• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teori Interaksi Simbolik George Herbert Mead

BAB II KAJIAN TEORI KAJIAN TEORI

F. Teori Interaksi Simbolik George Herbert Mead

Permasalahan akademisi yang ingin peneliti angkat dalam penulisin ini yaitu tentang "Interaski Sosial Lintas Iman di SMP Santo Yusup Pacet Mojokerto", sehingga peneliti dalam menyelesaikan ini menggunakan paradigma definisi sosial yang mana paradigma ini menekankanarti subyektif dari tindakan sosial.64 Untuk menjelaskan penelitian ini peneliti menggunakan teori interaksi simbolik. Teori simbolik ini berpendapat bahwa individu dipandang sebagai pelaku yang menafsirkan, menilai, mendefinisikan, dan bertindak, reaksi yang terjadi bukan hanya reaksi belaka, tetapi dari tindakan seseorang terhadap tindakan orang lain didasarkan atas makna yang terkandung didalam interaksi.65

Interaski simbolik merupakan teori yang di ciptakan oleh George Herbert Mead pada tahun 1863-1931, yang pusat perkembangannya di departemen sosiologi Universitas Chicago sekitar tahun 1920-an. Tokoh utama dari teori interaksi simbolik ini berasal dari luar Universitas Chicago, diantaranya adalah John Dewey dan C. H, Cooley seorang filosof yang awalnya mengembangkan teori interaksi simbolik di Universitas Michigan kemudian pindah ke Chicago dan banyak yang memberi pengaruh kepada W.I. Thomas dan G.H. Mead.66

63

Abu Ahmadi, Psikologi Sosial…, 58.

64

Bernard Raho,Teori Sosiologi Modern (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), 18.

65

George Ritzer, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma (Jakarta: Rajawali, 2004), 61.

66

39

Pemikiran Mead sendiri diilhami beberapa pandangan filsafat, khususnya pragmatisme dan behaviorisme. Ada kemiripan antara pandangan Mead dengan pandangan Schutz. Sejumlah interaksionis memang menekankan dimensi fenomenologis dengan mensintesiskan karya mereka dengan gagasan Alfred Schutz dan para pengikutnya.67

Herbert Mead, mencoba meringkas teori interaksi simbolik didasarkan pada asumsi-asumsi dalam karyanya sebagai berikut :

1. Manusia bertindak terhadap sesuatu atas dasar makna-makna yang dimiliki benda tersebut.

2. Makna merupakan hasil dari interaksi sosial dalam masyarakat manusia. 3. Makna disetujui melewati suatu proses penafsiran yang digunakan dengan

individu dalam keterlibatan tanda yang di hadapi.68 Prinsip-prinsip dasar dari teori interaksi simbolis adalah : 1. Manusia mempunyai dengan dasar kemampuan berfikir. 2. Kemampuan untuk berfikir dibentuk melalui interaksi sosial.

3. Dalam berinteraksi sosial orang mempelajari makna dan simbol yang memungkinkan agar mereka bisa menggunakan kemampuan berfikir tersebut. 4. Melalui tindakan dan simbol orang bisa melakukan interaksi.

5. Orang mampu memodifikasi atau mengubah makna dan simbol yang mereka gunakan dalam tindakan dan interaksi berdasarkan tafsir mereka atas situasi yang ada.

67

Ryadi Soeprapto, Interaksionisme Simbolik Perspektif Sosiologi Modern (Malang: Pustaka Pelajar dan Averroes Press, 2000), 38.

68

40

6. Orang mampu melakukan modifikasi dan perubahan ini, karena kemampuan mereka berinteraksi dengan diri mereka, yang memungkinkan mereka menelaah tindakan yang telah dilakukan.

