• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

B. Teori Manajemen Kebidanan

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tidakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, ketrampilan dalam rangkaian/ tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan berfokus pada klien (Varney, 2007).

2. Proses Asuhan Kebidanan

Asuhan kebidanan menggunakan tujuh langkah Varney, dimana setiap langkah disempurnakan secara sistematis. Langkah pertama dimulai dari pengumpulan data dan berakhir dengan evaluasi (Varney, 2007). Langkah–

langkah tersebut antara lain:

a. Langkah pertama: pengumpulan data dasar

1) Data subjektif adalah data yang didapatkan dari pasien atau keluarga pasien suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian.

Informasi tersebut tidak dapat ditentukan oleh tim kesehatan secara independen tetapi melalui suatu interaksi atau komunikasi (Nursalam, 2008).

2) Dalam hal ini data yang diperoleh dari wawancara dengan keluarga dan tim kesehatan yang lain, dimana wawancara tersebut untuk mengetahui pada ibu meliputi :

a) Biodata

Menggunakan identitas menurut Nursalam (2008), antara lain :

(1) Nama bayi : Untuk mengetahui identitas bayi.

(2) Umur bayi : Untuk memberikan asuhan yang sesuai pada bayi.

(3) Tanggal / jam / lahir : Untuk mengetahui umur bayi.

(4) Berat badan : Untuk mengetahui antara berat badan dengan umur kehamilan, batas normal 2500 – 4000 gr.

(5) Panjang badan : Untuk mengetahui panjang badan normal 48 – 52 cm.

(6) Nama ibu / ayah : Untuk mengetahui identitas orang tua bayi.

(7) Umur : Untuk mengetahui umur orang tua bayi.

(8) Suku / bangsa : Untuk mengetahui faktor pembawa ras.

(9) Agama : Untuk memberikan support kepada keluarga sesuai agamanya

(10) Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat pendidikan yang diperlukan untuk memberikan KIE dan cara perawatan bayi.

(11) Pekerjaan : Untuk mengetahui sosial ekonomi keluarga.

(12) Alamat : Untuk mengetahui tempat tinggal pasien.

b) Riwayat kehamilan sekarang

(1) Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT)

Sesuai dengan hukum Naegele, yaitu dari hari pertama haid terakhir ditambah 7 hari dikurangi 3 bulan ditambah 1 tahun (Varney, 2007).

(2) Hari perkiraan lahir (HPL)

Untuk menetahui taksiran persalinan (Varney, 2007).

(3) Keluhan pada kehamilan berisikan keluhan, pemakaian obat-obatan, maupun penyakit pada saat hamil, mulai dari trimester I, II dan III (Varney, 2007).

(4) Ante Natal Care (ANC)

Untuk mengetahui riwayat ANC teratur atau tidak, sejak hamil berapa minggu, tempat ANC dan riwayat kehamilanya (Wiknjosastro, 2009).

(5) Penyuluhan

Apakah ibu sudah mendapatkan penyuluhan tentang gizi, aktifitas selama hamil dan tanda-tanda bahaya kehamilan (Uliyah dan Hidayat 2008).

(6) Imunisasi Tetanus Toksoid (TT)

Untuk mengetahui sudah / belum, kapan, dan berapa kali yang nantinya akan mempengaruhi kekebalan ibu dan bayi terhadap penyakit tetanus (Wiknjosastro, 2009).

(7) Kebiasaan ibu sewaktu hamil (a) Pola nutrisi

Dikaji untuk mengetahui apa ibu hamil mengalami gangguan nutrisi atau tidak, pada pola nutrisi yang perlu dikaji meliputi frekuensi, kualitas, keluhan, makanan pantangan (Manuaba, 2008).

(b) Pola eliminasi

Dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu BAK dan BAB adalah kaitannya dengan obesitas atau tidak (Mufdlilah, 2009).

(c) Pola istirahat

Istirahat merupakan kebiasan yang dianjurkan unuk ibu hamil (Mufdlilah, 2009).

(d) Pola seksualitas

Dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu melakukan hubungan seksualitas dalam seminggu, ada keluhan atau tidak (Varney, 2007).

(e) Personal Hygiene

Dikaji untuk mengetahui tingkat kebersihan, sangat penting agar tidak terkena infeksi (Mufdlilah, 2009).

(f) Psikologi budaya

Untuk mengetahui apakah ibu ada pantang makanan dan kebiasaan selama hamil yang tidak di perbolehkan dalam adat masyarakat setempat, tentang kehamilan ini diharapkan atau tidak, jenis kelamin yang diharapkan, dukungan keluarga dalam kehamilan ini, keluarga lain yang tinggal serumah (Varney, 2007).

