• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUS TAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTES A

2.1. Kajian Pustaka

2.1.1. Teori yang berkenaan dengan variabel yang diambil

2.1.1.2. Teori Disiplin Kerja

M enurut Siagian (2002:305), mendefinisikan disiplin adalah suatu pelatihan yang berusaha memperbaiki dan membentuk pengetahuan, sikap dan perilaku karyawan sehingga karyawan tersebut secara sukarela berusaha bekeja secara kooperatif dengan para karyawan yang lain serta meningkatkan penilaian prestasi kerjanya.

M enurut Rivai (2005:444) disiplin adalah suatu alat yang digunakan para manajer untuk berkomunikasi dengan karyawan agar mereka bersedia untuk mengubah suatu perilaku serta sebagai suatu upaya untuk meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku.

Disiplin merupakan sikap kejiwaan dari seseorang atau sekelompok orang yang senantiasa berkehendak untuk mengikuti atau mematuhi segala aturan atau keputusan yang telah ditetapkan (Sinungan., 2005:135).

Poerwopoespito dan Utomo (2000:23) mengatakan kata disiplin berasal

dari bahasa latin Disciplina yang berarti pengajaran, latihan dan sebagainya

(berasal dari kata Disciplus yaitu seorang yang belajar). Disiplin berarti

mematuhi aturan, baik tertulis maupun tidak tertulis untuk menciptakan keteraturan.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

Plagiat

Disiplin adalah sikap kesediaan dan kerelaan seseorang untuk mematuhi dan mentaati norma-norma peraturan yang berlaku disekitarnya. Disiplin karyawan yang baik akan mempercepat tujuan perusahaan, sedangkan disiplin yang merosot akan menjadi penghalang dan memperlambat pencapaian tujuan perusahaan.(Singodimedjo,2002 dalam Edi Sutrisno, 2009:86).

Disiplin menunjukkan suatu kondisi atau sikap hormat yang ada pada diri karyawan terhadap peraturan dan ketetapan perusahaan. Dengan demikian bila peraturan dan ketetapan yang ada dalam perusahaan itu diabaikan, atau sering dilanggar, maka karyawan mempunyai disiplin kerja yang buruk. Sebaliknya, bila karyawan tunduk pada ketetapan perusahaan, menggambarkan adanya kondisi disiplin yang baik. Dalam arti yang lebih sempit dan lebih banyak dipakai, disiplin berarti tindakan yang diambil dengan penyeliaan untuk mengoreksi perilaku dan sikap yang salah pada sementara karyawan. (Siagian,2002 dalam Edi Sutrisno, 2009:86). Bentuk disiplin yang baik akan tercermin pada suasana, yaitu:

1. Tingginya rasa kepedulian karyawan terhadap pencapaian tujuan

perusahaan.

2. Tingginya semangat dan gairah kerja dan inisiatif para karyawan dalam

melakukan pekerjaan.

3. Besarnya rasa tanggung jawab para karyawan untuk melaksanakan tugas

dengan sebaik-baiknya.

4. Berkembangnya ras memiliki dan rasa solidaritas yang tinggi di kalangan

karyawan.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

Plagiat

5. M eningkatnya efisiensi dan produktifitas kerja para karyawan.

M enurut Terry (Tohardi,2002 dalam Edi Sutrisno at al., 2009:87), disiplin merupakan alat penggerak karyawan. Agar tiap pekerjaan dapat berjalan dengan lancar, maka harus diusahakan agar ada disiplin yang baik. Terry kurang setuju jika disiplin hanya dihubungkan dengan hal-hal yang kurang menyenangkan (hukuman), karena sebenarnya hukuman merupakan alat paling akhir untuk menegakkan disiplin.

Latainer (Soediono,1995,dalam Edi Sutrisno et al., 2009:87), mengartikan disiplin sebagai suatu kekuatan yang berkembang di dalam tubuh karyawan dan menyebabkan karyawan dapat menyesuaikan diri dengan sukarela pada keputusan, peraturan, dan nilai-nilai tinggi dari pekerjaan dan perilaku. Dalam arti sempit, biasanya dihubungkan dengan hukuman. Padahal sebenarnya menghukum seorang karyawan hanya merupakan sebagian dari persoalan disiplin. Hal demikian jarang terjadi dan hanya dilakukan bilamana usaha-usaha pendekatan secara konstruktif mengalami kegagalan.

Bagi Beach (Siagian,2002, dalam Edi Sutrisno et al., 2009:87), disiplin mempunyai dua pengertian. Arti yang pertama, melibatkan belajar dan mencetak perilaku dengan menerapkan imbalan atau hukuman. Arti kedua lebih sempit lagi, yaitu disiplin ini hanya bertalian dengan tindakan hukuman terhadap pelaku kesalahan.

Yang dimaksud dengan disiplin menurut Edi Sutrisno, 2009:87, adalah sikap hormat terhadap peraturan dan ketetapan perusahaan, yang ada dalam

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

diri karyawan, yang menyebabkan ia dapat menyesuaikan diri dengan sukarela pada peraturan dan ketetapan perusahaan.

