• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.4 Landasan Teori

2.4.2 Teori Biaya dan Pendapatan

Biaya usahatani merupakan pengorbanan yang dilakukan oleh produsen (petani, nelayan, dan peternak) untuk memperoleh faktor-faktor produksi, yang akan digunakan dalam mengelolah usahanya dalam mendapatkan hasil maksimal (Rahim dan Hastuti, 2007). Produsen yang rasiaonal akan selalu berusaha melakukan produksi secara efisien. Efisien diartikan sebagai usaha untuk melakukan suatu nilai output yang maksimum dengan sejumlah input tertentu, atau dengan biaya yang minimum dapat menghasilkan output tertentu sehingga pengertian dari efisien sangat berkaitan dengan masalah biaya produksi, yang dimaksud dengan biaya adalah seluruh beban yang harus ditanggung produsen untuk menghasilkan produk baik barang maupun jasa agar siap dikonsumsi oleh konsumen.

Biaya produksi dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :

1. Biaya privat (internal), biaya yang ditanggung oleh individu atau perusahaan didalam memproduksi barang dan jasa.

2. Biaya sosial (eksternal), biaya yang ditanggung oleh masyarakat secara keseluruhan, misalnya biaya polusi akibat kegiatan produksi (Pracoyo, 2006).

Menganalisa biaya produksi perlu dibedakan dalam dua jangka waktu, pertama jangka pendek yaitu jangka waktu sebagian faktor produksi tidak dapat ditambah jumlahnya. Sementara kedua jangka panjang yaitu jangka waktu dimana semua faktor produksi dapat mengalami perubahan (Sukirno, 2013).

Menurut Hariyati (2007), biaya produksi diartikan sebagai jumlah kompensasi yang diterima oleh pemilik faktor-faktor produksi yang dipergunakan dalam proses produksi yang bersangkutan. Hubungan antara jumlah produksi dengan biaya total, semakin banyak produk yang dihasilkan maka akan semakin besar biaya total yang digunakan. Beberapa konsep biaya total:

a. Biaya Tetap Total, (Total Fixed Cost)biaya ini mewakili biaya-biaya untuk faktor-faktor produksi tetap. Biaya ini hanya mempunyai arti dalam jangka pendek. Biaya ini tidak tergantung pada jumlah produk yang dihasilkan. b. Biaya Variabel Total (Total Variable Cost) biaya ini mewakili biaya-biaya

barang atau nilai uang jasa dan kerja yang sesungguhnya tidak dibayarkan. Besar biaya variabel total ditentukan oleh fungsi produksi atau oleh produk total dari proses produksi yang bersangkutan.

c. Biaya Total(Total Cost)Biaya total merupakan biaya tetap total dengan biaya total variabel total. Hubungan antara jumlah produksi dengan biaya total, semakin banyak produk yang dihasilkan maka akan semakin besar biaya total yang digunakan. Kegunaan biaya total ini adalah untuk menentukan pendapatan dari suatu usaha. Secara matematis dirumuskan :

TC = TFC + TVC Keterangan : TC = biaya total (total cost)

TFC = total biaya tetap (total fixed cost) TVC = total biaya variabel (total variabel cost)

Sedangkan konsep biaya rata-rata ini menunjuk pada pengeluaran satuan produksi atau output. Konsep biaya rata-rata terdiri dari:

a. Biaya Tetap Rata-Rata(Average Fix Cost),merupakan pembagian antara biaya tetap total dengan jumlah produk yang dihasilkan pada tiap tingkat produksi. Semakin banyak produk yang dihasilkan, maka semakin rendah biaya tetap rat-rata yang dikeluarkan, akan tetapi tidak pernah sampai nol ataupun negatif karena dalam jangka pendek, sebuah perusahaan selalu menggunakan factor produksi tetap, sehingga jumlah rata-ratanya akan semakin mengecil dengan semakin bertambahnya jumlah produksi.

b. Biaya Variabel Rata-Rata (Average Variable Cost), merupakan hasil bagi antara biaya variabel total dengan jumlah jumlah produk yang dihasilkan. c. Biaya Total Rata-Rata (Average Cost), biaya ini merupakan hasil bagi biaya

total dengan jumlah produk atau dapat diartikan bahwa penjumlahan biaya tetap rata-rata dengan biaya variabel rata-rata. Secara sistematis dirumuskan :

