• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kemenangan Brazil atas Turki pada pertandingan pertamanya di Piala Dunia 2002 ditentukan oleh eksekusi tendangan pinalti dilakukan pada jarak 11 m dari gawang. Rivaldo tidak menyiakan kesempatan ini, ia

43

menyontek ke sebelah kiri gawang dijaga oleh Rustu Recbar dan terjadilah goal.

Tendangan pinalti yang ditembakkan ke ujung-ujung biasanya jarang gagal. Seorang pemain sepakbola profesional menendang bola dengan kecepatan sekitar 30 meter per detik (108 km/jam). Untuk mencapai ujung kanan atas dibutuhkan waktu 0,45 detik sedangkan untuk ujung kanan bawah 0,38 detik.

Menurut perhitungan Sam Williamson, fisikawan yang bekerja di Center for Neural Science New York, waktu reaksi terbaik seorang penjaga gawang adalah 0,26 detik. Untuk bergerak menangkap bola, sang penjaga gawang membutuhkan waktu tambahan pengiriman sinyal dari otak ke otot. Itu sebabnya sukar bagi gawang untuk menangkap bola yang bergerak cepat itu. Untuk melatih reaksi yang cepat dan tepat dibutuhkan latihan yang panjang dan pengalaman yang cukup. Itu sebabnya para kiper atau penjaga gawang dalam piala dunia ini rata-rata lebih tua dibandingkan pemain lainnya.

Tendangan pinalti berbeda dengan tendangan bebas. Pada tendangan pinalti bola tidak perlu ditendang terlalu keras. Yang penting adalah berusaha memasukkan bola ke pojok-pojok gawang atau mengecoh penjaga gawang. Memang menendang bola ke pojok- pojok gawang tidak terlalu mudah. Si penendang harus memperhatikan arah angin, rotasi dan kecepatan bola. Bola yang berotasi terlalu cepat dapat menimbulkan efek magnus yang akan menyimpangkan bola. Bola

44

yang terlalu cepatpun dapat menimbulkan masalah karena dapat menimbulkan turbulens udara yang mengakibatkan bola menyimpang. Menurut penelitian, tendangan yang paling efektif adalah tendangan dengan kekuatan 75 % sampai 80 % dari kekuatan maksimum (kecepatan bola sekitar 80 km/jam). Pada kecepatan ini penjaga gawang sulit menangkap bola dan kemungkinan terjadinya gol lebih besar dibandingkan dengan tendangan dengan kekuatan penuh.

Bicara sepakbola dengan fisika, sangat mengasyikan dan tak ada habisnya. Gerakan parabola, tendangan pisang, gerakan menyundul dan tendangan pinalti yang kita bahas diatas hanya sebagian dari asyiknya fisika dalam sepakbola. Di arena piala dunia 2002 kita telah menikmati lebih banyak lagi bagaimana asyiknya fisika diterapkan dalam sepakbola. Kita masih ingat bagaimana kiper Nigeria memanfaatkan hukum pemantulan untuk menepis tendangan-tendangan maut dari para pemain Argentina. Atau bagaimana Vieri menggunakan konsep keseimbangan ketika menghentikan bola dengan tubuh atau kakinya. Atau juga bagaimana Klose menggunakan konsep momentum, tumbukan dan momentum sudut yang tepat untuk menggerakan kepalanya dan menyundul bola ke gawang musuh. Atau bagaimana Hasan Sas dengan menggunakan keseimbangan yang sempurna melakukan tendangan voli yang indah dan memasukkan bola ke gawang Brazil. Itu baru sebagian. Kita masih akan disuguhkan dengan banyak atraksi-atraksi lainnya yang membuat kita terkagum-kagum. Kita juga melihat bagaimana Batistuta,

45

Zidane dan Hwang menggunakan perhitungan fisika (besar kecepatan, besar gaya dan arah) untuk memasukkan bola ke gawang lawannya. Kita juga menyaksikan bagaimana Rivaldo dan para eksekutor lain mengkombinasikan fisika dengan kecerdikan untuk menaklukan kiper-kiper terbaik dunia. Dan tentu saja kita juga telah saksikan bagaimana Beckham atau Roberto Carlos memanfaatkan efek magnus dalam melakukan tendangan pisangnya. Inilah gambaran singkat bagaimana indahnya fisika dalam sepakbola.

