• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN

2.8 Kerangka Teoritik

2.8.1 Teori ( Habitus x Modal) + Ranah = Praktik

Bourdieu dalam Harker (2009:9) menyatakan rumus generatif yang menerangkan praktik sosial berbunyi: (Habitus x Modal) + Ranah = Praktik. Rumusan generatif tersebut menerangkan proses terjadinya praktik sosial. Dalam praktik sosial, terdapat habitus, modal dan ranah yang menjadi unsur utama atas terjadinya praktik sosial.

Bourdieu dalam Harker (2009:13) menjelaskan habitus sebagai suatu sistem disposisi yang berlangsung lama dan berubah-ubah (durable, transposable disposition) yang berfungsi sebagai basis generatif bagi praktik-praktik yang testruktur dan terpadu secara objektif. Secara mudah, habitus diindikasikan oleh skema-skema yang merupakan perwakilan konseptual dari benda-benda dalam realitas sosial. Dalam perjalanan hidupnya, manusia memiliki sekumpulan skema yang terinternalisasi dan melalui skema-skema itu mereka mempersepsi, memahami, menghargai serta mengevaluasi realitas sosial. Skema yang tercakup dalam konsep habitus, seperti konsep ruang, waktu, baik-buruk, sakit-sehat, untung-rugi, berguna- tidak berguna, benar-salah, atas-bawah, depan-belakang, kiri-kanan, indah-jelek, dan terhormat-terhina. Bila dikaitkan dengan penelitian, habitus mencakup sisi pengalaman petani ngalas selama menjalani dan melangsungkan kehidupan di Desa Brambang Darussalam dan di alas brambang. Habitus petani ngalas di Desa Brambang Darussalam membentuk sikap petani ngalas berupa pemisahan diri dari lingkungan masyarakat di Desa Brambang Darussalam. Pemisahan diri yang dilakukan oleh petani ngalas disebabkan oleh keterbatasan petani ngalas dalam memenuhi kebutuhan pangan harian dan keterbatasan petani ngalasdalam mengikuti

perkembangan masyarakat di Desa Brambang Darussalam, Kecamatan Tlogosari, Kabupaten Bondowoso. Akibatnya petani ngalas melakukan usaha bertani dan melangsungkan kehidupan di alas brambang. Habitus petani ngalas di Desa Brambang Darussalam, Kecamatan Tlogosari, Kabupaten Bondowoso dengan habitus petaningalasdialas brambangmemiliki perbedaan ranah yang signifikan. Sehingga membentuk penyesuaian sikap dan kebiasaan-kebiasaan yang berbeda dalam melakukan aktivitas bertani dan melangsungkan kehidupanngalas.

Bourdieu dalam Harker (2009:16) menyatakan definisi modal sangat luas dan mencakup hal-hal material (yang dapat memiliki nilai simbolik) dan berbagai atribut ‘yang tak tersentuh’, namun memiliki siginifikansi secara kultural, misalnya prestise, status, dan otoritas (yang dirujuk sebagai modal simbolik), serta modal budaya (yang didefinisikan sebagai selera bernilai budaya dan pola-pola konsumsi). Modal budaya mencakup rentangan luas property, seperti seni, pendidikan, dan bentuk-bentuk bahasa. Dalam menjalani dan melangsungkan kehidupan, petani ngalas selama di Desa Brambang Darussalam memiliki modal berupa kemampuan bekerja, kemampuan berelasi, rumah, kepemilikan hak kelola lahan hutan. Sementara itu, keberadaan petani ngalas yang melakukan usaha tani di alas brambang juga berdasarkan harapan mencapai posisi di Desa Brambang Darussalam, Kecamatan Tlogosari, Kabupaten Bondowoso. Dimana, posisi sederhana yang diharapkan bisa dicapai oleh petani ngalas merupakan posisi berupa pemenuhan kebutuhan pangan dan dapat mengikuti perkembangan masyarakat. Dalam ranah Desa Brambang Darussalam, petani ngalas memiliki keterbatasan modal. Hal tersebut menyebabkan petani ngalasmelakukan usaha perjuangan modal dengan menggunakan modal yang ada dalam ranah alas brambang. Petani ngalas memiliki modal dalam ranah alas

keberadaan petani ngalas dalam ranah alas brambang adalah untuk memanfaatkan modal dan memperjuangkan modal berupa pendapatan dalam memenuhi kebutuhan pangan.