AC = AFC + AVC. Keterangan : AC = Biaya Total Rata- Rata (total cost)

AFC = Biaya Tetap Rata- Rata (total fixed cost) AVC = Biaya Variabel Rata- Rata (total variabel cost)

Gambar 2.1 Kurva Penawaran Individu (Hariyati, 2007)

Berdasarkan Gambar 2.1 menjelaskan bahwa apabila suatu perusahaan menginginkan keuntungan yang maksimum, pengusaha harus mampu menghasilkan barang sebanyak jumlah tertentu, dimana marginal cost sama dengan harga satuan produk tersebut. Apabila harga satuan lebih kecil dari titik minimum biaya variabel rata-rata, pengusaha tersebut tidak akan menawarkan barangnya dikarenakan biaya variabel yang dikeluarkan tidak mampu menutupi dari hasil penjualan. Jadi dapat disimpulkan bahwa kurva biaya marginal (MC) yang berada diatas titik minimum biaya variabel rata-rata adalah merupakan kurva penawaran dari barang tersebut. Titik minimum kurva biaya variabel rata-rata merupakan titik awal suatu usahatani mulai melakukan proses usahatani, karena apabila harga komoditas sama dengan biaya variabel rata-rata berarti biaya variabel rata sudah tertutupi dan seorang usahatani berharap biaya tetap rata-rata akan tertutupi pada saat dilakukan pengembangan usahanya.

Jika harga komoditas yang dihasilkan sebesar P1, maka suatu perusahaan akan memproduksi sebesar Y1 dengan biaya per unit barang yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan sebesar AC1, sehingga suatu perusahaan dinyatakan memperoleh keuntungan. Keuntungan suatu perusahaan per-unit sebesar (P1-AC1) atau keuntungan seluas daerah yang diaksir. Jika harga komoditas turun menjadi sebesar P2, maka perusahaan masih mampu menutupi biaya per-unit barang. Sehingga suatu perusahaan mencapai kondisi impas (Break Event Point). Kondisi

ini sering disebut juga sebagai zero profit ataunormal profit. Pada dasarnya pada kondisi ini suatu perusahaan masih dalam kondisi tidak merugi, dikarenakan pada harga P2 semua biaya yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan, tertutupi oleh harga barang. Oleh karena itu pada kondisi P2 suatu perusahaan masih bersedia menawarkan komoditas barangnya sebesar Y2. Dalam kondisi ini biaya tetap rata-rata dapat tertutupi oleh harga.

Jika harga mengalami penurunan lagi menjadi P4, maka suatu perusahaan menderita kerugian, dimana biaya tetap rata-rata saja yang tertutupi sedangkan biaya variabel tidak tertutupi. Pada kondisi ini suatu perusahaan tidak akan menawarkan hasil dari perusahaan atau bisa dikatakan suatu perusahaan tidak berproduksi lagi. Biaya variabel atau biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi barang tidak terbayar oleh harga barang.

Jika harga komoditas meningkat menjadi P3, maka suatu perusahaan mampu menutupi biaya variabel sedangkan biaya tetap rata – rata belum tertutupi. Suatu perusahaan akan memproduksi suatu komoditas sebesar Y3, suatu titik dimana terjadi perpotongan antara harga dengan biaya marginal atau P3 = MC (syarat tercapainya keuntungan maksimum). Harga P3merupakan harga terendah dimana suatu perusahaan mau menawarkan barangnya. Sedikit saja harga suatu barang turun dibawah P3 maka suatu usahatani akan menghentikan penawarannya. Oleh karenanya kurva penawaran akan dimulai dari titik AVC minimal naik sepanjang kurva MC.

Keuntungan merupakan selisih penerimaan total dengan total biaya yang dikeluarkan selama proses produksi. Dimana biaya itu terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap. Total cost (TC) selalu lebih besar dalam banyak hal apabila dalam analisis ekonomi yang dipakai, dan selalu lebih kecil bila analisis finansial yang dipakai. Secara matematis pendapatan bersih dapat dirumuskan sebagai berikut (Soekartawi, 1995).

