• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.7 Teori Belajar dan Pembelajaran

2.7.3 Teori Pembelajaran Kognitif Peaget

Perkembangan kognitif merupakan salah satu aspek perkembangan mental yang bertujuan: (1) memisahkan kenyataan yang sebenarnya dengan yang fantasi, (2) menjelajah kenyataan dan menemukan hukum-hukumnya, (3) memilih kenyataan-kenyataan yang berguna bagi kehidupan, (4) menentukan kenyataan-kenyataan yang sesungguhnya dibalik kenyataan yang nampak (Hoy, Anita Woolfolk, 2004: 30).

64

Seorang pakar yang banyak memberikan kontribusi bagi perkembangan kognitif adalah Jean Piaget. Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses di mana tujuan individu melalui suatu rangkaian yang secara kualitatif berbeda dalam berfikir. Piaget memandang bahwa kognitif merupakan hasil dari pembentukan adaptasi biologis. Perkembangan kognitif terbentuk melalui interaksi yang konstan antara individu dengan lingkungan melalui dua proses yaitu organisasi dan adaptasi (Hoy, Anita Woolfolk, 2004: 30). Organisasi ialah proses penataan segala sesuatu yang ada di lingkungan, sehingga menjadi dikenal oleh individu. Adaptasi ialah proses terjadinya penyesuaian antara individu dengan lingkungan. Adaptasi terjadi dalam dua bentuk, yaitu asimilasi dan akomodasi. Proses merespons lingkungan sesuai dengan struktur kognitif seseorang dinamakan assimilation (asimilasi), yakni jenis percocokan atau penyesuaian antara struktur kognitif dengan lingkungan fisik. Accommodation (akomodasi), yakni proses memodifikasi struktur kognitif (Hergenhahn&Olson, 2008: 314).

Inteligensi (intelligence) merupakan dasar bagi perkembangan kognitif. Menurut Piaget, inteligensi memungkinkan organisme untuk menangani secara efektif lingkungannya. Inteligensi adalah ciri bawaan yang dinamis, sebab tindakan yang cerdas akan berubah saat organisme itu makin matang secara biologis dan mendapat pengalaman. Menurut Piaget, inteligensi merupakan bagian integral dari setiap organisme, karena semua organisme yang hidup selalu mencari kondisi yang kondusif untuk kelangsungan hidup mereka. Namun, bagaimana kecerdasan

65

memanifestasikan dirinya pada waktu tertentu akan selalu bervariasi sesuai kondisi yang ada.

Asimilasi dan akomodasi disebut sebagai functional invariants (invarian fungsional) karena mereka terjadi di semua level perkembangan intelektual. Menurut Piaget, kekuatan pendorong di balik pertumbuhan intelektual ada pada konsep equilibration (ekuilibrasi). Piaget berasumsi bahwa semua organisme punya tendensi bawaan untuk menciptakan hubungan harmonis antara dirinya dengan lingkungannya. Hal ini juga berarti bahwa semua aspek dari organisme diarahkan menuju adaptasi yang optimal. Ekuilibrasi (penyeimbangan) adalah tendensi bahwa untuk mengorganisasikan pengalaman agar mendapatkan adaptasi yang maksimal. Ekuilibrasi secara sederhana didefinisikan sebagai dorongan terus-menerus ke arah keseimbangan atau ekulibrium. Konsep ekuilibrasi adalah konsep motivasionalnya, yang bersama dengan asimilasi dan akomodasi dipakai untuk menerangkan pertumbuhan intelektual anak. Ketiga proses tersebut dapat digambarkan sebagai berikut (Hergenhahn&Olson, 2008: 316).

Lingkungan fisik

Struktur kognitif

belajar Persepsi

Asimilasi Akomodasi

66

Tahap-tahap perkembangan kognitif memiliki 4 tahap (Woolfolk, 2004: 32). Tahap pertama sensorimotor stage (dari lahir sampai dua tahun). Tahap sensorimotor dicirikan oleh tidak adanya bahasa. Interaksi dengan lingkungan adalah interaksi sensorimotor dan hanya berkaitan dengan keadaan saat ini. Keadaan ini merupakan dasar bagi perkembangan kognitif selanjutnya. Aktivitas sensorimotor terbentuk melalui proses penyesuaian struktur fisik sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan.