(g) Perokok dan pemakaian obat-obatan

Dikaji untuk mengetahui apakah ibu merokok atau tidak dan ibu menggunakan obat-obatan dan alkhol yang mengakibatkan abortus dan kerusakan janin (Mufdlilah, 2009).

c) Riwayat persalinan

Riwayat kelahiran pasien yang harus ditanyakan dengan teliti, termasuk tanggal dan tempat melahirkan, siapa yang menolong, cara kelahiran (spontan, ekstraksi cunam, ekstraksi vakum, bedah caesar) adanya kehamilan ganda dan keadaan segera setelah lahir. Apabila terdapat kelainan atau cacat bawaan dari lahir maka bisa dikatakan bayi tersebut mengalami kelainan bawaan sejak lahir (coad, 2007).

d) Riwayat penyakit

(1) Riwayat penyakit saat hamil

Dikaji untuk mengetahui apa ibu hamil mengalami gangguan nutrisi atau tidak, pada pola nutrisi yang perlu dikaji meliputi frekuensi, kualitas, keluhan, makanan pantangan (Manuaba, 2008).

(2) Riwayat penyakit sistemik

Data ini dperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti jantung, ginjal, asma, tbc, hepatitis dan epilepsi (Retna, 2008).

(3) Riwayat penyakit keluarga

Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh riwayat penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien dan bayinya, yaitu apabila ada penyakit keluarga yang menyertainya (Retna, 2008).

(4) Riwayat keturunan kembar

Untuk mengetahui ada tidaknya keturunan kembar dalam keluarga (Retna, 2008).

(5) Riwayat operasi

Untuk mengetahui riwayat operasi yang pernah dijalani (Retna, 2008).

3) Data Objektif

Data objektif adalah data yang dapat diobervasi dan diukur, informasi tersebut biasanya diperoleh melalui “senses” 2 S (sight, smell) dan HT (hearing and touch atau taste) selama pemeriksaan fisik (Nursalam, 2008).

Hal ini diperoleh dari pemeriksaan bayi yang meliputi : a) Pemeriksaan khusus

Dilakukan dengan pemeriksaan APGAR pada menit pertama, ke5, ke-10 bayi bisa dikatakan asfiksia ringan dengan APGAR ( 7 -10), sedang ( 4 - 6 ), berat ( 0 – 3 ) (Arief dan Sari, 2009).

b) Pemeriksaan umum

Untuk mengetahui keadaan umum bayi meliputi tingkat kesadaran (sadar penuh, apatis, gelisah, koma) gerakan yang ekstrim dan ketegangan otot (Muslihatun, 2010).

c) Tanda-tanda vital, meliputi :

(1) Suhu dinilai dari temperatur normal rectal atau axilla yaitu, normal 36,5ºC sampai 37ºC pada asfiksia ringan suhu axilla masih dinilang normal 36,5ºC.

(2) Denyut jantung dinilai dari kecepatan, irama, kekuatan.

Dalam 1 menit normalnya 100 – 160 x/menit.

(3) Pernapasan dinilai dari sifat pernapasan dan bunyi napas.

Dalam satu menit, pernapasan normal 40 – 60 x/menit.

Pada kasus asfiksia ringan untuk pernapasanya lebih dari 60 x/menit (Nanny, 2010).

(4) Pemeriksaan fisik sistematis menurut Dewi (2010) adalah:

(a) Kepala : Adakah mesochepal atau mekrochepal serta adakah kelainan cephal hematoma, caput succedaneum.

(b) Mata : Adakah kotoran di mata, adakah warna kuning di sklera dan warna putih pucat di konjungtiva.

(c) Telinga : Adakah kotoran atau cairan, simetris atau tidak.

(d) Hidung : Adakah nafas cuping, kotoran yang menyumbat jalan nafas pada asfiksia ringan tidak ada cuping hidung.

(e) Mulut : Adakah sianosis dan bibir kering.

adakah kelainan seperti labioskizis atau labiopalatoskzis pada asfiksia ringan masih normal.

(f) Leher : Adakah pembesaran kelenjar thyroid.

(g) Dada : Simetris atau tidak, retraksi, frekuensi bunyi jantung, adakah kelainan. Pada kasus asfiksia ringan frekuensi jantung lebih dari 100 x/ menit (Maryunani dan Nurhayati, 2009).

(h) Abdomen : Bentuk, adakah pembesaran hati dan limpa.

(i) Kulit : Warna, apakah kulit kencang atau keriput dan rambut lanugo, warna pada asfiksia ringan bayi tampak sianosis atau biru (Maryunani dan Nurhayati, 2009).