7. Jalinan pola tindakan dengan interaksi ini kemudian menciptakan kelompok dan masyarakat.

“Menurut Mead, makna berarti dalam interaksi sosial diperoleh melalui negosisasi antara pengirim dan penerima pesan. Makna yang khusus meyebabkan perbedaan interprestasi mengenai suatu interaksi melalui proses diri di konstruksikan.69 Prinsip dasar dalam interaksi simbolik memberikan asumsi bahwa manusia memiliki kemampuan untuk berfikir. Berfikir menurut Mead adalah suatu proses dimana individu berinteraksi dengan dirinya sendiri dengan menggunakan simbol-simbol yang bermakna. Melalui proses interaksi dengan diri sendiri dan individu yang mana diantara stimulus yang tertuju kepadanya akan ditanggapinya.70

Simbol adalah sesuatu yang lepas dari apa yang disimbolkan, karena komunikasi manusia tidak terbatas pada ruang, penampilan, atau sosok fisik, dan waktu di mana pengalaman inderawi itu berlangsung. Sebaliknya manusia dapat berkomunikasi tentang objek dan tindakan jauh di luar batas waktu dan ruang. Namun, perlu diingat makna dari suatu simbol tertentu tidak selalu bersifat univesal berlaku sama di setiap situasi dan daerah. Nilai atau makna suatu simbol tergantung kepada kesepakatan orang-orang atau kelompok yang mempergunakan

69

Sindung Haryanto, Sprektum Teori Sosial Dari Klasik Hingga Postmodern (jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), 68.

70

George Ritzer, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Paradigma Ganda (Jakarta: Rajawali, 1985), 63.

41

simbol itu. Menurut Leslie White, makna suatu simbol hanya dapat ditangkap melalui cara-cara nonsensorik, yakni melalui proses penafsiran. Makna dari suatu simbol tertentu dalam proses interaksi sosial tidak begitu saja bisa langsung diterima dan dimengerti oleh semua orang, melainkan harus terlebih dahulu ditafsirkan.71

Untuk mempelajari interaksi sosial harus menggunakan pendekatan yang tertentu. Di antara berbagai pendekatan yang digunakan untuk mempelajari interaksi sosial, pendekatan yang dikenal tersebut dengan nama interaksi simbolik. Pendekatan ini tercipta dari pemikiran George Herbert Mead. Dan terkenal dengan tulisannya yang berjudul Mind, Self, dan Society adalah ide-ide Mead yang sangat penting, sebagai berikut :”

1. Prioritas Sosial

Menurut pandangan Mead, dalam upaya menjelaskan pengalaman sosial, psikologi sosial tradisional memulainya dengan psikologi individual, sebaliknya mead selalu memberikan prioritas kehidupan sosial dalam memahami pengalaman sosial. Mead menejelaskan arah perhatian pengalaman sosial seperti demikian :

Menurut pandangan psikologi sosial, kita tidak membangun perilaku kelompok dilihat dari sudut pandang perilaku masing-masing individu yang membentuknya, kita bertolak dari kesuluruhan sosial dari aktivitas kelompok kompleks tertentu. Yakni, kita berupaya untuk menjelaskan perilaku kelompok sosial dari ppada menjelaskan perilaku terorganisir kelompok sosial yang dilihat dari sudut perilaku masing-masing individu yang membentuknya. Menurut

71

J. Dwi Narkowo dan Bagong Suyanto, Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan Edisi Keempat (Jakarta: Kencana, 2004), 18.

42

psikologi sosial masyarakat adalah lebih dulu daripada individu, bukannya bagian adalah lebih dahulu daripada keseluruhan, dan bagian itu di terangkan dari sudut pandang keseluruhan, bukan kesuluruhan yang dijelaskan dari sudut pandang bagian.

