan belajar yang mereka capai, serta sambung rasa dan keakraban, juga kepercayaan yang mereka dapat berkat pembelajaran kooperatif tipe TAI.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di kelas VIII-D MTsN Tulungagung 2 terhadap sub pokok bahasan volume kubus dan balok dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assisted Individualization), dan dari analisis serta paparan data-data diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Pembelajaran kooperatif tipe TAI diawali dengan (1) tes penempatan yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan dasar yang dimiliki peserta didik dan digunakan sebagai acuan pembentukan kelompok berkemempuan heterogen. Setelah itu (2) presentasi dari peneliti, kemudian (3) belajar individu yaitu pembelajaran dilanjutkan dengan mempelajari materi dan tugas-tugas secara individu, dan dilanjutkan dengan (4) belajar kelompok. Setiap siswa saling menukar jawaban dan mengoreksi jawaban anggota lain, dan menuliskan hasilnya pada buku catatan masing-masing tanpa menganti hasil pekerjaan individu, kemudian memprentasikan jawabannya di depan kelas. (5) Tes, tes dilaksanakan secara individu. (6) Perhitungan nilai kelompok dan pemberian penghargaan bagi kelompok. Pada akhir pertemuan nilai siswa yang diperoleh, ditambahkan ke dalam skor kelompok. Kelompok yang telah memenuhi kriteria yang ditetapkan akan diberikan penghargaan. Dengan maksud agar peserta didik lebih bersemangat dalam belajar.

2. Pembelajaran matematika yang telah dilaksanakan mengunakan model kooperatif tipe TAI dengan tahapan di atas dapat meningkatkan ketuntasan belajar dan ketuntasan klasikal peserta didik. Hai itu dapat ditunjukkan dari rata-rata skor yang diperoleh siswa yaitu:

a. Sesuai taraf keberhasilannya aktifitas siswa meningkat, pada siklus I dari 83,1% dengan kategori baik menjadi 93,3% dengan kategori sangat baik. b. Hasil rata-rata nilai tes siswa mengalami peningkatan, pada saat tes

penempetan adalah 74,06, tes akhir siklus I adalah 78,03, dan tes akhir siklus II adalah 81,5. Serta pada LKS I adalah 85,6 dan pada LKS 2 menjadi 91,9.

c. Hasil ketuntasan klasikal dari nilai tes siswa mengalami peningkatan, pada saat tes penempetan adalah 68,75%, tes akhir siklus I adalah 78,13%, dan tes akhir siklus II adalah 90,63%.

3. Berdasarkan hasil angket respon siswa, prosentase respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe TAI masuk dalam kategori tinggi.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh, maka beberapa saran yang dapat diajukan adalah sebagai berikut:

1. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai acuan ketika nanti menjadi pengajar. Peneliti dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TAI sebagai variasi dalam pembelajaran. Peneliti perlu terus

mengembangkan model pembelajaran kooperatif tipe TAI karena dapat memberikan sumbangan terhadap perkembangan pembelajaran bidang matematika.

2. Bagi siswa. Model pembelajaran kooperatif tipe TAI ini perlu diterapkan, karena pembelajaran menjadi lebih menyenangkan, dan membiasakan siswa untuk belajar mandiri, tidak bergantung kepada guru, juga melatih siswa dalam memecahkan masalah matematika, memahami, mengerti materi pokok bahasan, dan meningkatkan ketuntasan belajar, serta meningkatkan aspek sosial peserta didik sekaligus melatih tanggung jawab terhadap keberhasilan kelompoknya.

3. Bagi sekolah atau lembaga. Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai masukan dalam upaya meningkatkan pendidikan di bidang matematika sehingga dapat meningkatkan kualitas hasil belajar yang akhirnya dapat menaikkan mutu sekolah. Dan model pembelajaran kooperatif tipe TAI juga dapat digunakan variasi dalam pembelajaran, dan diterapkan untuk pengembangan pembelajaran yang dapat meningkatkan ketuntasan belajar dan ketuntasan klasikal yang disesuaikan dengan materi yang dipelajari, serta meningkatkan motivasi belajar dan perolehan hasil belajar bidang studi matematika.

4. Bagi pembaca, hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai bahan masukan atau referensi yang cukup berarti.

Dalam dokumen SKRIPSI UMI HANIK PENUH (Halaman 120-128)