• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

II.4. Teori Kemampuan Kerja (Ability)

Konsep mengenai kemampuan untuk pertama kalinya dipopulerkan oleh Boyatzis (1982) yang mendefinisikannya sebagai ”kemampuan yang dimiliki seseorang yang nampak dalam sikapnya yang sesuai dengan kebutuhan kerja dalam

parameter lingkungan organisasi dan memberikan hasil yang diinginkan.” Robbins (2003) menyebutkan bahwa kemampuan merupakan suatu kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan.

Menurut Gibson (1992), kemampuan adalah sifat; bawaan lahir atau dipelajari; yang memungkinkan seseorang melakukan sesuatu yang bersifat mental atau fisik Kemampuan sering kali diidentikkan dengan intelegensia, yaitu kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan, sehingga tingkat intelegensia seseorang sangat menentukan kekuasaannya dalam bekerja. Dengan demikian maka orang-orang dengan intelegensia yang tinggi akan sanggup memecahkan kesulitan yang dihadapinya dalam bekerja, dan sebaliknya (Erwin, 2008).

Menurut Nawawi (1997), dari sudut Manajemen Sumber Daya Manusia, terdapat 2 (dua) faktor yang mempengaruhi tingkat produktivitas (Erwin,2008), yaitu:

1. Tingkat kemampuan kerja dalam melakukan pekerjaan, baik yang diperoleh dari hasil pendidikan dan pelatihan, maupun yang bersumber dari pengalaman kerja. Untuk itu sangat tergantung pada proses mendapatkan atau seleksi penempatan individu, yang seharusnya dipilih yang terbaik untuk jabatannya, sesuai dengan hasil analisis pekerjaan/jabatan.

2. Tingkat kemampuan eksekutif dalam memberikan motivasi kerja, agar pekerja sebagai individu bekerja dengan usaha maksimum, yang memungkinkan tercapainya hasil sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen.

Sutermeister (1976) mengemukakan bahwa kemampuan kerja dihasilkan dari pengetahuan dan keahlian. “Ability is deemed to result from knowledge and skill. Knowledge is affected by education, experience, training and interest. Skill is affected by aptitude, and personality, as well as by education, experience, training and interest.” Pendapat ini sejalan dengan pendapat Schroedder dan Kardoff (1995) yang mengemukakan bahwa “Ability consists of actual skills an individual posseses to carry out various actions.”

II.4.1. Teori Kemampuan Fisik

Kuhlen dan Thomshon (1956) menyatakan bahwa fisik atau tubuh manusia merupakan sistem organ yang kompleks dan sangat mengagumkan. Semua organ ini terbentuk pada periode prenatal (dalam kandungan). mengemukakan bahwa perkembangan fisik individu meliputi 4 (empat) aspek, yaitu:

a. Sistem syaraf yang sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan emosi;

b. Otot-otot yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik;

c. Kelenjar endokrin, yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku baru, seperti pada remaja berkembang perasaan senang untuk aktif dalam suatu kegiatan yang sebagian anggotanya terdiri atas lawan jenis;

d. Struktur fisik/tubuh yang meliputi tinggi, berat dan proposi (Endah, 2008). Perkembangan fisik sangat berkaitan erat dengan perkembangan motorik seseorang. Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui

kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord. Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, naik-turun tangga, dan sebagainya. Sedangkan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis dan sebagainya. Kedua kemampuan tersebut sangat penting agar anak bisa berkembang dengan optimal. .

Menurut Curtis,dkk (1998), perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh organ otak. Otaklah yang mensetir setiap gerakan yang dilakukan seseorang. Semakin matangnya perkembangan sistem syaraf otak yang mengatur otot memungkinkan berkembangnya kompetensi atau kemampuan motorik individu (Endah, 2008). Perkembangan motorik seseorang dibagi menjadi tiga:

1. Keterampilan atau gerakan kasar seperti berjalan, berlari, melompat, dan naik turun tangga.

2. Keterampilan motorik halus atau keterampilan manipulasi seperti menulis, menggambar, memotong, melempar dan menangkap bola serta memainkan benda-benda atau alat-alat mainan. Perkembangan motorik berbeda dari

setiap individu, ada orang yang perkembangan motoriknya sangat baik, seperti para atlit, ada juga yang tidak, yaitu seperti orang yang memiliki keterbatasan fisik. Gender pun memiliki pengaruh dalam hal ini, sesuai dengan pendapat Sherman (1973) yang menyatakan bahwa anak perempuan pada usia middle childhood kelenturan fisiknya 5 %- 10 % lebih baik dari pada anak laki-laki, tapi kemampua n fisik atletis seperti lari, melompat dan

melempar lebih tinggi pada anak laku-laki dari pada perempuan (Endah, 2008).