“Maksud dari pernyataan diatas, Mead menjelaskan bahwa dia itu mendahulukan kesuluruhan masyarakat dari pada bagian individu, pada realitasnya bagian akan dibentuk lebih terdahulu dari pada kesuluruhan. Dari sini dia lebih menekankan bagian diterangkan dari sudut pandang kesuluruhan, bukan kesuluruhan (masyarakat) yang diterangkan dari sudut pandang bagian (individu). Jadi individu dijelaskan dari sudut pandang masyarakat, bukan masyarakat yang dijelaskan dari sudut pandang individu. Dan menurut Mead, masyarakat sosial mendahuluipemikiran individu baik secara logika maupun temporer. Individu yang berfikir dan sadar diri adalah mustahil, secara logika menurut Mead tanpa didahului adanya kelompok sosial. Kelompok sosial muncul lebih terdahulu, dan kelompok sosial menghasilkan perkembangan keadaan mental kesadaran diri.72

2. Tindakan

Mead memandang tindakan sebagai “unit primitif” dalam teorinya. Dalam menganalisis tindakan, pendekatan Mead hampir sama dengan pendekatan behavioris dan memusatkan perhatian pada stimulus (rangsangan) dan response (respon). Akan tetapi, di sini stimulus tidak menghasilkan respon secara otomatis dan tanpa dipikirkan oleh manusia. Seperti yang dikatakan Mead “Kita memahami stimulus sebagai suatu kesempatan atau peluang untuk tindakan, bukan sebagai

72

43

paksaan atau mandat (perintah)”. Mead mengasumsikan empat tahap dasar dan saling berhubungan di dalam tindakan, empat tahap itu menggambarkan suatu keseluruhan organik, dengan kata lain mereka saling berhubungan secara dialektis.73 Adapun tahapan tersebut diantaranya adalah:

“Tahap pertama adalah implus, dorongan hati yang melibatkan “stimulasi (rangsangan) yang berhubungan dengan pancaindra” dan reaksi aktor pada rangsangan, kebutuhan untuk melakukan sesuatu terhadapnya. Dalam memikirkan suatu respon, orang akan mempertimbangkannya bukan hanya situasi seketika, tetapi pengalaman-pengalaman masa lampau dan megantisipasi hasil-hasil dari tindakan tersebut dimasa depan, seperti semua unsur elemen dalam tindakan Mead, implus juga melibatkan aktor dan lingkungannya.”

Tahap kedua adalah persepsi, yaitu sang aktor mencari dan bereaksi terhadap stimulus atau rangsangan) yang berhubungan dengan implus. Orang mempunyai kemampuan untuk merasakan atau memahami stimulus melalui mendengar, penciuman, mengecap, melihat dan seterusnya. Persepsi melibatkan stimulus yang datang, dan juga citra-citra mental yang diciptakannya. Orang tidak hanya merespon seketika terhadap stimulus eksternal, tetapi lebih tepatnya memikirkan, menafsirkan melalui penggambaran mental. Dan mereka memiliki kemampuan untuk memilih mana yang akan diambil dan mana yang akan diabaikan.74

“Tahap ketiga adalah manipulasi yaitu tahapan yang setelah implus menunjukkan dirinya sendiri dan objek yang telah dipahami. Maksudnya dari

73

George Ritzer, Teori Sosiologi Modern Edisi Keenam..., 274.

44

pernyataan itu, mengambil tindakan berkenaan. Fase ini merupakan suatu jeda temporer yang penting di dalam proses itu sehingga suatu respon tidak diwujudkan seketika.”

“Tahapan yang terakhir yaitu tahapan yang ke empat adalah konsumasi. Tahapan penyelesaian atau mengambil tindakan yang memutuskan untuk mengambil keputusan yang akan memuaskan implus awal. Yang dimana empat tahap tindakan itu telah dipisahkan satu sama lain secara berurutan, Mead melihat hubungan antar keempat tahap tersebut bersifat dialektis. John Baldwin menjelaskan gagasannya sebagai berikut: “Meskipun keempat bagian dari tindakan terkadang terlihat terkait secara linier, sebenarnya mereka saling memengaruhi untuk menciptakan satu proses organik. Setiap tahap tersebut hadir di semua sejak awal sampai akhir tindakan, sehingga masing-masing tahap saling memengaruhi.75