(j) Genetalia : Jika laki-laki apakah testis sudah turun pada skrotum, perempuan apakah labia mayora sudah menutupi labia minora, sebagai tanda bayi aterm atau belum.

(k) Ekstermitas : Adakah odema, tanda sianosis, akral dingin, apakah kuku sudah melebihi jari-jari, apakah

adakelainan poli daktili atau sindaktili. Pada kasus asfiksia ringan bayi tampak sianosis atau biru (Dewi, 2010).

(l) Tulang punggung : Adakah pembengkakan atau ada cekungan.

(m) Anus : Apakah anus berlubang atau tidak.

(5) Pemeriksaan reflek

(a) Reflek moro : Untuk mengetahui gerakan memeluk bila dikagetkan.

(b) Reflek rooting : Untuk mencari putting susu dengan rangsangan taktil pada pipi dan daerah mulut.

(c) Reflek sucking : Untuk mengetahui reflek isap dan menelan .

(d) Reflek tonik neck : Untuk mengetahui otot leher anak akan mengangkat leher dan menoleh kekanan dan kekiri jika diletakkan pada posisi tengkurap (Rohani, 2011).

Menurut Dewi (2010), pada pemeriksaan reflek bayi salah satu tanda asfiksia ringan yaitu bayi masih ada reflek.

(6) Pemeriksaan Antropometeri. Menurut Dewi (2010), pemeriksaan antropometri meliputi :

(a) Lingkar Kepala : Untuk mengetahui pertumbuhan otak (normal 30 – 38 cm).

(b) Lingkar dada : Untuk mengetahui keterlambatan pertumbuhan (normal 33 – 35cm).

(c) Panjang badan : Normal (48 – 50cm).

(d) Berat badan : Normal (2500 – 4000 gram).

d) Menurut Nursalam (2008), Pemeriksaan penunjang untuk kasus asfiksia ringan adalah pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan

darah untuk mengetahui kadar Hb, leukosit dan trombosit.

a. Langkah kedua : Interpretasi data

Pada langkah interpretasi data ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap masalah atau diagnosa dan kebutuhan klien (Varney, 2007).

1) Diagnosa kebidanan

Bayi Ny. C dengan asfiksia ringan.

Data Dasar : a) Data subjektif

(1) Ibu mengatakan baru saja melahirkan.

(2) Ibu mengatakan bayinya tidak menangis dengan segera setelah lahir.

b) Data objektif

(1) Keadaan umum : lemah

Menurut Maryunani dan Nurhayati (2009), yang menunjang ditegakkan diagnose asfiksia ringan apabila ditemukan tanda–

tanda dibawah ini antara lain :

(a) Frekuensi jantung lebih dari 100 kali per menit.

(b) Nilai APGAR 7-10 menurut Varney (2007), yang dinilai untuk melihat keadaan bayi meliputi warna kulit, detak jantung, tonus otot, reflek dan usaha napas.

(c) Bayi lahir tidak dapat bernafas spontan dan teratur.

(d) Bayi tampak sianosis atau biru.

(e) Tonus otot kurang baik atau baik.

(f) Refleks masih ada.

(2) Tanda –tanda vital, meliputi : (a) Suhu

Untuk mengetahui suhu badan apakah ada peningkatan suhu atau tidak normalnya (36,60C – 37,60C), perubahan dapat diakibatkan oleh penyakit, infeksi yang lama terhadap panas atau dingin, latihan atau gangguan hormone (Potter, 2005).

(b) Pernafasan

Pernafasan dinilai dari sifat pernafasan dan bunyi nafas dalam satu menit, pernafasan normal 40-60 x/menit. Pada kasus asfiksia ringan >60 x/menit.

(c) Denyut jantung

Dinilai dari kecepatan dan irama dalam satu menit, normalnya 120-160 x/menit. Pada kasus asfiksia ringan frekuensi jantung menurun menjadi 60-80 x/menit.

(3) Pemeriksaan Penunjang

Menurut Nursalam (2008), pemeriksaan penunjang untuk kasus asfiksia ringan adalah pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan darah untuk mengetahui kadar HB, leukosit dan trombosit.

2) Masalah

Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnose (Varney, 2007).

Masalah tidak dapat diidentifikasi seperti diagnosa tetapi membutuhkan penanganan. Masalah yang mungkin muncul pada bayi baru lahir dengan asfiksia ringan yaitu pernafasan kurang, bayi tampak sianosis (Prawirohardjo, 2009).

