• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II: KAJIAN TEORITIS TENTANG INTERAKSI

F. Teori Interaksi

Komunikasi Interaksi adalah sebuah model interaksi dalam prosesnya dimana setiap individu menggunakan simbol-simbol untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna dalam lingkungan mereka dengan adanya pertukaran informasi. Richard West dan Lynn H. Turner menjelaskan bahwa model komunikasi interaksional yang menekankan pada proses dua arah antara komunikator dengan komunikan adalah komunikasi model ini selalu berlangsung. Pandangan interaksional ini mengilustrasikan bahwa seseorang dapat menjadi baik sebagai pengirim pesan maupun sebagai penerima pesan dalam sebuah interaksi, tetapi tidak dapat menjadi keduanya sekaligus.29

Dalam Burhan Bungin dapat dipahami bahwa teori ini berpandangan bahwa kehidupan sosial merupakan suatu proses interaksi yang membangun, memelihara serta mengubah kebiasaan-kebiaasaan tertentu, termasuk mengubah bahasa dan simbol-simbol. Makna komunikasi dalam teori interaksi merupakan sebagai alat perekat masyarakat. Sebenarnya teori interaksi ini berkembang dari aliran pendekatan interaksionisme simbolis (symbolic interactionism), sosiologi dan filsafat bahasa. Teori interaksional melihat struktur sosial sebagai produk dari interaksi.30

Adapun fokus teori ini tidak terhadap struktur, tetapi bagaimana bahasa dipergunakan untuk membentuk struktur sosial serta bagaimana bahasa dan simbol-simbol lainnya diproduksi, dipelihara, serta diubah dalam penggunaannya. Dengan demikian teori ini bukan hanya suatu kesatuan objektif yang ditransfer melalui komunikasi, tetapi muncul dari dan diciptakan melalui interaksi. Teori ini pada dasarnya merupakan kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh dari interaksi, maka makna pun dapat berubah dari waktu ke waktu, dari kontek ke kontek serta dari satu kelompok sosial ke kelompok lainnya.

29 Richard West, Lynn H. Turner, Introducing Communication Theory: Analisis and

Application, ed. 3, (New York: McGraw-Hill, 2007), h. 12

30 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi

Selain demikian pola teori interaksi ini juga dapat dipahami bahwa apabila ada dua orang sedang melakukan komunikasi maka jika yang pertama sebagai sumber pesan maka orang yang kedua sebagai penerima, begitu juga sebaliknya. Adapun satu elemen yang penting bagi model komunikasi interaksional adalah umpan balik (feedback). Umpan balik pada pesan dapat berupa pesan verbal maupun nonverbal, dilakukan dengan sengaja maupun tidak disengaja. Umpan balik juga bermanfaat untuk membantu komunikator mengetahui pesannya telah tersampaikan atau tidak dan sejauh mana pencapaian makna terjadi.

Stephen W. Littlejohn dan Karen A. Foss, menjelaskan model komunikasi ini disebut interaksional simbolis. Interaksional simbolis merupakan sebuah pergerakan dalam sosiologi berfokus pada cara-cara manusia membentuk makna dan susunan dalam masyarakat melalui percakapan. Berbagi informasi sangat penting dilakukan dalam masyarakat sosial. Jika tidak saling membagikan informasi akan menjadi masalah dalam berkomunikasi sehingga menyebabkan permasalahan dalam pengendalian diri dan pengambilan keputusan.31

Komunikasi model interaksional ini dalam Islam ada disebutkan dalam metode dakwah muj dalah. Muj dalah disini diartikan dengan dialog yang bermaksud upaya tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, tanpa adanya suasana yang menjadi permusuhan diantara keduanya. Adapun dialog juga termasuk diskusi memiliki kaidah-kaidah, prinsip-prinsip dan syarat yang harus diikuti supaya tidak berubah menjadi pertandingan yang keluar dari jalur untuk mencari kebenaran informasi. Upaya yang harus dijaga dalam metode muj dalah yaitu sifat yang tidak baik, seperti sifat ego, saling mencaci, menghujat, dan lain sebagainya yang menyebabkan menjadi permusuhan.32

Model interaksional ini ada yang mengkritisi pada proses umpan balik yaitu saat satu orang bertindak sebagai pengirim pesan dan orang lainnya sebagai penerima pesan. Masalahnya pesan nonverbal bisa terjadi dalam waktu bersamaan, sedangkan interaksional berasumsi bahwa dua orang berbicara dan

31 Stephen W. Littlejohn, Karen A. Foss, Theories of Human Communication, ed. 10,

(USA: Waveland Press, 2011), h. 313

mendengarkan tidak dalam waktu bersamaan. Maka untuk menjawab kritikan ini menjadi dorongan untuk munculnya model komunikasi yang ketiga yaitu model transaksional.

