• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Teori media Pembelajaran

2.2.1 Definisi Media Pembelajaran

Kata media merupakan bentuk jamak dari medium. Medium dapat didefinisikan sebagai perantara atau pengantar terjadinya komunikasi dari pengirim menuju penerima. Media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan. Berdasarkan definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa media pembelajaran merupakan sarana perantara dalam proses pembelajaran (Daryanto, 2011 : 4).

Dalam media, terdapat informasi dan pengetahuan yang secara sengaja didesain agar membuat peserta didik terfasilitasi untuk berkomunukasi dan belajar (Suparman, M. Atwi. 2012 : 263). Media sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran karena proses belajar mengajar adalah proses komunikasi yang dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi baik secara verbal maupun nonverbal. Dalam penafsiran tersebut, ada kalanya peserta didik berhasil dan ada kalanya gagal. Kegagalan tersebut disebabkan oleh gangguan yang menjadi penghambat komunikasi yang dikenal dengan istilah barriers atau noise. Hambatan tersebut dapat berupa hambatan psikologis, seperti minat, sikap, pendapat, kepercayaan, inteligensi, pengetahuan dan hambatan fisik seperti kelelahan, sakit, keterbatasan daya indra dan cacat tubuh.

27

Berdasarkan hal tersebut, media pengajaran sebagai salah satu sumber belajar yang dapat menyalurkan pesan sehingga membantu mengatasi hal tersebut. Selain itu, media harus bermanfaat sebagai berikut :

a. Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis

b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga, dan daya indra

c. Menimbulkan gairah belajar, berinteraksi secara langsung antara peserta didik dan sumber belajar.

d. Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori dan kinestetiknya.

e. Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman, dan menimbulkan persepsi yang sama.

f. Proses pembelajaran mengandung lima komponen komunikasi, yaitu guru (komunikator), bahan pembelajaran, media pembelajaran, peserta didik (komunikan), dan tujuan pembelajaran.

Jadi, media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pelajaran) sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan peserta didik dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. (Daryanto, 2011 : 5).

2.2.2 Posisi Media Pembelajaran

Oleh karena proses pembelajaran merupakan proses komunikasi dan berlangsung dalam suatu sistem maka media pembelajaran menempati posisi yang cukup penting sebagai salah satu komponen pembelajaran. Tanpa media, komunikasi tidak akan terjadi dan proses pembelajaran sebagai proses komunikasi juga tidak

28

akan bias berlangsung secara optimal. Media pembelajaran adalah komponen integral dari sistem pembelajaran ( Daryanto, 2011 : 6 ).

2.2.3 Fungsi Media Pembelajaran

Dalam proses pembelajaran, media memiliki fungsi sebagai pembawa informasi dari sumber (guru) menuju penerima (siswa). Adapun metode adalah prosedur untuk membantu siswa dalam menerima dan mengolah informasi guna mencapai tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan interaksi antara siswa dan lingkungan, fungsi media dapat diketahui berdasarkan adanya kelebihan media dan hambatan yang mungkin timbul dalam proses pembelajaran. Tiga kelebihan kemampuan media menurut Gerlach & Ely dalam Daryanto adalah sebagai berikut :

1) kemampuan fiksatif, artinya dapat menangkap, menyimpan dan menampilkan kembali suatu obyek atau kejadian. Dengan kemampuan ini, obyek atau kejadian dapat digambar, dipotong, direkam, difilmkan, kemudian dapat disimpan dan pada saat diperlukan dapat ditunjukkan dan diamati kembali seperti kejadian aslinya.

2) Kemampuan manipulatif, artinya media dapat menampilkan kembali obyek atau kejadian dengan berbagai macam perubahan ( manipulasi ) sesuai keperluan. Misalnya, diubah ukurannya, kecepatannya, warnanya, dan dapat pula diulang-ulang penyajiannya.

3) Kemampuan distributif, artinya media mampu menjangkau audiens yang besar jumlahnya dalam satu kali penyajian secara serempak, misalnya siaran TV atau Radio.

29

2.2.4 Landasan Penggunaan media pembelajaran

Ada beberapa tinjauan tentang landasan penggunaan media pembelajaran, antara lain landasan filosofis, psikologis, teknologis dan empiris.

1) Landasan Filosofis

Dengan adanya berbagai media pembelajaran, siswa dapat mempunyai banyak pilihan untuk menggunakan media yang lebih sesuai dengan karakteristik pribadinya. Dengan kata lain, siswa dihargai harkat kemanusiaannya dan diberi kebebasan untuk menentukan pilihan, baik cara maupun alat belajar sesuai dengan kemampuannya.

