• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori

3. Suatu kerugian yang timbul sebagai akibat diketahui keterangan atau penyajian yang salah (salah pernyataan), penyembunyian fakta material, atau penyajian yang

2.1.3 Teori Fraud Triangle

termasuk dalam financial statement fraud. Tindakan memanipulasi laba untuk memperoleh outlook perusahaan yang baik dilakukan oleh manajemen perusahaan. Dalam hubungannya dengan kinerja, laporan keuangan sering dijadikan dasar untuk penilaian kinerja perusahaan. Kebijakan dan keputusan yang diambil oleh manajemen dalam rangka proses penyusunan laporan keuangan akan mempengaruhi penilaian kinerja perusahaan. Oleh sebab itu, manajemen akan memilih metode tertentu untuk memperoleh laba sesuai dengan target yang ditentukan. Tindakan memanipulasi laba oleh manajemen ini dapat digolongkan sebagai fraud pada laporan keuangan.

Earnings management juga tidak dapat secara langsung dapat diamati.

Sehingga dibutuhkan suatu proksi untuk dapat mengindikasi terjadinya manajemen laba. Dalam beberapa penelitian, discretionary accruals digunakan sebagai proksi untuk earnings management. Penggunaan discretionary accruals sebagai proksi manajemen laba dihitung dengan menggunakan Modified Jones Model Dechow et al. (dikutip oleh Ujiyantho dan Pramuka, 2007).

2.1.3 Teori Fraud Triangle

Konsep dari fraud triangle diperkenalkan dalam literatur profesional pada SAS no. 99, Consideration of Fraud in a Financial Statement Audit. Cressey (1953) dalam Skousen et al. (2009) menyimpulkan bahwa kecurangan secara umum mempunyai tiga sifat umum. Fraud triangle terdiri dari tiga kondisi yang umumnya hadir pada saat fraud terjadi yaitu incentive/pressure, opportunity, dan

21  Gambar 2.2 Fraud Triangle Incentive/Pressure Opportunity Attitude/Rationalization 2.1.3.1 Pressure

Pressure adalah dorongan orang yang melakukan fraud. Tekanan dapat

mencakup hampir semua hal termasuk gaya hidup, tuntutan ekonomi, dan lain-lain. Termasuk hal keuangan dan non keuangan. Dalam hal keuangan sebagai contoh dorongan untuk memiliki barang-barang yang bersifat materi. Tekanan dalam hal non keuangan juga dapat mendorong seseorang untuk melakuka fraud, misalnya tindakan untuk menutupi kinerja yang buruk karena tuntutan pekerjaan untuk mendapatkna hasil yang baik.

Menurut SAS no. 99, terdapat empat jenis kondisi yang umum terjadi pada

pressure yang dapat mengakibatkan kecurangan. Kondisi tersebut adalah financial stability, external pressure, personal financial need, dan financial targets.

2.1.3.2 Opportunity

Opportunity adalah peluang yang memungkinkan terjadinya fraud. Para

22 

terjadi karena pengendalian internal yang lemah, manajemen pengawasan yang kurang baik, dan atau melalui penggunaan posisi. Kegagalan untuk menetapkan prosedur yang memadai untuk mendeteksi aktivitas fraud juga meningkatkan

kesempatan terjadinya kecurangan. Dari tiga elemen dalam fraud triangle,

kesempatan memiliki kontrol yang paling atas. Organisasi perlu untuk membangun sebuah proses, prosedur dan kontrol membuat karyawan dalam posisi tidak dapat melakukan fraud dan yang efektif dapat mendeteksi aktivitas kecurangan jika hal itu terjadi.

SAS no. 99 menyebutkan bahwa peluang pada financial statement fraud dapat terjadi pada tiga kategori. Kondisi tersebut adalah nature of industry, ineffective

monitoring, dan organizational structure.