Bourdieu dalam Harker (2009:10) menjelaskan bahwa dalam teori praktik, terdapat ranah yang dapat dijelaskan sebagai ranah kekuatan yang secara parsial bersifat otonom dan juga merupakan suatu ranah yang di dalamnya berlangsung perjuangan posisi-posisi. Posisi-posisi ditentukan oleh pembagian modal khusus untuk para aktor yang beralokasi di dalam ranah tersebut. Ranah bukan ikatan intersubjektif antar individu, namun semacam hubungan terstruktur dan tanpa disadari mengatur posisi-posisi individu dan kelompok dalam tatanan masyarakat yang terbentuk secara spontan. Ranah merupakan metafora yang digunakan Bourdieu untuk menggambarkan kondisi masyarakat yang terstruktur dan dinamis dengan daya-daya yang dikandungnya. Dalam ranah terdapat perjuangan posisi yang ingin dicapai oleh petaningalas. Dalam perjuangan posisi terdapat perjuangan modal untuk memperoleh posisi tersebut. ranah memiliki daya-daya yang dapat diperjuangkan sebagai modal oleh petani ngalas. Perjuangan modal dalam ranah dan ruang sosial alas brambang membentuk kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh petani ngalas dalam melakukan aktivitas bertani dan melangsungkan kehidupan ngalas. Ranah dan ruang sosial Desa Brambang Darussalam dengan ranah alas brambang memiliki perbedaan yang signifikan dilihat dari cakupan lingkungan sosial dan alamnya. Perbedaan ranah tersebut membentuk penyesuaian atau adaptasi yang tampak pada praktik atau sikap baru yang menjadi kebiasaan. Perbedaan lingkungan sosial dan alam dengan kepentingan yang sama dan sejenis membentuk sikap baru yang terimplikasi pada keterbatasan kehidupan sosial antar sesame petani ngalas dengan petaningalaslain dan masyarakat di Desa Brambang Darussalam.

Bagi Bourdieu dalam Harker (2009:19) seluruh praktik memiliki sisi ekonomi jika praktik-praktik tersebut melibatkan benda-benda (material ataupun simbolik). Praktik merupakan suatu produk dari relasi antara habitus sebagai produk sejarah dan ranah yang juga merupakan produk sejarah. Pada saat bersamaan, habitus dan ranah

juga merupakan produk dari medan daya-daya yang ada di masyarakat. Dalam suatu ranah ada pertaruhan kekuatan-kekuatan serta orang yang memiliki banyak modal dan orang yang tidak memiliki modal. Modal merupakan sebuah konsentrasi kekuatan, atau kekuatan spesifik yang beroperasi di dalam ranah. Setiap ranah menuntut individu untuk memiliki modal-modal khusus agar dapat hidup secara baik dan bertahan di dalamnya. Bila teori praktik Bourdieu dikaitkan dengan penelitian ini, petani ngalas harus memiliki modal untuk mempertahankan keberlangsungan kehidupan dalam lingkungan sosial di Desa Brambang Darussalam. Dimana kepemilikan modal tersebut dapat membuat petani ngalas melakukan aktivitas keseharian secara normal dengan lingkungan sosial di Desa Brambang Darussalam, Kecamatan Tlogosari, Kabupaten Bondowoso. Aktivitas normal tersebut berupa kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh masyarakat pada umumnya yaitu belanja harian, bekerja, memperbaiki taraf hidup, memperbaiki hunian, mengikuti perkembangan masyarakat, mengikuti kebiasaan atau kebudayaan yang berlaku di Desa Brambang Darussalam. Petani ngalas melakukan perjuangan modal dengan menggunakan modal yang terdapat dalam ranah alas brambang. Perjuangan modal yang dilakuakn dalam ranahalas brambang membentuk habitus petani ngalasuntuk memungkinkannya beradaptasi dan menyesuaikan dengan ranahalas brambang.

Dalam kehidupan petani ngalas, habitus mengacu pada sekumpulan disposisi atau ketidaksesuaian petaningalasdalam ranah Desa Brambang Darussalam. Dimana disposisi terbentuk oleh struktur objektif masyarakat Desa Brambang Darussalam. Struktur objektif yang dimaksud adalah perkembangan masyarakat yang membentuk struktur atau kelas sosial dan posisi masyarakat di dalamnya. Posisi masyarakat terbentuk oleh sejarah personal. Dimana sejarah personal ini dari awal telah

memisahkan diri dari lingkungan sosial Desa Brambang dan melakukan aktivitas bertani serta melangsungkan kehidupan ngalas di alas brambang. Petani ngalas menggunakan modal sosial yang sebelumnya dimiliki selama dalam ranah Desa Brambang., menggunakan modal pengetahuan, tenaga, lahan dan kekayaan alam yang dimiliki alas brambang. Petani ngalas memiliki kebiasaan yang diperoleh dalam ranah sebelumnya yaitu Desa Brambang.

Kebiasaan yang sebelumnya terbiasa dilakukan dalam ranah Desa Brambang menyebabkan petani ngalas mengalami disposisi atas keberadaannya dalam ranah baru yaitu alas brambang dan petani ngalas mengalami proses berpikir antara kebiasaan lama dan hal baru yang di peroleh dalam ranahalas brambang. Perubahan kebiasaan tersebut membentuk sikap baru dan penggunaan modal yang dipengaruhi oleh ranah alas brambang. Sikap baru yang membentuk kebiasaan baru inilah yang disebut praktik petaningalasdan menyebabkan petaningalas mengalami keterbatsan kehidupan sosial.

Dokumen terkait