Istilah interaksi umumnya digunakan dalam konteks definisi sosial. Sedangkan interaksi dalam konsep ilmu sosial merupakan suatu jenis tindakan yang terjadi ketika dua atau lebih objek mempengaruhi satu sama lain. Jonathan H. Turner menjelaskan bahwa “Social interaction is a series of processes, each of which requires separate theoretical principles.”33 Konsep ini dapat dipahami bahwa interaksi sosial merupakan sebuah rangkaian proses yang mempengaruhi masing-masing prinsip teoritis secara terpisah.

Unsur-unsur interaksi sosial yang digambarkan oleh Jonathan H. Turner yaitu:

Gambar. 3.2. Unsur dalam interaksi sosial

Gambar ini dapat dipahami bahwa adanya hubungan proses motivasi terhadap interaksi, kemudian interaksi mengakibatkan terbentuknya proses struktur. Adapun proses struktur tersebut dapat mempengaruhi proses motivasi. Interaksi juga mempengaruhi proses motivasi yang terbentuk juga dari proses struktur.

Adapun bentuk interaksi manusia dengan air jika berdasarkan teori interaksi sosial yang digambarkan diatas, maka gambaran dalam hal ini sebagai berikut:

33 Jonathan H. Turner, A Theory of Social Interaction, (California: Stanford University

Press, 1988), h. 14

Gambar. 3.3. Unsur dalam interaksi manusia dengan air

Gambar ini dapat dipahami bahwa manusia bertindak sebagai pelaku interaksi yang menyampaikan pesan. Sedangkan air merupakan penerima pesan dari manusia, kemudian memberi efek kepada manusia sebagai pemberi pesan. Manusia dalam konsep ini sebagai motivational processes, pesan sebagai interactional processes dan air sebagai structuring processes. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa ketiga unsur tersebut hanya memberikan gambaran sebatas mempunyai hubungan.

Model interaksi ini manusia hanya sebatas menyampaikan pesan saja, sedangkan efeknya hanya menerima saja apapun yang dibalas dari air tersebut. Berdasarkan pembahasan ini menjadi satu asumsi bahwa interaksi manusia dengan air jika menggunakan teori interaksi sosial yang dijelaskan oleh Jonathan H. Truner belum efektif sebagaimana yang diharapkan. Maka peneliti perlu membuat pengembangan dari teori interaksi sosial tersebut, supaya teori ini dapat digunakan dalam kajian interaksi manusia dengan air.

Adapun interaksi antara manusia dengan air sebagaimana yang diharapkan untuk mendapatkan respon yang baik, harus melalui konsep kesadaran dalam berinteraksi. Kesadaran dalam berkomunikasi tidak boleh terlepas dari nilai atau etika. Jika etika baik maka akan membentuk kesadaran baik terhadap air. Apabila etika buruk maka akan terbentuk kesadaran yang buruk terhadap air, sebagai bukti selama ini banyak manusia yang tidak memanfaatkan air dengan sebaik-baiknya.

Sedangkan respon dari air terhadap manusia dalam bentuk interaksi manusia dengan air yaitu air dapat merespon secara keadaan atas perilaku dan sikap manusia dalam menggunakan dan menjaga air. Hal ini dapat dibuktikan jika keperluan bersih oleh manusia untuk diminum, manusia akan air yang bersih dan

meletakkan air pada tempat yang bersih, maka respon air atas perilaku manusia tersebut yaitu air kekal dalam keadaan bersih. Berdasakan contoh respon air secara keadaan atas perilaku manusia merupakan bentuk timbal balik dalam interaksi manusia dengan air, sebagai ciri khas bentuk interaksi yang dimaksudkan dalam kajian ini.

Dokumen terkait