• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.3 Teori Keagenan

Teori keagenan merupakan hal dasar yang digunakan untuk memahami konsep corporate governance. Teori agen ini dikembangakan olehMichael Johnson, yang memandang bahwa manajemen perusahaan (agents) akan bertindak dengan penuh kesadaran bagi kepentingan sendiri, bukan sebagai pihak yang bijaksana serta adil terhadap pemegang saham. Teori agen dipandang lebih luas karena teori ini dianggap lebih mencerminan kenyataan yang ada. Berbagai mengenai berbagai pemikiran mengenai corporate governance berkembang dengan bertumpu pada teori agen dimana pengelolaan perusahaan harus diawasi dan dikendalikan untuk memastikan bahwa pengelolaan dilakukan penuh kepatuhan kepada berbagai peraturan dan ketentuan yang berlaku (wolfensohn,1999).

Agency Theory atau teori keagenan menjelaskan tentang (kontrak) hubungan antara dua pihak yaitu Pricipal (investor) dan agen (manajer). Teori mengenai keagenan ini digunakan dalam rangka untuk memahami corporate governance

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

lebih dalam. Menurut astria (2011) menyatakan bahwa terdapat dua macam bentuk hubungan keagenan yaitu antara manajer dan pemegang saham (shareholder) dan antara manajer dan pemberi pinjaman (bondholders). Seorang manajer (agent) lebih mengetahui keadaan perusahaannya dibandingkan dengan pemilik (principal) , akan tetapi informasi yang disampaikan terkadang tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya diperusahaan.

Kepemilikan dan pengendalian yang dipisah dalam suatu perusahaan merupakan salah satu faktor yang memicu timbulnya konflik kepentingan yang disebut dengan konflik keagenan. Konflik keagenan yang timbul antara berbagai pihak yang memiliki kepentingan berbeda-beda dapat menyulitkan dan menghambat perusahaan di dalam mencapai kinerja yang positif untuk menghasilkan nilai bagi perusahaan itu sendiri dan juga bagi shareholders. Konflik kepentingan keagenan akan menimbulkan biaya keagenan (agency cost)

agency cost inimencakup biaya pengawasan oleh pemegang saham. Biaya yang

dikeluarkan oleh manajemen untuk menghasilkan laporan yang transparan, termasuk biaya audit independen dan pengendalian internal, serta biaya yang disebabkan karena menurunnya nilai kepemilikan pemegang saham sebagai bentuk “bonding expenditures” yang diberikan kepada manajemen dalam bentuk opsi dan berbagai manfaat untuk tujuan menselaraskan kepentingan manajemen dengan pemegang saham.

Teori agensi juga menjelaskan tentang timbulnya manajemen laba yang terjadi dalam suatu perusahaan. Dalam suatu perusahaan pasti seorang manajer dan seorang pemilik. Dalam hal ini seorang manajer mempunyai tanggung jawab

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

lebih banyak terhadap perusahaan tersebut. Manajer harus dapat mengoptimalkan keuntungan perusahaan,yang nantinya akan dilaporkan kepada pemilik dengan adanya imbalan yang besar.

Darmawati dkk (2005) yang dikutip Addiyah (2014) teori keagenan oleh beberapa asumsi yang dibedakan menjadi tiga jenis yaitu asumsi sifat manusia, asumsi keorganisasian, dan assumsi informasi. Asumsi sifat manusia menekankan bahwa manusia memiliki sifat mementingkan diri sendiri (self interest), memiliki keterbatasan rasionalitas (bounded rationality), dan tidak menyukai risiko (risk aversion). Asumsi keorganisasian adalah adanya konflik antar anggota organisasi, efisiensi sebagai kriteria efektivitas dan adanya asimentri informasi antara prisipal dan agen. Asumsi informasi adalah barang komoditi yang bisa diperjual belikan.

Adanya asimetri informasi antara manajeman (agent) dengan pemilik

(principal) dapat membuka peluang bagi manajer untuk melakukan tindakan

earnings manajement dalam rangka mengelabuhi pemilik mengenai kinerja

ekonomi perusahaan. Dalam hal ini apabila manajer memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan pemilik saham, maka manajer akan cenderung melakukan kecurangan dengan melakukan manajemen laba untuk meningkatkan keuntungan sendiri.