3. Simbol Signifikan

“Simbol signifikan merupakan sejenis gerak isyarat yang hanya bisa dilakukan oleh manusia. Gerak isyarat menjadi simbol-simbol signifikan yang mana kal itu dia membangkitkan di dalam diri individu, pelaku gerak isyarat itu respon-respon yang dia harapkan akan diberikan oleh individu yang menjadi sasaran gerak isyarat (gestur). Ketika kita memiliki simbol signifikan kita bisa benar-benar memiliki komunikasi. Gestur fisik dapat menjadi simbol signifikan dikarenakan orang tidak dapat dengan mudah melihat gestur fisik. Jadi, gestur

75

45

vokal yang paling mencolok menjadi simbol-simbol signifikan, meskipun tidak semua vokalisasi adalah simbol.76

Menurut Mead, serangkain gestur vokal yang paling menonjol menjadi simbol-simbol signifikan adalah bahasa. Simbol yang menjawab suatu makna dalam pengalaman individu pertama dan suatu makna dalam diri individu kedua. Jika gestur mencapai situasi tersebut, maka bisa disebut bahasa. Sekarang ia menjadi simbol signifikan dan menandai makna yang tertentu. Yang terpenting dalam teori Mead yaitu, fungsi lain simbol-simbol signifikan bahwa mereka memungkin terbeentuknya pikiran, proses mental dan lain sebagainya. Mead mendefisnisikan pemikiran sebagai dialog internal atau implisit individu dengan

sendiri dengan menggunakan gestur. Simbol-simbol signifikan pun

memungkinkan terjadinya interaksi simbolik. Jadi, orang dapat berinteraksi dengan sesama tidak hanya melalui gestur tetapi juga melalui simbol-simbol signifikan.77

4. Mind, Self, dan Society

Mead mengambil tiga konsep kritis yang di butuhkan dan saling mempengaruhi satu sama lain untuk menyusun sebuah teori interaksi simbolik. Yang mana tiga keonsep tersebut yaitu mind, self, dan society.

a. Mind (pikiran)

George Herbert Mead dalam pembahasan interaksi simbolik melukiskan

mindi (pikiran) sebagai salah satu cara bertindak manusia yang berlangsung di

dalam individu. Mind merupakan sejenis interaksi individu dengan dirinya sendiri,

76

George Ritzer, Teori Sosiologi Modern Edisi Keenam..., 277.

46

tetapi percakapan atau konversi dalam batinnya sendiri. dimana bagian yang satu menanggapi, mengulas bahkan membandingkan apa yang telah dikemukakan pada bagian lainnya. Besama waktu pula mind ini selalu berkaitan dengan orang-orang lain. Mind ini merupakan proses interaksi dan bagian dari interaksi dengan orang lain.

Mead mendefinisikan pikiran sebagai sebuah proses, yaitu proses percakapan batin seseorang dengan dirinya sendiri. Pikiran muncul dan berkembang dalam proses sosial dan merupakan bagian integral dalam proses tersebut. Proses sosial mendahului pikiran. Ciri khas dari mind adalah kemampuan individu untuk tidak sekedar membangkitkan respon orang lain dari dalam dirinya sendiri, tetapi respon secara keseluruhan. Mead pun melihat mind dengan cara lain, yaitu cara yang bersifat pragmatis. Jadi, mind melibatkan proses berpikir yang diarahkan pada pemecahan permasalahan. Mind berfungsi untuk memecahkan masalah-masalah dan membiarkan orang bekerja lebih efektif di kehidupan ini.78

b. Self (diri)

Banyak pemikiran Mead pada umumnya, dan khususnya tentang pikiran, melibatkan gagasannya mengenai konsep diri. Pada dasarnya diri adalah kemampuan untuk menerima diri sendiri sebagai sebuah objek. Diri adalah kemampuan khusus untuk menjadi subjek maupun objek. Self mensyaratkan proses sosial yakni komunikasi antar manusia. Self muncul dan berkembang melalui aktivitas dan antara hubungan sosial. Menurut Mead sangat mustahil

78

47

membayangkan diri yang muncul dalam ketiadaan pengalaman sosial. Namun, setelah diri berkembang, ada kemungkinan baginya untuk terus ada tanpa kontak sosial. Sementara di sisi lain, bersamaan dengan refleksivitasnya, self adalah sesuatu yang mendasar bagi perkembangan pikiran. Tentu saja mustahil memisahkan pikiran dari diri, karena self adalah proses mental. Tetapi, bisa menganggapnya sebagai proses mental. Self adalah proses sosial.