2.1.3.3 Rationalization

Rasionalisasi menjadi elemen penting dalam tejadinya fraud, di mana pelaku mencari pembenaran atas perbuatannya. Rasionalisasi merupakan bagian dari fraud triangle yang paling sulit diukur (Skousen et al., 2009). Bagi mereka yang umumnya tidak jujur, mungkin lebih mudah untuk merasionalisasi penipuan. Bagi mereka dengan standar moral yang lebih tinggi, itu mungkin tidak begitu mudah. Pelaku fraud selalu mencari pembenaran secara rasional untuk membenarkan perbuatannya. 2.2 Penelitian Terdahulu

Hingga saat ini telah banyak penelitian yang membahas tentang fraud. Tidak jarang penelitian-penelitian mengenai fraud yang dikaitkan dengan deteksi dan

23 

prediksi perusahaan yang melakukan fraud. Berikut ini adalah beberapa contoh penelitian yang berkaitan dengan fraud.

Koroy (n.d.) berusaha mengidentifikasi dan menguraikan permasalahan dalam pendeteksian kecurangan dalam audit atas laporan keuangan oleh auditor eksternal. Metode yang digunakan adalah dengan analisis faktor-faktor yang menjadi hambatan

auditor dalam menjalankan tugasnya mendeteksi kecurangan.Berdasarkan telaah atas

berbagai penelitian yang telah dilakukan, terdapat empat faktor penyebab yang diidentifikasikan melalui penelitiannya. Pertama, karakteristik terjadinya kecurangan sehingga menyulitkan proses pendeteksian. Kedua, standar pengauditan belum cukup memadai untuk menunjang pendeteksian yang sepantasnya. Ketiga, lingkungan kerja audit dapat mengurangi kualitas audit dan keempat metode dan prosedur audit yang ada tidak cukup efektif untuk melakukan pendeteksian kecurangan.

Turner, et al (2003) menguji dampak dari fraud triangle terhadap proses audit. Turner, et al (2003) mengembangkan jaringan bukti yang memiliki dua sub-jaringan. Pertama, untuk menangkap resiko dan bukti hubungan untuk audit laporan keuangan konvensional. Kedua, untuk menangkap hubungan resiko dan bukti untuk penilaian resiko kecurangan. Jaringan ini menggunakan pendekatan belief functions untuk mengekspresikan ketidakpastian yang terlibat dalam bukti audit laporan keuangan. Hasil analisis pada penelitian ini mendukung konsep fraud triangle bahwa dalam tiga komponen dan hubungan antar komponen terbukti memilki dampak yang besar pada resiko audit.

24 

Lou dan Wang (2009) melakukan penelitian untuk menguji faktor resiko dari

fraud triangle. Hasilnya mengindikasikan bahwa kecurangan pelaporan berhubungan

dengan salah satu kondisi berikut: tekanan keuangan dari suatu perusahaan atau supervisor perusahaan, persentase yang lebih tinggi dari transaksi yang kompleks suatu perusahaan, lebih dipertanyakannya integritas manajer sebuah perusahaan, atau penurunan hubungan antara perusahaan dengan auditornya. Sebuah model logistik sederhana berdasarkan contoh faktor risiko kecurangan ISA 240 dan SAS 99 mengukur kemungkinan kecurangan pelaporan keuangan dan dapat menguntungkan praktisi.

Nguyen (2008) melakukan penelitian bertujuan untuk fokus pada sifat kecurangan laporan keuangan dan skema kecurangan terhadap laporan keuangan. Penelitian ini juga membahas teknik-teknik umum yang digunakan untuk mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Dua kasus kecurangan pada laporan keuangan dianalisis dari Enron dan WorldCom.

Skousen et al (2009) melakukan penelitian secara empiris yang mengkaji efektivitas teori Cressey (1953) mengenai kerangka faktor resiko kecurangan yang diterapkan dalam SAS No.99 untuk mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Menurut teori Cressey, pressure, opportunity dan rationalization selalu hadir dalam situasi fraud. Skousen et al mengembangkan variabel yang berfungsi sebagai ukuran proksi untuk tekanan, kesempatan, dan rasionalisasi dan menguji variabel-variabel ini menggunakan informasi umum yang tersedia. Skousen et al. (2009) mengidentifikasi lima proksi tekanan dan dua proksi kesempatan yang secara signifikan berhubungan

Dokumen terkait