2) Landasan Psikologis

Dengan memerhatikan keberagaman dan keunikan proses belajar, ketepatan pemilihan media dan metode pembelajaran akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Kajian psikologis menyatakan bahwa anak akan lebih mudah mempelajari hal yang kongkrit daripada yang abstrak. Ada beberapa pendapat, antara lain sebagai berikut.

Pertama, Jerome Bruner, mengemukakan bahwa dalam proses pembelajaran hendaknya menggunakan urutan dari belajar dengan gambaran atau film kemudian belajar dengan symbol, yaitu menggunakan kata-kata. Menurut Bruner, hal tersebut berlaku tidak hanya untuk anak tapi juga untuk orang dewasa.

Kedua, Charles F. Haban, mengemukakan bahwa sebenarnya nilai dari media terletak pada tingkat realistiknya dalam proses penanaman konsep. Ketiga, Edgar Gale, membuat jenjang konkrit-abstrak dengan dimulai dari siswa yang berpartisipasi dalam pengalaman nyata kemudian menuju

30

siswa sebagai pengamat kejadian nyata, dilanjutkan ke siswa sebagai pengamat kejadian yang disajikan dengan media dan terakhir siswa sebagai pengamat kejadian dengan simbol. Jenjang konkrit-abstrak ini ditunjukkan dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 2. kemampuan daya serap manusia

No Pengguna alat indra persentase

1 Penglihatan 82% 2 Pendengaran 11% 3 Penciuman 1% 4 Pencecapan 2,5% 5 Perabaan 3,5% Sumber : Daryanto, 2011 : 13 3) Landasan teknologis

Teknologi pembelajaran adalah teori dan praktik perancangan, pengembangan, penerapan, pengelolaan, serta penilaian proses dan sumber belajar. Jadi, teknologi pembelajaran merupakan proses kompleks dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari cara pemecahan, melaksanakan, mengevaluasi, dan mengelola pemecahan msalah-masalah dalam situasi dimana kegiatan belajar itu mempunyai tujuan dan terkontrol.

4) Landasan empiris

Temuan-temuan penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara penggunaan media pembelajaran dan karakteristik belajar siswa dalam

31

menentukan hasil beljar siswa. Artinya, siswa akan mendapat keuntungan yang signifikan jika ia belajar dengan menggunakan media yang sesuai dengan karakteristik tipe atau gaya belajarnya.

2.2.5 karakteristik media pembelajaran tiga dimensi

Media tiga dimensi adalah sekelompok media tanpa proyeksi yang penyajiannya secara visual tiga dimensional (Daryanto, 2011 :27) . Kelompok media ini dapat berwujud sebagai benda asli, baik hidup maupun mati dan dapat pula berwujud sebagai tiruan yang mewakili aslinya. Media tiga dimensi yang dapat diproduksi dengan mudah, tergolong sederhana dalam penggunaan dan pemanfaatannya. Hal tersebut karena tanpa harus memerlukan keahlian khusus, dapat dibuat sendiri oleh guru, bahannya mudah diperoleh di lingkungan sekitar.

Media pembelajaran tiga dimensi, yaitu media yang tampilannya dapat diamati dari arah pandang mana saja dan mempunyai dimensi panjang, lebar,dan tinggi/tebal. Media tiga dimensi juga dapat diartikan sekelompok media tanpa

proyeksi yang penyajiannya secara visual tiga dimensi

(http://dokumenbelajarku.blogspot.com/2013/03/pengertian-media-3-dimensi.html diunduh tanggal 19 Mei 2014 Pukul 19.15 WIB ). Kelompok media ini bisa berupa benda asli baik hidup maupun mati, dan dapat berupa benda tiruan yang mewakili aslinya.

Benda asli ketika akan digunakan sebagai media pembelajaran dapat dibawa langsung ke kelas, atau siswa sekelas diajak langsung ke dunia sesungguhnya di mana benda asli itu berada. Apabila benda aslinya sulit untuk dibawa ke kelas

32

maka benda tiruannya dapat pula berfungsi sebagai media pembelajaran yang efektif.

Moedjiono (1992) mengatakan bahwa media sederhana tiga dimensi memiliki kelebihan-kelebihan, diantaranya memberikan pengalaman secara langsung, menyajikan secara kongkrit dan menghindari verbalisme, dapat menunjukkan obyek secara utuh, baik konstruksi maupun cara kerjanya, dapat memperlihatkan struktur organisasi secara jelas, dapat menunjukkan alur suatu proses secara jelas. Namun demikian, kelemahan-kelemahannya adalah tidak bisa menjangkau sasaran dalam jumlah yang besar, penyimpanannya memerlukan ruang yang besar, dan perawatannya rumit (Daryanto, 2011 :27).