Mekanisme umum perkembangan self adalah refleksivitas atau kemampuan untuk meletakkan diri kita secara bawah sadar di tempat orang lain serta bertindak sebagaimana mereka betindak. Akibatnya, orang mampu menelaah dirinya sendiri sebagaimana orang lain menelaah dia. Seperti yang dikatakan Mead: Dengan refleksvitas inilah pengalaman seorang individu yang diarahkan pada dirinya sendiri seluruh proses sosial dimasukkan ke dalam pengalaman individu yang terlibat di dalamnya: Dengan cara inilah, yang memungkinkan individu menempatkan sikap orang lain terhadap dirinya, individu mampu secara sadar menyesuaikan dirinya dengan proses tersebut, dan memodifikasi proses yang dilakukan dalam perbuatan sosial menurut penyesuaian yang ia lakukan.79 c. Society (masyarakat)

Pada tingkat paling umum, Mead menggunakan istilah masyarakat (society) yang berarti proses sosial tanpa henti yang mendahului pikiran dan diri. Masyarakat penting perannya dalam membentuk pikiran dan diri. Di tingkat lain, menurut Mead, masyarakat mencerminkan sekumpulan tanggapan terorganisir yang diambil alih oleh individu dalam bentuk “aku” (me).

79

George Ritzer,Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern, (Bantul: Kreasi Wacana, 2012), 368.

48

Pengertian individual ini masyarakat mempengaruhi mereka memberi kemampuan melalui kritik diri, untuk mengendalikan diri mereka sendiri. Hal yang terpenting Mead tentang masyarakat, terletak dalam pemikirannya mengenai pikiran dan diri. Pada tingkat kemasyarakatan yang lebih khusus, Mead mempunyai sejumlah pemikiran tentang pranata sosial (sosial institutions). Secara luas, Mead mendefinisikan pranata sebagai “tanggapan bersama dalam komunitas” atau “kebiasaan hidup komunitas”.

Proses ini disebut “pembentukan pranata”. Pendidikan adalah proses internalisasi kebiasaan bersama komunitas ke dalam diri aktor. Pendidikan adalah proses yang esensial karena menurut pandangan Mead, aktor tidak mempunyai diri dan belum menjadi anggota komunitas sesungguhnya sehingga mereka tidak mampu menanggapi diri mereka sendiri seperti yang dilakukan komunitas yang lebih luas.80

Di sini Mead menunjukkan konsep pranata sosial yang sangat modern, baik sebagai pemaksa individu maupun sebagai yang memungkinkan mereka untuk menjadi individu yang kreatif. Pada umumnya, hubungan sosial terdiri dari pada masyarakat, maka kita dan masyarakat lain di lihat mempunyai perilaku yang saling mempengaruhi dalam hubungan tersebut, yang terdapat unsur ganjaran, pengorbanan dan keuntungan. Ganjaran merupakan segala hal yang diperoleh melalui adanya pengorbanan, yang mana pengorbanan merupakan semua hal yang dihindarkan. Dan keuntungan ganjaran dikurangi oleh pengorbanan. Jadi perilaku sosial terdiri atas pertukaran paling sedikit antara dua

80

George Ritzer dan Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi, (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2008), 27.

49

orang berdasarkan perhitungan untung-rugi. Misalnya, pola-pola perilaku di tempat kerja, percintaan, perkawinan, dan persahabatan.81

81

Dwi Susuilo dan Rahmad K, 20 Tokoh Sosiologi Modern, (Yogyakarta: AR-Ruzz Media, 2008), 60.

BAB III