Disiplin kerja adalah suatu sikap dan tingkah laku dan perbuatan yang sesuai dengan aturan dari instansi, baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Disiplin kerja merupakan kebijakan yang menuju kearah rasa tanggung jawab dan kewajiban bagi karyawan untuk mentaati peraturan-peraturan yang telah ditetapkan perusahaan ditempat karyawan itu bekerja (Harlis, 2010:860-867). Disiplin adalah setiap perseorangan dan juga kelompok yang menjamin adanya kepatuhan terhadap perintah dan berinisiatif untuk melakukan suatu tindakan yang diperlukan seandainya tidak ada perintah (Heidjrachman dan Husnan, 2002:15 dalam Narmodo dan Wajdi, 2004:1-64). Disiplin adalah tindakan manajemen untuk memberikan semangat kepada pelaksanaan standar organisasi, ini adalah pelatihan yang mengarah pada upaya membenarkan dan melibatkan pengetahuan-pengetahuan sikap dan perilaku pegawai sehingga ada kemauan pada diri pegawai untuk menuju pada kerjasama dan prestasi yang lebih baik. Disiplin adalah kegiatan manajemen untuk menjalankan standar-standar organisasional (Davis, 2002:112 dalam Narmodo et al., 2004:1-64).

Berdasarkan Peraturab Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil, disebutkan bahwa Disiplin kerja adalah kesanggupan Pegawai Negeri Sipil untuk mentaati kewajibannya dan menghindari larangan yang sudah ditentukan dalam

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

peraturan perundang-undangan dan / peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman disiplin.

Disiplin dapat menimbulkan dampak yang kuat terhadap individu dalam organisasi. Disiplin, dapat digunakan pimpinan untuk menegakkan

standar organisasi. Tindakan ini dapat bersifat prefentif (preventive

discipline)dan korektif (corrective discipline). Disiplin prefentif adalah tindakan yang dilakukan untuk mendorong pegawai mentaati standar dan peraturan sehingga tidak terjadi pelanggaran. Tujuan pokoknya adalah mendorong pegawai untuk memiliki disiplin pada diri pribadi. Sedangkan Disiplin korektif adalah tindakan yang dilakukan setelah terjadinya pelanggaran peraturan. Tujuannya adalah untuk mencegah timbulnya pelanggaran lebih lanjut. Tindakan korektif biasanya berupa jenis hukuman tertentu atau hukuman disipliner. Tujuan tindakan disipliner adalah memperbaiki perilaku pelanggaran standar, mencegah orang lain melakukan tindakan yang serupa dan mempertahankan standar kelompok yang konsisten dan efektif (Davis et. Al., 1993:87-88). Kegagalan untuk melakukan seperti yang diharapkan bisa langsung berhubungan dengan tugas-tugas yang dilakukan oleh karyawan atau ketentuan dan peraturan yang mendefinisikan perilaku yang tepat di tempat kerja.

Tujuan lain dari disiplin adalah untuk menciptakan atau mempertahankan kepercayaan dan saling menghormati antara atasan dan bawahan. Tidak benar disiplin diberikan dapat menciptakan masalah seperti moral rendah dan kebencian antara atasan dan bawahan. Pemerintahan yang

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

tepat, disiplin tidak hanya akan meningkatkan perilaku karyawan tetapi juga akan meminimalkan masalah disiplin di masa depan melalui hubungan positif atasan-bawahan (Engelbrecht et al., 2008:1-8).

M enurut Hasibuan (2005), kedisiplinan kerja diartikan bilamana selalu datang dan pulang tepat pada waktunya, mengerjakan semua pekerjaan dengan baik, mematuhi semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Pada hakikatnya, pendisiplinan merupakan tindakan yang dilakukan karyawan dengan bersikap tanggungjawab atas pekerjaan yang dilakukan, menekankan timbulnya masalah kecil, dan mencegah berkembangnya kesalahan yang mungkin terjadi.

Disiplin kerja karyawan dapat dikatakan baik apabila memenuhi syarat sebagai berikut :

1. Para pegawai datang dengan tertib, tepat waktu dan teratur. Dengan

datang ke kantor tertib, tepat waktu, maka disiplin kerja dapat mempengaruhi produktivitas kerja karyawan sesuai yang diharapkan perusahaan.

2. Berpakaian rapi. Berpakaian rapi juga merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi disiplin kerja karyawan karena dengan berpakaian rapi suasana kerja akan terasa nyaman dan rasa percaya diri dalam bekerja akan tinggi, sehingga produktivitas kerja karyawan juga akan tinggi.

3. M ampu menggunakan peralatan kantor dengan hati-hati. Sikap hati-hati

dapat menunjukkan bahwa seseorang memiliki sikap disiplin kerja yang baik karena apabila tidak hati-hati dalam menggerakkan perlengkapan

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

kantor, maka dapat menunjukkan bahwa disiplin kerjanya kurang. Oleh karena itu, dalam menggerakkan perlengkapan kantor harus hati-hati sehingga produktivitas kerjanya juga baik.

