• Tidak ada hasil yang ditemukan

Seorang siswa yang memiliki kemampuan dalam dirinya namun tidak dapat mengekpresikan atau mengeksplorasikan kemampuan yang dimilikinya akan menjadi sedikit penghambat dalam prestasinya. Saat ini dalam proses pembelajar-an siswa dituntut untuk aktif dalam pembelajarpembelajar-an, bukpembelajar-an lagi guru sebagai fasili-tator. Siswa harus memiliki rasa kepercayaan dan keyakinan yang tinggi untuk dapat mengembangkan kemampuannya melalui tindakan. Menurut Pajares (2002) Keyakinanself-efficacyjuga mempengaruhipola pikir individudanreaksi emosi-onal. Tingginya efikasi diri membantu menciptakan perasaan ketenangan dalam

17

mendekati tugas dan kegiatan sulit. Sebaliknya, orang yang memiliki efikasi diri yang rendah akan lebih mempercayai hal sulit dari yang mereka fikirkan keyakin-nan yang menumbuhkan kecemasan, stres, depresi, dan visi sempit bagaimana cara terbaik untuk memecahkan masalah. Sebagai kosekuensinya, efikasi diri dipercaya dapat mempengaruhi tingkat prestasi yang akan dicapai. Artinya, ke-tekunan terkait dengan tingginya efikasi diri cenderung mengakibatkan peningkat-an kinerja, ypeningkat-ang selpeningkat-anjutnya meningkatkpeningkat-an rasa keberhasilpeningkat-an dpeningkat-an sempeningkat-angat sese-orang, sedangkan terkait dengan efikasi diri yang rendah membantu memastikan kegagalan yang lebih, menurunkan kepercayaan diri dan moral.

Efikasi diri merupakan perpsepsi individu akan keyakinan kemampuannya me-lakukan kegiatan yang diharapkan. Keyakinan efikasi diri mempengaruhi pilihan tindakan yang akan dilakukan, besarnya usaha dan ketahanan ketika berhadapan dengan hambatan atau kesulitan. Individu dengan efikasi diri tinggi memilih me-lakukan usaha lebih besar dan pantang menyerah (Bandura, 1997). Menurut Bandura (1997), ada empat sumber informasi yang memberikan kontribusi penting terhadap pembentukan efikasi diri: (1) pengalaman tentang keberhasilan pribadi (enactives mastery experiences), (2) pengalaman keberhasilan orang lain yang dijadikan model (vicarious experiences), (3) pujian dan penghargaan sosial (verbal persuasion and other related social recognitions), dan (4) keadaan psikologis dan afektif individu (physiological and affective states). Keempat sumber inilah yang akan digali dalam penelitian ini untuk mengukur tingkat efikasi diri mahasiswa dalam membaca dan menulis bahasa asing.

18

Bandura (1986) mengungkapkan bahwa perbedaanSelf-Efficacypada setiap individu terletak pada tiga komponen, yaitumagnitude, strength dan generality. Masing-masing mempunyai implikasi penting di dalam performansi, yang secara lebih jelas dapat diuraikan sebagai berikut.

Pertama,Magnitude(tingkat kesulitan tugas), yaitu masalah yang berkaitan dengan derajat kesulitan tugas individu. Komponen ini berimplikasi pada pemili-han perilaku yang akan dicoba individu berdasar ekspektasi efikasi pada tingkat kesulitan tugas. Individu akan berupaya melakukan tugas tertentu yang ia per-sepsikan dapat dilaksanakannya dan ia akan menghindari situasi dan perilaku yang ia persepsikan di luar batas kemampuannya (Bandura, 1986). Kedua, Strength(kekuatan keyakinan), yaitu berkaitan dengan kekuatan pada keyakinan individu atas kemampuannya. Pengharapan yang kuat dan mantap pada individu akan mendorong untuk gigih dalam berupaya mencapai tujuan, walaupun

mungkin belum memiliki pengalaman-pengalaman yang menunjang. Sebaliknya pengharapan yang lemah dan ragu-ragu akan kemampuan diri akan mudah di-goyahkan oleh pengalaman-pengalaman yang tidak menunjang. Ketiga, Generality(generalitas), yaitu hal yang berkaitan cakupan luas bidang tingkah laku di mana individu merasa yakin terhadap kemampuannya. Individu dapat merasa yakin terhadap kemampuan dirinya, tergantung pada pemahaman kemam-puan dirinya yang terbatas pada suatu aktivitas dan situasi tertentu atau pada se-rangkaian aktivitas dan situasi yang lebih luas dan bervariasi (Bandura, 1986).

19

D. Efektivitas

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, membawa hasil dan merupakan keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan, dalam hal ini efektivitas dapat dilihat dari tercapai tidaknya tujuan instruksional khusus yang telah dicanangkan. Metode pembelajaran dikatakan efektif jika tujuan instruk-sional khusus yang dicanangkan lebih banyak tercapai (Satria, 2005).

Nieveen dan Plomp (2007) mengusulkan empat kriteria umum untuk intervensi kualitas tinggi (lihat Tabel 2), kriteria ini sebagai berikut : komponen intervensi harus didasarkan pada keadaan gambaran pengetahuan (konten validitas) dan semua komponen harus konsisten dihubungkan satu sama lain (validitas kons-truk). Intervensi dianggap sah jika memenuhi persyaratan tersebut. Karakteristik intervensi yang berkualitas tinggi adalah pengguna akhir (misalnya guru dan peserta didik) mempertimbangkan intervensi yang akan digunakan dan mereka mudah untuk menggunakan dengan cara yang sebagian besar cocok dengan pem-bangun niat. Jika kondisi ini terpenuhi, kita sebut intervensi ini praktis. Ketiga Karakteristik dengan intervensi kualitas tinggi itu merupakan hasil yang mereka inginkan, maka intervensi tersebut disebut efektif. Berikut adalah Tabel 2 untuk intervensi kualitas tinggi :

Tabel 2. Kriteria untuk intervensi kualitas tinggi (Nieveen dan Plomp, 2007) Kriteria

Relevensi (disebut juga validitas isi) Ada kebutuhan untuk intervensi dan desain didasarkan pada keadaan gambaran (ilmiah) pengetahuan Konsistensi (disebut juga validitas

konstruk)

20

Kriteria

Relevensi (disebut juga validitas isi) Ada kebutuhan untuk intervensi dan desain didasarkan pada keadaan gambaran (ilmiah) pengetahuan

Kepraktisan Harapan

Intervensi ini diharapkan dapat digunakan sebagai pengaturan yang telah dirancang dan dikembangkan. Sebenarnya

Intervensi ini dapat digunakan dalam pengaturan yang telah dirancang dan dikembangkan

keefektivan Harapan

Menggunakan intervensi ini diharapkan dapat menghasilkan hasil yang

diinginkan. Sebenarnya

Menggunakan intervensi ini mendapatkan hasil yang diinginkan

Efektivitas metode pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Kriteria keefektivan menurut Wicaksono (2008), mengacu pada :

1. Ketuntasan belajar, pembelajaran, dapat dikatakan tuntas apabila sekurang-kurangnya 75% dari jumlah siswa telah memperoleh nilai = 60 dalam peningkatan hasil belajar.

2. Model pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukkan perbedaaan yang signifikan antara pemahaman awal dengan pemahaman setelah pembelajaran (gain yang signifikan).

3. Model pembelajaran dikatakan efektif jika dapat meningkatkan minat dan motivasi apabila setelah pembelajaran siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar lebih giat dan memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Serta siswa belajar dalam keadaan yang menyenangkan.

21

Dokumen terkait