3) Kebutuhan

Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang didapatkan dengan melaksanakan analisis data. Kebutuhan pada bayi lahir dengan asfiksia ringan antara lain pemberian O2, rasa nyaman, kehangatan dan pemenuhan nutrisi (Varney, 2007).

b. Langkah ketiga: diagnosa potensial

Diagnosa potensial adalah mengidentifikasikan dengan hati-hati tanda dan gejala yang memerlukan tindakan kebidanan untuk membantu pasien mengatasi atau mencegah masalah-masalah yang spesifik (Varney, 2007).

Diagnosa potensial pada bayi baru lahir dengan asfiksia ringan adalah asfiksia sedang (Sumarah, Wdyastuti dan Wiyati (2008).

c. Langkah ke empat: antisipasi

Menentukan tindakan yang segera dilakukan oleh bidan atau konsultasi, kolaborasi serta melakukan rujukan terhadap penyimpangan yang abnormal (Varney, 2007).

Dalam kasus asfiksia ringan antisipasi yang dilakukan adalah perawatan bayi pembersihan jalan napas menjaga agar suhu tetap hangat kolaborasi dengan tim medis (Arief dan Sari, 2009).

d. Langkah 5: Rencana tindakan

Setiap rencana harus disetujui oleh kedua pihak yaitu bidan dan klien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien diharapkan juga akan melaksanakan rencana tersebut (Lissaver dan Fanarof, 2013).

Pada langkah ini direncanakan tindakan yang menyeluruh yang merupakan kelanjutan dari manajemen terhadap diagnosa yang telah teridentifikasi. Tindakan yang dapat dilakukan berupa observasi, penyuluhan atau pendidikan kesehatan dan pengobatan sesuai dengan advis dokter.

Rencana yang dapat dilakukan pada bayi baru lahir dengan asfiksia ringan adalah sebagai berikut :

1) Keringkan dan bungkus bayi dengan kain agar tetap hangat

2) Bersihkan jalan napas dengan hisap lendir pada hidung dan mulut dengan menggunakan suction.

3) Keringkan badan, bersihkan badan, potong tali pusat lalu lakukan inisiasi menyusu dini selama 1 jam, pemeriksaan antropometri, berikan injeksi vitamin K pada paha kiri, berikan salep mata dan lakukan rawat gabung antara bayi dan ibu.

4) Observasi suhu tubuh

5) Letakkan bayi dalam inkubator.

6) Beritahu ibu tentang keadaan bayi. (Prawirohardjo, 2009).

e. Langkah 6 : Implementasi

Pada langkah keenam ini rencana asuhan yang menyeluruh seperti diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan oleh bidan pasien secara efisen dan aman yaitu :

1) Mengeringkan dan membungkus bayi dengan kain agar tetap hangat 2) Membersihkan jalan napas dengan hisap lendir pada hidung dan mulut

dengan menggunakan suction.

3) Membersihkan badan, mempotong tali pusat, melakukan inisiasi menyusu dini selama 1 jam, pemeriksaan antropometri, memberikan injeksi vitamin K pada paha kiri, memberikan salep mata dan melakukan rawat gabung antara bayi dan ibu.

4) Mengobservasi suhu tubuh.

5) Meletakkan bayi dalam inkubator.

6) Memberitahu ibu tentang keadaan bayi.

f. Langkah 7 : Evaluasi

Tujuan evaluasi adalah menilai apa ada kemajuan atau tidak pada pasien setelah dilakukan tindakan (Varney, 2007). Hasil yang diharapkan dari asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan asfiksia ringan adalah : 1) Bayi sudah dapat menangis kuat.

2) Sudah dilakukan pembersihan jalan napas dan bayi sudah bisa bernapas dengan spontan.

3) Sudah dilakukan pemotongan tali pusat, lakukan inisiasi menyusu dini selama 1 jam, pemeriksaan antropometri, injeksi vitamin K sudah diberikan pada paha kiri, salep mata sudah diberikan dan sudah dilakukan rawat gabung antara bayi dan ibu.

4) Bayi tidak hipotermi.

5) Bayi sudah diletakkan dalam inkubator.

6) Ibu sudah mengetahui keadaan bayi.

1. Data Perkembangan

Metode pendekomentasian untuk data perkembangan dalam asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan asfiksia ringan ini menggunakan SOAP menurut Varney (2007), yaitu :

S : Subjektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesa.

O : Objektif

Menggambarkan pendekomentasian hasil pemeriksaan fisik pasien, hasil laboratorium dan test diagnostik yang dirumuskan dalam fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah 1.

A : Assesment atau Analisa

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data subjektif dan objektif dalam satu identifikasi :

a. Diagnosa atau masalah

b. Antisipasi diagnosa atau masalah potensial

c. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi atau kolaborasi dan atau rujukan

P : Plan

Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan (P) dan evaluasi (E) berdasarkan analisa.

Dokumen terkait