Secara umum karakteristik media tiga dimensi adalah sebagai berikut:

1. Pesan yang sama dapat disebarkan keseluruh siswa secara serentak. 2.Penyajiannya berada dalam kontrol guru,

3. Cara penyimpanannya mudah (praktis),

4. Dapat mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan indera, 5. Menyajikan objek-objek secara diam,

6. Terkadang dalam penyajiannya memerlukan ruangan gelap, 7. Lebih mahal dari kelompok media grafis,

8. Sesuai untuk mengajarkan keterampilan tertentu,

9. Sesuai untuk belajar secara berkelompok atau individual, 10. Praktis digunakan untuk semua ukuran ruangan kelas,

Media tiga dimensi yang sering digunakan dalam pembelajaran adalah model dan boneka. Model adalah bentuk yang dapat dikenal menyerupai persis benda

33

sesungguhnya dalam ukuran skala yang diperbesar atau dikecilkan. Boneka merupakan jenis model yang dipergunakan untuk memperlihatkan permainan.

2.2.5.1Belajar melalui Media Tiruan

Media tiruan sering disebut sebagai model. Belajar melalui model dilakukan untuk pokok bahasan tertentu yang tidak mungkin dapat dilakukan melalui pengalaman langsung atau melalui benda sebenarnya. Keuntungan-keuntungan menggunakan model adalah belajar dapt difokuskan pada bagian-bagian penting saja, dapat mempertunjukkan struktur dalam suatu objek, siswa memperoleh sesuatu yang kongkrit.

Ditinjau dari cara membuat, bentuk dan tujuan penggunaan model dapat dibedakan atas model perbandingan (misalnya globe), model yang disederhanakan, model irisan, model susunan, model terbuka, model utuh, boneka dan topeng (Daryanto, 2011 :29).

2.2.5.2Boneka

Boneka merupakan salah satu model perbandingan. Boneka adalah benda tiruan dari bentuk manusia dan atau binatang. Sebagai media pendidikan, boneka dapat dimainkan dalam bentuk sandiwara boneka. Di Indonesia, penggunaan boneka sudah lumrah, misalnya wayang golek (di Jawa Barat) digunakan untuk memainkan ceritera Mahabarata dan Ramayana.

34

a) Boneka jari ( dimainkan dengan jari tangan)

b) Boneka tangan (satu tangan memainkan satu boneka) c) Boneka tongkat seperti wayang-wayangan

d) Boneka tali (cara menggerakkan melalui tali yang menghubungkan kepala, tangan dan kaki)

e) Boneka bayang-bayang (shadow puppet). (Daryanto, 2011 :31)

Keuntungan menggunakan boneka adalah sebagai berikut : 1. efisien terhadap waktu, tempat, biaya dan persiapan 2. tidak memerlukan keterampilan yang rumit

3. dapat mengembangkan imajinasi dan aktifitas anak dalam suasana gembira

Agar penggunaannya efektif maka harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1. merumuskan tujuan pengajaran secara jelas, didahului dengan

pembuatan naskahnya.

2. dimainkan sekitar 10-15 menit,

3. cerita disesuaikan dengan umur anak, diikuti dengan tanya jawab 4. siswa diberikan peluang untuk memainkannya.

2.2.5.3 Wayang Boneka a. Pengertian Wayang Boneka

Dilihat dari sudut pandang terminologi ada beberapa pendapat mengenai asal kata wayang. Pendapat pertama mengatakan wayang berasal dari kata wayangan atau bayangan yaitu sumber ilham, yang maksudnya yaitu ide dalam menggambar

35

wujud tokoh. Pendapat kedua mengatakan kata wayang berasal dari Wad dan Hyang, artinya leluhur.

Wikipedia, menjelaskan bahwa Wayang adalah seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang di Pulau Jawa dan Bali. Ada versi wayang yang dimainkan oleh orang dengan memakai kostum, yang dikenal sebagai wayang orang, dan ada pula wayang yang berupa sekumpulan boneka yang dimainkan oleh dalang. Cerita yang dikisahkan dalam pagelaran wayang biasanya berasal dari Mahabharata dan Ramayana. (http://definisidanpengertian.blogspot.com) diunduh pada 29 mei 2014 pukul 19.00 WIB.