Munculnya masalah agensi yang disebabkan konflik kepentingan dan asimetri informasi tersebut dapat membuat perusahaan menanggung biaya keagenan (agency cost). Teori agensi menyatakan bahwa konflik kepentingan dan asimetri informasi yang muncul dapat dikurangi dengan mekanisme pengawasan yang tepat untuk menyelaraskan kepentingan berbagai pihak di perusahaan.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

Mekanisme pengawasan yang dimaksud dalam teori agensi dapat dilakukan dengan menggunakan mekanisme corporate governance.

Corporate governance diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk

memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan. Penerapan corporate governance juga dapat memberikan kepercayaan terhadap kinerja manajemen dalam mengelola kekayaan pemilik (pemegang saham), sehingga dapat meminimalkan konflik kepentingan dan biaya keagenan (agency cost). Good corporate governance menghasilkan berbagai mekanisme yang bertujuan untuk menyakinkan bahwa tindakan manajemen sudah selaras dengan kepentingan pemegang saham (Susiana dan Herawati,2007).

Konflik kepentingan yang dikarenakan oleh kemungkinan agen tidak bertindak sesuai dengan kepentingan prinsipal akan memicu terjadinya biaya yang disebut biaya keagenan. Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan biaya keagenan dalam tiga jenis, yaitu:

1. Biaya monitoring (monitoring cost), pengeluaran biaya yang dirancang untuk mengawasi aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh agen.

2. Biaya bonding (bonding cost), untuk menjamin bahwa agen tidak akan bertindak yang dapat merugikan principal, atau untuk meyakinkan bahwa principal akan memberikan kompensasi jika dia benar-benar melakukan tindakan yang tepat.

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

3. Kerugian residual (Residual Loss), merupakan nilai uang yang ekuivalen dengan pengurangan kemakmuran yang dialami oleh principal sebagai akibat dari perbedaan kepentingan.

Teori keagenan juga mengatakan bahwa konflik kepentingan antara prinsipal dan agen dapat dikurangi dengan mekanisme pengawasan yang dapat menyelaraskan berbagai kepentingan yang ada dalam perusahaan. Namun munculnya mekanisme pengawasan tersebut akan menimbulkan biaya yang disebut biaya keagenan (Jensen dan Meckling, 1976). Menurut Midiastuty dan Machfoedz, 2003) perlakuan manipulasi oleh manajer yang berawal dari konflik kepentingan ini dapat diminimumkan melalui mekanisme monitoring yang bertujuan menyelaraskan (alignment) berbagai kepetingan tersebut, yaitu dengan:

1. Memperbesar kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen

(managerial ownership) (Jensen dan Meckling, 1976), sehingga

kepentingan pemilik atau pemegang saham akan dapat disejajarkan dengan kepentingan manajer.

2. Kepemilikan saham oleh investor institusi. Moh‟d et al. (1998) menyatakan bahwa investor institusional merupakan pihak yang dapat memonitor agen dengan kepemilikannya yang besar, selain itu, investor institusional dianggap sophiscated investor yang tidak mudah “dibodohi” oleh tindakan manajer (Bushee, 1996).

3. Melalui monitoring dewan direksi (board of directors). Beberapa penelitian empiris (Dechow et. Al., 1996; dan Beasley,1996) telah menunjukkan hubungan yang signifikan antara peran dewan direksi

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

dengan pelaporan keuangan. Mereka menemukan bahwa ukuran dan independensi dewan direksi mempengaruhi kemampuan mereka dalam memonitoring proses pelaporan keuagan.

Corporate governance sebagai suatu sistem yang mengatur dan

mengendalikan perusahaan diharapkan memberikan kepercayaan terhadap manajemen dalam mengelola kekayaan pemilik (investor) sehingga dapat meminimalkan adanya konflik kepentingan dan biaya keagenan.

Selain digunakan corporate governance dalam meminimalkan konflik, keadaan tersebut juga membutuhkan pihak ketiga yang independen sebagai mediator diantara agent dan principal. Pihak ketiga ini berfungsi untuk memonitor perilaku agen apakah sudah bertindak sesuai dengan keinginan principal. Auditor adalah pihak yang dianggap mampu menjembatani kepentingan pihak principal dengan pihak agen dalam mengelola keuangan perusahaan (setiawan,2006). Auditor melakukan fungsi monitoring pekerjaan agen melalui suatu sarana yaitu laporan keuangan.

Dokumen terkait