3. Selain berkaitan erat dengan fisik dan intelektual anak, kemampuan motorik pun berhubungan dengan aspek psikologis anak. Kemampuan fisik berkaitan erat dengan self-image individu. Individu. yang memiliki kemampuan fisik yang lebih baik di bidang olah raga akan dihargai teman-temannya. Hal tersebut juga seiring dengan hasil penelitian yang dilakukan Ellerman, 1980 (Peterson, 1996) bahwa kemampuan motorik yang baik berhubungan erat dengan self-esteem (Endah, 2008).

Seorang pegawai perlu memiliki kemampuan fisik yang bagus. Dengan memiliki kemampuan fisik yang bagus diharapkan perpaduan ini bisa menjadikan kekuatan bagi perusahaan terutama dalam Sumber Daya Manusia. Kemampuan fisik dalam manusia ini adalah sebagai berikut :

Tabel II.1 Dimensi dan Indikator Kemampuan Fisik Faktor-Faktor Indikator A.Kekuatan 1. Kekuatan Dinamis 2. Kekuatan Tubuh 3. Kekuatan Statis 4. Kekuatan

1. Kemampuan untuk mengenakan kekuatan otot secara berulang- ulang atau sinambung sepanjang suatu kurun waktu

2. Kemampuan mengenakan kekuatan otot

3. Kemampuan mengenakan kekuatan terhadap objek luar

4. Kemampuan menghabiskan suatu maksimum energi eksplosif dalam satu atau deretan tindakan displosif

B.Keluwesan 5. Keluwesan

Exstent 6. Keluwesan

dinamis

5. Kemampuan menggerakkan otot tubuh dan meregang punggung sejauh mungkin

6. Kemampuan melakukan gerakan cepat C.Lain-Lain

7. Kondisi tubuh 8. Keseimbangan 9. Stamina

7. Kemampuan mengkoordinasikan tindakan-tindakan serentak dari bagian-bagian tubuh berlainan

8. Kemampuan mempertahankan keseimbangan meskipun ada kekuatan yang mengganggu keseimbangan itu

10.Kemampuan melanjutkan upaya maksimum yang menuntut upaya

yang diperpanjang sepanjang kurun waktu Sumber: Data olahan dari Senen (2008)

II.4.2.Teori Kemampuan Mental

Di sisi lain, Robbins (2003) dalam Senen (2008) bahwa kemampuan mental/intelektual berkaitan dengan pengetahuan dan atau pendidikan pegawai,

menyebutkan ada 7 (tujuh) dimensi kemampuan intelektual dari manusia dan 9 (sembilan) kemampuan fisik dasar. yang disajikan dalam Tabel II.1 diatas dan

Tabel II.2 Dimensi dan Indikator Kemampuan Mental (intelektual)

Dimensi Indikator

Kecerdasan Numeris Kemampuan berhitung

Pemahaman verbal Kemampuan memahami apa yang dibaca dan/atau didengar

Kecepatan perseptual Kemampuan mengenali kemiripan dan perbedaan dengan cepat dan tepat

Penalaran indukt if Kemampuan mengenali kemiripan dan perbedaan dengan cepat dan tepat

Penalaran deduktif Kemampuan menggunakan logika dan menilai implikasi dari suatu argument

Visualisasi ruang Kemampuan membayangkan bagaimana suatu objek akan tampak seandainya posisi dalam ruang dirubah

Ingatan Kemampuan menahan dan mengenang kembali

pengalaman masa lalu Sumber: Senen (2008)

Dengan kemampuan mental/intelektual yang bagus dimiliki oleh karyawan diharapkan dapat meningkatkan kinerja pegawai. Dengan kemampuan intelektual yang tinggi juga secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap kemajuan perusahaan.

II.5. Teori Kinerja

Dokumen terkait