2.2.5.4 Daya tarik wayang kardus

Wayang adalah kesenian asli Indonesia yang sudah ada sejak zaman prasejarah. Pada zaman dahulu, wayang dipergunakan sebagai media pembelajaran bagi rakyat, dimana cerita wayang berisi pesan-pesan moral yang mencoba memberikan gambaran kehidupan manusia. Selain itu, wayang juga berfungsi sebagai media penyembahan terhadap roh nenek moyang pada masa pra sejarah. Pilihan penulis untuk menggunakan wayang kardus dikarenakan beberapa hal sebagai berikut ;

1. Untuk mempopulerkan seni wayang kepada peserta didik yang sudah mulai meninggalkan wayang dan menggantikannya dengan kesenian lain.

2. Untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengekspresikan diri melalui kesenian wayang.

36

3. Pemilihan bahan kardus sebagai bahan dasar pembuatan wayang karena bahan kardus mudah didapat, tanpa menggunakan biaya yang mahal, serta mudah untuk dibentuk.

Manfaat yang dicapai/kelebihan pada kegiatan pembelajaran dengan menggunakan wayang kardus ini adalah sebagai berikut :

1. minat, aktivitas, semangat dan perhatian siswa meningkat pada pelajaran IPS

2. dari segi biaya lebih ekonomis dengan menggunakan media wayang kardus

3. Meningkatkan rasa percaya diri siswa

Kekurangan dalam pembelajaran menggunakan media wayang kardus adalah : 1. wayang kardus mudah rusak dan membutuhkan tempat khusus untuk

menyimpan wayang kardus

2. pembelajaran dengan menggunakan wayang kardus tidak bisa dilakukan setiap hari karena harus disesuaikan dengan materi pelajaran

3. pada tipe anak yang pemalu dan memiliki sifat tertutup, pembelajaran dengan menggunakan wayang kardus tidak bisa ditampilkan secara maksimal oleh siswa tersebut.

Pembelajaran dengan media wayang kardus dengan segala macam kekurangan dan kelebihannya diharapkan dapat memperbaiki sikap siswa yang tidak peduli, cuek ataupun acuh tak acuh di dalam kelas menjadi pembelajaran yang penuh semangat, penuh perhatian dan konsentrasi. Peneliti berharap supaya

37

pembelajaran dengan menggunakan media wayang kardus ini dapat menjadi berbeda karena dilakukan dengan cara bermain wayang sambil belajar dengan lebih menyenangkan.

Penggunaan media wayang kardus dalam rangka untuk memperbaiki sikap siswa yang acuh, tidak peduli dan cuek dalam belajar, menjadi sikap yang peduli, penuh perhatian dan antusias dalam belajar. Media ini diharapkan juga bisa untuk menarik perhatian siswa supaya bisa fokus dalam memperhatikan jalannya pembelajaran dan berkonsentrasi pada saat pementasan wayang kardus di dalam kegiatan belajar mengajar serta sebagai penambah semangat dalam belajar, untuk meningkatkan tanggung jawab siswa dalam mengerjakan semua tugas yang sudah menjadi tanggung jawabnya. Biaya yang ekonomis dalam pembuatan wayang kardus tersebut karena terbuat dari bahan-bahan yang bisa diperoleh tanpa mengeluarkan biaya diharapkan dapat meningkatkan minat dan aktivitas siswa pada saat kegiatan belajar mengajar IPS berlangsung.

Dengan meningkatnya minat dan aktivitas belajar siswa dengan belajar menggunakan media wayang kardus ini diharapkan pula dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2.2.5.5 Cara menggunakan media wayang kardus

Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam memainkan wayang kardus didepan kelas dibutuhkan beberapa persiapan khusus, diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Siapkan 2-3 meja sekolah yang dijajarkan membentuk persegi panjang, letakkan di depan kelas. Meja tersebut kemudian ditutup dengan kain

38

panjang sampai tidak terlihat kecuali permukaannya saja. Meja tersebut dipergunakan sebagai panggung pementasan wayang kardus. 2. Siapkan media penunjang pementasan wayang kardus seperti wayang

kardus, hiasan lain yang bisa membantu seperti benda-benda kecil yang mendukung jalan cerita pementasan sesuai dengan tema.

3. Posisi pemain adalah duduk di belakang meja yang sudah ditutup dengan kain sehingga mereka tidak terlihat dari arah depan. Wayang kardus dibuat dengan tangkai bambu yang panjang sehingga memudahkan dalam memainkannya di atas meja pementasan.

Media ini bisa divariasikan dengan cara memberi warna pada kertas kardus agar lebih menarik. Pemberian warna juga disesuaikan dengan karakter tokoh yang diperankan, agar tokoh benar-benar mirip dan siswa bisa mendapatkan gambaran lebih jelas bagaimana wajah, struktur tubuh tokoh yang dimaksud.

Dokumen terkait