• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

B. Landasan Teori

1. Teori jual beli

a. Pengertian Jual Beli

Jual beli atau perdagangan dalam Islam harus mengikuti aturan-aturan syari’ah agar tujuan yang sesungguhnya dari perdagangan itu dapat tercapai. Kesejahteraan manusia di duniawi dan kebahagian akhirat, tanpa mengikuti aturan syariah kegiatan perdaganggan akan membawa ketimpangan dalam kehidupan manusia. Menurut istilah bai atau jual beli artinya: pertukaran harta dengan ketentuan memiliki dan memberi kepemilikan. Dan sebagian ulama memberikan definisi dalam jual beli sebagai berikut: pertukaran harta meski sekedar dalam pengusaan atau penjualan fasilitas yang merubah dengan nilai yang sepadan dengan salah satu dari kedua belah pihak untuk dimiliki selamanya.6

Menurut istilah terminology yang dimaksud dengan jual beli adalah: 1) Menukar barang dengan barang atau barang dengan uang dengan

melepaskan hak milik dari yang satu kepada yang lainnya atas dasar saling ridho dan merelakan antara kedua belah pihak.

2) Pemilik harta benda dengan jalan tukar-menukar yang sesuai dengan aturan syara.

6M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, Jakarta: Rajawali Pers,2003, h. 112-113

3) Saling tukar harta, saling menerima, dapat dikelola dengan ijab dan qabul, dengan cara yang sesuai dengan syara.

4) Tukar menukar benda dengan benda lain dengan cara yang khusus. 5) Penukaran benda dengan benda lain dengan jalan saling merelakan atau memindahkan hak milik dengan ada penggantinya dengan cara yang dibolehkan.7

Dari beberapa peengertian jual beli diatas maka yang dimaksud dengan jual beli adalah menukar barang dengan uang dengan ketentuan memiliki dan melepas kepemilikan dari satu pihak ke pihak lainnya atas dasar kerelaan antara kedua belah pihak.

b. Dasar Hukum Jual Beli

Al-bai atau jual beli merupakan akad yang diperbolehkan, hal ini berlandasan atas dalil-dalil yang terdapat dalalm Al-Qur’an, Al Hadits ataupun ijma ulama. Diantara dalil yang memperbolehkan praktek jual beli adalah Qs. An Nissa ayat 29.

















































7 Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah,Jakarta : Pt Raja Grafindo Persada, 2002,h. 67-68

Artinya: hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta harta kamu diantara kamu dengan jalan yang batil, tetapi hendaklah dengan perniagaan berdasar kerelaan diantaranya.8

Menurut imam Syafii adalah secara asal jual beli diperbolehkan ketika dilaksanakan dengan adanya kerelaan atau keridhoan antara kedua belah pihak atas transaksi yang dilakukan dan sepanjang tidak bertentangan dengan apa yang dilarang oleh aturann aturan islam.9Prinsip dalam transaksi jual beli adalah adanya kerelaan diantara kedua belah pihak yaitu antara penjual dan pembeli. Maka jual beli yang dilakukan atas dasar kerelaan antara kedua belah pihak dan tidak ada yang melanggar hukum Islam hukumnya boleh.

c. Rukun Dan Syarat Jual Beli

1) Rukun jual beli

Rukun yang terdapat dalam jual beli ada 3 yaitu: a) Akad

b) Orang –orang yang berakad c) Ma’kud alaih10

Rukun yang terdapat dalam transaksi jual beli yakni: adanya akad yang menyatakan kesepakatan antara kedua belah pihak antara penjual

8 M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, h.116

9 Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqh Muamalah,Cet I, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008,h. 70-72

dan pembeli, adanya orang yang melakukan akad dan adanya benda yang diperjual belikan.

2) Syarat jual beli

Syarat yang terdapat dalam akad jual beli ada 4 macam yang harus disempurnakan yaitu:

a) Syarat in’iqad adalah syarat yang harus diwujudkan dalam akad sehingga akad tersebut diperbolehkan secara syar’I, jika tidak lengkap maka akad tersebut menjadi batal.

b) Syarat Nafadz adalah untuk menyatakan apakah sebuah akad bersifat Nafadz atau mauquf, terdapat 2 kriteria yang harus dipenuhi dalam syarat Nafadz. 1. Kepemilikan dan wilayah, 2. Dalam objek transaksi tidak ada hak atau kepemilikan dari orang lain.

c) Syarat sah adalah merupakan syarat yang harus disempurnakan dalam setiap transaksi jual beli, agar transaksi jual beli tersebut menjadi sah dalam perdangan.

d) Syarat luzum adalah merupakan syarat yang akan menentukan kad jual beli atau tidak, yakni tidak ada ruang bagi salah satu pihak untuk melakukan pembatalan terhadap akad tersebut.11

d. Macam Macam Jual Beli

Jual beli dapat ditinjau dari berbagai segi yaitu:

1) Ditinjau dari segi hukumnya jual beli dibagi menjadi 2 macam yaitu:

a) Jual beli yang sah menurut hukum dan batal menurut hukum.

b) Jual beli yang sah dari segi objek jual beli dan segi pelaku jual beli.