46 BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Perlu kita ketahui bersama bahwa pembelajaran fisika sekarang sudah mengasyikkan karena dengan pembelajaran yang dituangkan dalam bentuk kontekstual historis dengan menggunakan pendekatan yang menyenangkan dan menyentuh kepada guru sebagai peserta diklat maupun si pembelajar.

3. Pembelajaran kontekstual historis adalah konsep fisika dapat dipahami dengan mudah dan menarik berdasarkan keadaan nyata yang dialami oleh siswa, guru melalui praktek. Metode pengajaran yang demikian inilah yang dimaksud dengan metode pengajaran kontekstual.

4. Setelah dipahami konsep fisika melalui praktek sederhana, kemudian diberi ulasan sejarah yang menyertai penemuan-penemuan penting dalam fisika. Misalnya, bagaimana gerak jatuh bebas pertama kali ditemukan. Ulasan sejarah penemuan yang dapat dijadikan dasar untuk memperkaya penalaran fisika yang diistilahkan dengan metode pengajaran kontekstual-historis. Metode pengajaran kontekstual-historis ini selain mengajarkan siswa untuk pandai bernalar dengan memanfaatkan situasi yang

47

ada di sekitarnya, juga dapat memperkaya wawasan siswa karena mereka akan tahu proses kreatif para penemu.

5. Dalam kehidupan sehari-hari baik dikeluarga, masyarakat maupun oleh para pakar fisika pada khususnya sudah banyak digunakan konsep fisika secara tidak langsung.

6. Ekonofisika adalah suatu disiplin ilmu yang mengaplikasikan teknik-teknik fisika untuk menyelesaikan problem-problem ekonomi (termasuk problem keuangan)

7. Konsep fisika juga dapat ditemukan pada tarian balet dan permainan sepak bola. Sehingga untuk seluruh permainan baik itu tari balet maupun pemain sepak bola yang profesional saya katakan sudah profesional pada penggunaan konsep fisika.

B. Rekomendasi

1. Diharapkan kritikan yang membangun demi kesempurnaan penelitian/kajian ini, dan demi untuk membangkitkan gairah belajar fisika dan dapat disenangi oleh pelajar, guru serta masyarakat luas. 2. Kepada pembaca agar dapat memberikan kritikan yang terbaik pada penelitian ini dan disebarkan sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki dari makalah ini.

48 REFERENSI

Agus Purwanto. 2006. Fisika Kuantum. Gava MediaYogyakarta.

Choi Won Seok dan Lee, 2011. The Softest Physisics in The World (terjemahan). Jakarta. PT. Bhuana Ilmu Populer

Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika. Alih Bahasa Yuhliza Hanum. Jakarta. Erlangga.

Handayani S. 2009. Fisika untuk SMA dan MA Kelas X. Jakarta: CV. Adi Perkasa.

MD. Anisur Rahman, Einstein Aja Baca Qur'an (43 Keajaiban Ilmu Pengetahuan yang terkandung dalam Al-Qur'an), Balqist, Yokyakarta.

Pandiangen P. 2008. Praktikum Fisika 2. Universitas Terbuka. Jakarta.

Sugiyono, 2005, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2006. ”Metode Penelitian Bisnis”. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2007. “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D”.

Bandung: Alfabeta

Sugiyono. 2008. ”Metode Penelitian Bisnis”. Bandung: Alfabeta

Sumarsono J. 2009. Fisika:Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: CV. Teguh Karya.

Suparno P. 2009. Kajian Kurikulum Fisika SMA/MA Berdasarkan KTSP. Universitas Sanata Darma. Yokyakarta.

Supianto. 2006. Fisika untuk SMA Kelas X, PT. PHDI Aneka Gama, Jakarta.

Sutrisno. 2007. Praktikum Fisika 1. Universitas Terbuka. Jakarta.

Wardhana W. A. 2006. Melacak Teori Einstein Dalam Al Qur‟an (Penjelasan Ilmiah tentang Teori Einstein dalam Al Qur‟an). Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Yohanes Surya. 2004. Prof. Dr. Fisika Untuk Semua, PT. Bina Sumber Daya MIPA. Jakarta.

Dokumen terkait