4. M engikuti cara kerja yang ditentukan oleh perusahaan. Dengan

mengikuti cara kerja yang ditentukan oleh perusahaan, maka dapat menunjukkan bahwa karyawan memiliki disiplin kerja yang baik. Selain itu dengan mematuhi segala peraturan perusahaan baik tertulis maupun tidak tertulis, maka akan berpengaruh terhadap disiplin kerjanya. Dengan disiplin yang tinggi, maka diharapkan produktivitas kerjanya juga tinggi.

5. M emiliki tanggung jawab yang tinggi. Tanggung jawab sangat

berpengaruh besar pada disiplin pada disiplin kerja. Dengan bertanggung jawab terhadap segala tugasnya, maka menunjukkan bahwa disiplin kerja karyawan tinggi sehingga diharapkan produktivitas kerjanya tinggi.

Disiplin kerja menurut Baskoro dan Susanty (2013), menemukan hasil disiplin kerja secara simultan dan parsial tidak berpengaruh terhadap karyawan. Artinya jika disiplin kerja karyawan tinggi maka belum tentu meningkatkan kinerja para karyawannya. Walaupun disiplin kerja tidak berpengaruh terhadap kinerja pegawai akan tetapi dalam menerapkan kedisiplinan para karyawannya tidak setengah-setengah, semua karyawan mematuhi jam kerja yang telah ditetapkan, jam istirahat dan jam pulang, serta atribut perlengkapan yang digunakan karyawan baik yang pegawai negeri sipil maupun yang bukan pegawai negeri sipil. Semua karyawan yang melanggar aturan akan dikenakan sanksi yang berlaku tanpa pandang bulu.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

Dengan adanya disiplin kerja karyawan yang tinggi maka tujuan dan fungsi akan berjalan baik pula.

Berdasarkan teori yang sudah dipaparkan diatas, maka dapat dirumuskan definisi konsep, bahwa Disiplin Kerja adalah seorang pegawai yang mempunyai sikap dan perilaku yang sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh organisasi. Seorang pegawai dalam suatu organisasi, harus bisa mentaati dan menjadikan kode etik pegawai sebagai pedoman untuk mencapai kinerja yang memuaskan. Seorang pegawai harus dapat melaksanakan kewajiban dan menjauhi larangan yang telah ditetapkan. Sehingga apabila terjadi pelanggaran terhadap pegawai, maka akan diberlakukan sanksi yang sudah diatur.

Penelitian terdahulu berhasil membuktikan bahwa motivasi berprestasi dapat memperkuat pengaruh disiplin (Lestari dan Sutarno, 2012: 161-173). Penelitian tersebut juga didukung oleh Binarsih et. al. (2013) yang hasilnya menunjukkan disiplin kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi kerja (Binarsih et.al., 2013: 1205-2220). Sedang penelitian lain yang lebih memperkuat adalah motivasi kerja yang memiliki pengaruh positif signifikan terhadap disiplin kerja (Baskoro et.al., 2013: 1205-2220). Selain itu untuk membuktikan pengaruh disiplin kerja terhadap kinerja pegawai, penelitian tentang variabel disiplin kerja merupakan variabel bebas yang dominan mempengaruhi variabel terkait yaitu kinerja pegawai (harlie, 2010: 860-867). Penelitian tersebut juga didukung oleh Putra dan Subudi (2013) yang hasilnya menunjukkan bahwa disiplin kerja secara parsial berpengaruh

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan (Pytra et.al., : 802-814). Sedangkan penelitian yang lain yang lebih memperkuat adalah Baskoro (2014) mengemukakan bahwa variabel motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan (Baskoro, 2014:1-12).

Untuk mendukung teori yang dikemukakan oleh para ahli, maka diperlukan pengukuran. M enurut Lestari dan Sutarno (2012) disiplin kerja yang harus dilakukan adalah : Hadir setiap hari pada jam dinas, Setiap masuk kerja dan pulang kerja mengisi daftar hadir, M embuat surat izin jika tidak masuk kantor, Setiap keluar pada jam dinas harus izin pimpinan, M ematuhi peraturan di instansi, Bekerja tepat waktu, Bekerja dengan sungguh-sungguh, Tidak pernah menunda-nunda pekerjaan, M ampu bersikap tegas, dan Berusaha tidak pernah melakukan pelanggaran disiplin (Lestari et.al., 2012: 161-173).

Sedangkan menurut Hartatik (2014) yang dikemukakan dalam bukunya yang berjudul M engembangkan Sumber Daya M anusia, indikator yang mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan suatu organisasi, diantaranya adalah sebagai berikut : Tujuan dan kemampuan staf dalam memahami peraturan yang berlaku, Keteladanan pimpinan, Keadilan dalam menerapkan aturan tanpa memandang kedudukan, Pengawasan melekat, dalam hal ini tindakan nyata dan paling efektif dalam mewujudkan kedisiplinan, sanksi hukum indisipliner dilakukan untuk mengarahkan dan memperbaiki perilaku pegawai, bukan untuk menyakiti, ketegasan seorang pimpinan dalam

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

memberikan sanksi terhadap pegawai yang melakukan pelanggaran dan hubungan kemanusiaan.