Pd = TR-TC

TR = P x Q

Keterangan :

Pd = Pendapatan (Rp) TR = Total Penerimaan (Rp) TC = Biaya Total (Rp)

P = Harga per satuan (Rp/Kg) Q = Jumlah Produksi (kg) TVC = Total Biaya Variabel (Rp) TFC = Total Biaya Tetap (Rp)

Menurut Hernanto (1991), Hubungan diantara total penerimaan (TR) dengan total biaya (TC) secara grafis dapat dinyatakan sebagai berikut:

Gambar 2.2 Hubungan total penerimaan (TR) dengan total biaya (TC)

Gambar 2.2 diatas menjelaskan bahwa laba terbesar terjadi pada selisih positif terbesar antara TR dengan TC. Sedangkan pada selisih negatif antara TR dengan TC menunjukkan bahwa dalam menjalankan agroindustri pelaku mengalami kerugian, sedangkan titik perpotongan antara garis Biaya Total (TC) dan Penerimaan Total (TR) akan membentuk titik Break Event Point(BEP). Pada kondisi saat terjadi BEP ini, jumlah produksi yang akan didapat tidak mengalami suatu kerugian ataupun keuntungan. Hal tersebut dikarenakan bahwa jumlah Biaya Total sama besar dengan jumlah Penerimaan Total. Apabila suatu agroindustri menginginkan untuk dapat memperoleh keuntungan atau pendapatan yang maksimum maka total seluruh penerimaan harus maksimum sedangkan total seluruh biaya harus minimum.

Menghitung besarnya pendapatan petani diperoleh dari total penerimaan dikurangi dengan total biaya dalam suatu proses produksi. Sedangkan total penerimaan diperoleh dari produksi fisik yang dihasilkan dikalikan dengan harga produksi pada saat itu untuk menghitung biaya produksi adalah nilai dari sarana produksi yang digunakan, baik dalam bentuk benda maupun dalam bentuk jasa selama proses produksi berlangsung, petani dalam meningkatkan pendapatan, maka mereka harus berusaha meningkatkan hasil-hasil produksi agar memperoleh peningkatan pendapatan dengan memaksimalkan input-input faktor yang mempengaruhi (Supriyadi, 2006). Menurut Harnanto dalam Pangemanan (2011), terdapat beberapa ukuran dalam suatu pendapatan petani yang dikemukakan sebagai berikut:

a. Pendapatan kerja petani (operator labor income), diperoleh dengan menghitung semua penerimaan yang berasal dari penjualan yang dikonsumsi keluarga dan kenaikan nilai inventaris. Setelah itu dikurangi dengan semua pengeluaran baik yang tunai maupun yang tidak diperhitungkan.

b. Penghasilan kerja petani (operator farm labor earning); diperoleh dari menambah pendapatan kerja petani ditambah dengan penerimaan tidak tunai. c. Pendapatan kerja keluarga (family farm labor earning); merupakan hasil balas

jasa dari petani dan anggota keluarga.

d. Pendapatan keluarga (family income); yaitu dengan menjumlahkan semua pendapatan petani dan keluarganya dari berbagai sumber.

Untuk mendapatkan keuntungan maksimal, setiap petani harus dapat menganalisis tingkat pendapatan yang dikehendaki. Dalam menghitung pedapatan usahatani tebu harus memperhatikan jumlah biaya produksi yang dikeluarkan mulai dari persiapan lahan sampai dengan penebangan hasil, bahkan biaya angkut tebu dar lahan sampai ke pabrik gula. Selain itu pendapatan yang diterima oleh petani tebu juga dihitung dari hasil penjualan tebu dan juga produk sampingnya. Pada dasarnya pendapatan petani tebu banyak ditentukan oleh tingkat produksi, harga input, harga produksi, dan sistem bagi hasil. Bila harga yang ditentukan dapat menguntungkan petani tebu, maka tidak sia-sia petani telah mengeluarkan banyak biaya dan tenaga (Tim Penulis PS, 2000).

Dokumen terkait