2) Ditinjau dari segi benda yang dijadikan objek jual beli dapat dikemukakan pendapat imam taqiyuddin sebagaimana dikutip oleh Dimyauddin Djuwaini, bahwa jual beli dibagi menjadi 3 macam.

a) Jual beli yang kelihatan ialah pada waktu melakukkan akad jual beli benda atau barang yang diperjualbelikan ada di depan penjual dan pembeli.

b) Jual beli yang disebutkan sifat-sifatnya dalam perjanjian ialah jual beli salam (pesanan), maksudnya ialah perjanjian sesuatu yang penyerahan barang ditangguhkan hingga masa tertentu, sebagai imbalan harga yang telah ditetapkan ketika akad.

c) Jual beli benda yang tidak ada serta tidak dapat dilihat ialah jual beli yang dilarang oleh agama islam, karena

barangnya tidak tentu atau masih gelap diamana dapat menimbulkan kerugian salah satu pihak.12

3) Ditinjau dari segi pelaku akad jual beli tebagi menjadi 3 bagian yaitu:

a) Akad jual beli yang dilakukan dengan lisan.

b) Akad jual beli melalui utusan, perantara, tulisan dan surat.

c) Akad jual beli dengan perbuatan yaitu saling memberi dan menerima.13

4) Jual beli ditinjau dari objek transaksi, akad jual beli dapat dikategorikan menjadi 4 macam yaitu:

a) Bai’ Al-Muqayadlah, yaitu jual beli atau pertukaran rill

asset dengan rill asset, seperti pertukaran pakaian dengan

bahan makanan.

b) Al Bai’ Al-Muthlaq, yaitu jual beli atau pertukaran rill asset dengan financial asset, yakni jual beli barang dengan harga tertentu. Seperti jual beli tv dengan harga Rp. 1.000.000

c) Ash-sharf, yaitu jual beli atau pertukaran asset financial dengan asset financial, yakni jual beli uang dengan uang. Seperti rupiah dengan dollar.

12 Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah,h. 75-82

d) As-salam, yaitu jual beli atau pertukaran asset financial dengan rill asset, yakni harga atau uang diserahkan pada saat kontrak, dan barang diserahkan di kemudian hari.14

5) jual beli yang dilihat dari penentuan harganya, akad jual beli dapat dikategorikan menjadi 4 macam yaitu:

a) bai’al murabahah, adalah jual beli barang dengan harga pokok pembelian ditambah dengan tingkat keuntungan tertentu yang diinformasikan kepada pembeli.

b) Bai’ at tauliyah adalah jual beli barang dengan harga yang sama dengan harga pokok pembelian, tanpa adanya penambahan atau pengurangan.

c) Bai’ al wadi’ah adalah jual beli barang dengan harga kurang dari harga pokok pembelian.

d) Bai’ al musawamah adalah jual beli barang dengan ada kesepakatan antara kedua belah pihak penjual dan pembeli tentang harga barang. Penjual menyembunyikan harga aslinya, tetapi kedua belah pihak antara penjual dan pembeli saling meridhoi.15

e. Khiar Dalam Jual Beli

Dalam jual beli menurut agama islam dibolehkan memilih apakah akan meneruskan jual beli atau akan membatalkan.

14 Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqh Muamalah,h. 102-103

Disebabkan terjadinya oleh sesuatu hal, terdapat 3 macam khiar yaitu:

1) Khiar Majelis adalah antara penjual dan pembeli boleh memilih akan melanjutkan jual beli atau membatalkan selamakeduanya ada dalam satu tempat.

2) Khiar Syarat adalah penjualan yang didalamnya disyaratkan sesuatu baik oleh penjual maupun pembeli. Contoh saya jual mobol ini dengan harga sekian dengan syarat khiar selama satu minggu.

3) Khiar Aib adalah dalam jual beli ini disyaratkan kesempurnaan benda-benda yang dibeli. Contoh saya beli mobil ini seharga sekian dan bila mobil ini ada cacat maka akan saya kembalikan.16

Dokumen terkait