Preoperational (sekitar dua sampai tujuh tahun). Tahap pemikiran pra-operasional terbagi menjadi dua: (a) pemikiran prakonseptual (sekitar dua sampai empat tahun). Selama di salah satu tahap preoperational ini, anak-anak mulai membentuk konsep sederhana. Logika mereka tidak induktif atau deduktif, namun transduktif yaitu cara berpikir yang tidak logis. (b) Periode pemikiran intuitif (sekitar empat sampai tujuh tahun). Pada tahap ini anak-anak memecahkan memecahkan masalah secara intuitif, bukan berdasarkan kaidah-kaidah logika. Ciri paling menonjol dari pemikiran anak pada tahap ini adalah kegagalannya untuk mengembangkan conservation (konservasi). Konservasi didefinisikan sebagai kemampuan untuk menyadari bahwa jumlah, panjang, substansi, atau luas akan tetap sama meski mungkin hal-hal seperti itu direpresentasikan kepada anak dalam bentuk yang berbeda-beda. Menurut Piaget, konservasi adalah kemampuan yang muncul sebagai hasil dari akumulasi pengalaman anak dengan lingkungan, dan bukan kemampuan yang dapat diajarkan sampai anak memiliki pengalaman awal ini.

67

Concrete operations (sekitar tujuh sampai sebelas tahun). Selama tahap ini proses pemikiran diarahkan pada kejadian riil yang diamati oleh anak. Anak dapat melakukan operasi masalah yang agak kompleks selama masalah itu konkret dan tidak abstrak. Perkembangan kognitif pada peringkat concrete operations ini memberikan kecakapan anak untuk berkenalan dengan konsep-konsep klasifikasi, hubungan, dan kuantitas. Konsep klasifikasi adalah kecakapan anak untuk melihat secara logis persamaan-persamaan suatu kelompok objek dan memilihnya berdasarkan ciri-ciri yang sama. Konsep hubungan ialah kematangan anak memahami hubungan antara suatu perkara dengan perkara lainnya. Konsep kuantitas yaitu kesadaran anak bahwa suatu kuantitas akan tetap sama meskipun berubah bentuk fisiknya, asalkan tidak ditambahi atau dikurangi.

Formal operational (sekitar 11 tahun sampai dewasa). Pemikiran pada tahap ini semakin logis. Perkembangan kognitif ditandai dengan kemampuan individu untuk berpikir secara hipotesis dan berbeda dengan fakta, memahami konsep abstrak, dan mempertimbangkan kemungkinan cakupan yang luas dari perkara yang sempit. Perkembangan kognitif pada tahap ini merupakan ciri perkembangan remaja dan dewasa menuju ke arah proses berfikir dalam tahap yang lebih tinggi (Woolfolk, 2004: 32).

Proses pembelajaran akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan di atas. Menurut Piaget, pengalaman pendidikan harus dibangun di seputar struktur kognitif pembelajar. Anak-anak berusia sama dan dari kultur yang sama cenderung memiliki struktur kognitif yang sama, tetapi adalah mungkin bagi

68

mereka untuk memiliki struktur kognitif yang berbeda dan karenanya membutuhkan jenis materi belajar yang berbeda pula. Jadi menurut Piaget, pendidikan yang optimal membutuhkan pengalaman yang menantang bagi si pembelajar sehingga proses asimilasi dan akomodasi dapat menghasilkan pertumbuhan intelektual (Hergenhahn&Olson, 2008: 324).

Siswa hendaknya banyak diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan objek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya, dan dibantu oleh pertanyaan dari guru. Guru hendaknya memberikan rangsangan kepada siswa agar mau berinteraksi dengan lingkungan dan secara aktif mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan. Kurikulum hendaknya dibuat sedemikian rupa agar tidak terpisahkan dari lingkungan.

Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran, antara lain sebagai berikut. (a) Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu dalam membelajarkan, guru hendaknya menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak. (b) Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu agar anak dapat berinteraksi dengan lingkungan dengan sebaik-baiknya. (c) Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing. (d) Beri peluang agar anak belajar sesuai dengan peringkat/tahap perkembangannya. (e) di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dengan teman-temannya dan saling berdiskusi (Mohamad Surya, 2004: 40).

69

Dokumen terkait